- Back to Home »
- Laporan »
- Laporan Lengkap Praktikum Dasar-Dasar Ekologi
Posted by : Zero Kun
19 Jan 2015
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR–DASAR EKOLOGI
Disusun Oleh
KELOMPOK 6
MUHAMMAD FAWZUL ALIF NUGROHO E 281 13 002
IKLAN PRIYANTO E 281
13 006
DEWI KARTIKA SARI E 281 13
026
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2014
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR–DASAR EKOLOGI
Disusun Sebagai
Salah Satu Syarat
Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah
Dasar–Dasar Ekologi
Disusun Oleh
KELOMPOK 6
MUHAMMAD FAWZUL ALIF NUGROHO E 281 13 002
IKLAN PRIYANTO E 281 13 006
DEWI KARTIKA SARI E 281 13 026
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul :
Laporan Lengkap Praktikum Dasar–Dasar Ekologi
Tujuan :
Untuk Mengetahui Perbedaan Vegetasi, Jumlah Jenis Vegetasi yang Berada di
Tempat Pengamatan, dan Hubungan Antara Keanekaragaman Arthropoda Terhadap
Vegetasi
Kelompok : VI (Enam)
Anggota : Muhammad Fawzul Alif Nugroho
Iklan Priyanto
Dewi
Kartika Sari
Stambuk :
E 281 13 002
E
281 13 006
E
281 13 026
Program studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
Universitas : Tadulako
Palu, Desember 2014
Megetahui,
Koordinator Asisten Koordinator Matakuliah
Dasar–Dasar Ekologi
AHMAD HAMDANI Dr. SHAHABUDDIN, M.Si
E 281 10
Nip. 19690612 199803 1 006
RINGKASAN
Ekologi adalah ilmu yang
mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Dalam pengelolahan
agroekosistem, data vegetasi meliputi tanaman budidaya maupun tumbuhan yang
tumbuh di ekosistem. Analisa vegetasi dilakukan di tiga tempat yaitu Cangar,
Malang dan Jatikerto.
Jumlah vegetasi dan jumlah
spesies pada setiap daerah berbeda, hal ini dikarenakan beberapa faktor yang
mempengaruhi seperti keadaan suhu dan iklim, kelembaban, cahaya matahari dan
faktor hormon.
Arthropoda
merupakan hewan yang memiliki kaki, abdomen, dan thoraks beruas-ruas. Pada
pengamatan di lahan pertanaman kangkung arthropoda yang didapat berjenis
Insecta.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyusun menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan ini tak akan selesai tanpa bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak yang telah memberikan
masukan dan saran serta motivasi dalam penyusunan laporan ini. Kepada rekan–rekan dan juga asisten–asisten dosen
yang turut memberi bantuan dalam menyusun laporan ini, terutama yang terhormat
:
1. Prof. Dr. Ir. Muh. Basyir Cyio, SE., MS, selaku Rektor Universitas
Tadulako.
2. Prof. Dr. Ir. H. Alam Anshary, M.Si, selaku Dekan Fakultas Pertanian
beserta seluruh Wakil Dekan di Fakultas Pertanian.
3. Dr. Shahabuddin, M.Si, selaku Koordinator mata kuliah Dasar–Dasar Ekologi.
Palu, Desember
2014
Penyusun
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum Dasar–Dasar Ekologi pada
waktu yang ditentukan.
Penyusun menyadari bahwa
kesempurnaan hanyalah milik sang pencipta, penyusun sangat mengharapkan
saran-saran dari para pembaca agar laporan ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan praktikum ini memberi manfaat serta membantu kepada setiap
pembaca maupun pihak-pihak yang membutuhkan, terutama bagi penyusun.
Palu, Desember 2014
Penyusun
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ekosistem merupakan bagian dari lingkungan, ekosistem memiliki
komponen-komponen tertentu yang memiliki fungsi oleh karena itu disebut sebagai
suatu system. Komponen-komponen tersebut antara lain abiotik, biotik, fisika, kimiawi,
dan sebagainya. Contoh faktor biotik adalah makhluk hidup baik itu manusia,
hewan, ataupun tumbuhan, sedangkan faktor abiotik yaitu suhu, kelembaban, iklim,
curah hujan, dan sebagainya.
Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan dengan
lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah diubah oleh manusia untuk
menghasilkan pangan, pakan, serat, kayu bakar dan produk-produk lainnya yang
dibutuhkan manusia.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu
penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan
komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat
tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies,
kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam
suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang
merupakan asosiasi konkrit.
Untuk mengetahui bagaimana keanekaragaman jenis suatu komunitas maka
dilakakukanlah percobaan ini untuk menentuka keanekaragaman jenis suatu
komunitas berdasarkan Indeks Simpson dan Indeks Shannon-Wiener.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perbedaan vegetasi, jumlah jenis
vegetasi yang berada di tempat pengamatan, dan hubungan antara keanekaragaman
arthropoda terhadap vegetasi.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar
praktikan dapat mengetahui perbedaan vegetasi, jumlah jenis vegetasi yang
berada di tempat pengamatan, dan hubungan antara keanekaragaman arthropoda
terhadap vegetasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis
Vegetasi
Analisa
vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan
yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling,
artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat
tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah
petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa
vegetasi yang digunakan (Yunita, 2013).
Komponen
tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari Belukar (Shrub), Epifit (Epiphyte),
Paku-pakuan (Fern), Palma (Palm), Pemanjat (Climber), Terna (Herb), dan Pohon (Tree) (Andre, 2009).
Konsepsi
dari metode analisa vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan
vegetasi itu sendiri dan tujuannnya misalnya untuk mengevaluasi hasil
pengendalian gulma. Metode yang digunakan untuk analisa vegetasi harus
disesuaikan dengan struktur dan komposisi. Ada empat metode yang lazim dalam
analisa vegetasi yaitu metode estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan
metode titik (Tim, 2014).
Vegetasi
menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah atau daerah.
Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran tumbuhan
yang ada baik secara ruang dan waktu. Konsep dan metode analisis vegetasi
sesungguhnya sangat beragam tergantung kepada keadaan vegetasi itu sendiri dan
tujuannya. Contoh yang digunakan untuk mempelajari suksesi dan evaluasi hasil suatu
pengendalian gulma (Sandi, 2012).
2.2 Analisis Arthropoda
Arthropoda berasal
dari kata arthron yang berarti ruas dan podos yang
berarti kaki. Arthropoda merupakan serangga yang memiliki kaki, abdomen, dan
thoraks yang beruas-ruas. Contoh arthropoda adalah nyamuk, lalat, kecoak, kutu, udang, kaki
seribu, dan lain sebagainya. Peran arthropoda dalam kehidupan ekosistem antara
lain hama, predator, parasitoid, vector dan pollinator. Arthropoda juga
memiliki peran dalam perombakan bahan organik untuk menjaga kesuburan tanah, dengan kata lain
menjaga siklus hara dalam ekosistem (Rima, 2013).
Arthropoda memiliki ciri-ciri
yaitu memiliki 3 bagian tubuh utama yaitu tubuh bersegmen (ruas), rangka luar
(eksoskeleton) yang keras, dan ekor, tubuh dibungkus oleh kutikula sebagai
rangka luar yang terbuat dari protein dan kitin, memiliki esoskleten yang bersifat
kaku dan keras dan dapat mengalami pergantian pada kurun waktu tertentu yang
disebut eksidisis, ukuran tubuh bervariasi, memiliki bentuk tubuh simetris
bilateral, sifat hidupnya parasit, heterotropik, dan hidup secara bebas,
memiliki alat pernapasan trakea, insang, dan paru-paru (berbuku), memiliki alat
pencernaan lengkap (mulut, kerongkongan, usus, dan anus), bereproduksi secara
seksual dan aseksual, memiliki sistem saraf berupa tangga tali dan alat peraba
berupa antena, hidup di darat, air tawar dan laut, serta memiliki sistem
peredaran darah terbuka, darah tidak memilikik hemoglobin (Prihantoro, 2014).
Peranan arthropoda dalam mempengaruhi ekosistem di
alam ada 3 macam yaitu sebagai hama, predator, dan
parasitoid. Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang pada tingkat
populasi tertentu menyerang tanaman budidaya sehingga dapat menurunkan produksi
baik secara kualitas maupun kuantitas dan secara ekonomis merugikan. Predator
merupakan organism yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa binatang
lainnya. Parasitoid adalah
serangga yang memarasit serangga atau binatang arthropoda yang lain (Hairiah,
2009).
2.2.1 Udang-udangan (Crustacea)
Arthropoda dalam
klasifikasi Crustacea memiliki ciri-ciri
yaitu memiliki dua pasang antena, kepala menyatu dengan dada (sefalotoraks), tubuh terdiri dari
Cephalothorax dan abdomen, memiliki eksoskeleton dari zat tanduk/kitin, dapat
mengalamai pelepasan kulit dari tubuhnya, tidak memiliki pembuluh darah kapiler,
sebagian respirasinya menggunakan insang, serta pertukaran udara terjadi secara
difusi (Prihantoro, 2014).
2.2.2 Hewan berkaki banyak (Myriapoda)
Arthropoda dalam klasifikasi Myriapoda
memiliki ciri-ciri yaitu memiliki tubuh yang terdiri atas kepala, toraks, dan
abdomen, pada kepala terdapat sepasang mata, sepasang alat peraba besar, dan
peraba kecil yang beruas-ruas, tiap ruas pada tubuhnya terdapat sepasang atau
dua pasang kaki, sistem respirasinya menggunakan trakea, dan tubuh berbentuk
silindris, memanjang, terdiri dari cephalon (ruas-ruas kepala) (Prihantoro,
2014).
2.2.3 Arachnoidea
Arthropoda dalam klasifikasi Arachnoidea
memiliki ciri-ciri yaitu memiliki tubuh yang terdiri dari Andomen dan
sefalotoraks, memiliki enam pasan anggota gerak, hidup di darat maupun di dalam
air, jumlah matanya bervariasi, dan bernafas dengan paru-paru buku atau trakea
atau dengan keduanya (Prihantoro, 2014).
2.2.4 Insecta
Arthropoda dalam klasifikasi Insecta
memiliki ciri-ciri yaitu memiliki tubuh yang tersusun atas kepala, dada, dan
perut, memiliki mulut bertipe penggigit, penghisap dan penelan, memiliki 3
pasang kaki, dan sebagian besar hidup di darat (Prihantoro, 2014).
III. METODE
PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum mata kuliah Dasar–Dasar Ekologi dilaksanakan di
lahan pertanaman kangkung, desa Sidera, kabupaten Sigi, provinsi Sulawesi
Tengah. Praktikum ini mulai pada tanggal 13 sampai dengan 14 Desember 2014 pada pukul 09.00 WITA sampai dengan selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu pengukur,
gelas pelastik, peneduh, jaring serangga, botol roll film, tali rafia, dan patok.
Bahan yang digunakan yaitu alkohol 70%, detergen, dan air.
3.3 Cara Kerja
Buatlah 3 petak (plot penelitian) dengan ukuran 1x1 m, 2x1 m, dan 4x1 m
yang diukur dengan menggunakan pengukur. Tandailah petak tersebut dengan
menggunakan pembatas ditiap sudut yang dihubungkan dengan tali rafia. Buatlah
lubang sedalam gelas pelastik pada tiap petak lalu masukkan gelas pelastik
tersebut, kemudian masukkan larutan detergen dalam gelas tersebut. Pasanglah
peneduh diatas gelas tersebut agar tidak terkena hujan. Setelah 24 jam
pemasangan, keluarkan serangga yang terperangkap dalam pitfall trap tersebut
lalu pindahkan kedalam botol roll film yang berisi alkohol 70%.
Tangkaplah serangga yang berada diatas petak dengan menggunakan jaring
serangga dengan ayunan ganda yang jumlahnya sama pada setiap petak. Serangga
yang tertangkap kemudian dimasukkan dalam botol roll film yang berisi alkohol
70%. Amatilah serangga yang tertangkap dengan pitfall trap, jaring serangga,
dan vegetasi gulma pada petak tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Analisis vegetasi
Jumlah
spesies gulma yang terdapat pada lahan pertanaman kangkung berjumlah 4 jenis
yaitu rumput grinting (Cynodon dactylon),
rumput teki udel-udelan (Cyperus kyllingia),
rumput teki (Cyperus
rotundus), dan sembung rambat (Mikania micrantha).
Rumput
grinting diklasifikasikan dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsida,
ordo Poales, famili Poaceae , genus Cynodon, dan spesies Cynodon dactylon (Balittro, 2013).
Batang
tumbuh menjalar membentuk rimpang, buluh yang berbunga tegak atau menanjak
hingga 40 cm, buluh samping panjang, yang tua berongga, berumur tahunan. Ruas
buluh berseling antara yang panjang dan yang pendek, daun dalam dua baris. Bunga
berbentuk bulir ganda terdiri dari dua sampai beberapa cabang, anak bulir
berwarna putih lembayung. Berkembang biak dengan biji dan setek batang. Tumbuh
di tempat terbuka/terlindung hingg 1.650 m dpl.
Rumput
teki udel-udelan diklasifikasikan dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta,
kelas Liliopsida, ordo Cyperales, famili Cyperaceae, genus Cyperus, dan spesies
Cyperus kyllingia (Balittro,
2013).
Teki-tekian
tumbuh tegak hingga 55 cm, berumur tahunan, ada yang berimpang/berumbi ada yang
tidak berumbi, berumur tahunan. Daun berbentuk pita bersegi tiga permukaan
licin dan kaku, pada pangkalnya berwarna kemerahan. Bunga berbentuk bongkol,
terdapat pada ujung tangkai bunga, berwarna putih. Berkembang biak dengan biji
dan rimpang. Tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1.300 m dpl
(Balittro, 2013).
Rumput
teki diklasifikasikan dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsida,
ordo Cyperales, famili Cyperaceae, genus Cyperus, dan spesies Cyperus
rotundus L. (Balittro, 2013).
Batang
tumbuh berumpun, tegak hingga 50 cm, berumbi batang, banyak membentuk rangkaian
umbi dengan stolon, tiap umbi mempunyai beberapa mata tunas, berumur tahunan.
Daun berbentuk pita bersegi tiga, permukaan licin, mengelompok dekat pangkal
batang. Bunga bulir tunggal atau majemuk, mengelompok atau membuka, berwarna
cokelat. Berkembang biak dengan umbi dan biji. Tumbuh di tempat terbuka atau
agak terlindung hingga 1.000 m dpl (Balittro, 2013).
Sembung
rambat diklasifikasikan dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas
Magnoliopsida, ordo Asterales, famili Asteraceae, genus Mikania, dan spesies Mikania
micrantha (Balittro, 2013).
Batang M. micrantha tumbuh menjalar berwarna
hijau muda, bercabang dan ditumbuhi rambut-rambut halus. Panjang batang dapat
mencapai 3-6m. Pada tiap ruas terdapat dua helai daun yang saling berhadapan,
tunas baru dan bunga. Helai
daun berbentuk segitiga menyerupai hati dengan panjang daun 4-13cm dan lebar
daun 2-9cm. Permukaan daun menyerupai
mangkok dengan tepi daun bergerigi. Bunga tumbuh berwarna putih, berukuran
kecil dengan panjang 4.5-6mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung
tunas. Biji dihasilkan dalam jumlah besar, berwarna coklat kehitaman dengan
panjang 2mm (Balittro, 2013).
4.1.1.1 Analisis vegetasi petak I
Hasil
yang didapatkan dari pengamatan terhadap vegetasi gulma pada petak I di lahan pertanaman kangkung adalah
sebagai berikut:
No
|
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Jumlah
|
1
|
Rumput grinting
|
Cynodon
dactylon
|
3
|
2
|
Rumput teki udel-udelan
|
Cyperus
kyllingia
|
4
|
3
|
Rumput teki
|
Cyperus
rotundus
|
4
|
4
|
Sembung rambat
|
Mikania micrantha
|
3
|
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Vegetasi Gulma pada Petak I (1x1 m)
Nama Latin
|
Jumlah
|
Pi
|
ln Pi
|
Pi ln Pi
|
Cynodon
dactylon
|
3
|
0,21
|
-1,54
|
-0,33
|
Cyperus
kyllingia
|
4
|
0,29
|
-1,25
|
-0,36
|
Cyperus
rotundus
|
4
|
0,29
|
-1,25
|
-0,36
|
Mikania micrantha
|
3
|
0,21
|
-1,54
|
-0,33
|
Total
|
14
|
-1,38
|
Tabel 2. Keanekaragaman
Menurut Indeks Shanon-Wiener Petak I (1x1 m)
H’ = - Σ Pi ln Pi
= - (-1,38)
= 1,38
4.1.1.2 Analisis vegetasi petak II
Hasil
yang didapatkan dari pengamatan terhadap vegetasi gulma pada petak II di lahan pertanaman
kangkung adalah sebagai berikut:
No
|
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Jumlah
|
1
|
Rumput grinting
|
Cynodon
dactylon
|
5
|
2
|
Rumput teki udel-udelan
|
Cyperus
kyllingia
|
6
|
3
|
Rumput teki
|
Cyperus
rotundus
|
7
|
4
|
Sembung rambat
|
Mikania micrantha
|
4
|
Tabel 3. Hasil
Pengamatan Vegetasi Gulma pada Petak II (2x1 m)
Nama Latin
|
Jumlah
|
Pi
|
ln Pi
|
Pi ln Pi
|
Cynodon
dactylon
|
5
|
0,23
|
-1,48
|
-0,34
|
Cyperus
kyllingia
|
6
|
0,27
|
-1,30
|
-0,35
|
Cyperus
rotundus
|
7
|
0,32
|
-1,15
|
-0,36
|
Mikania micrantha
|
4
|
0,18
|
-1,70
|
-0,31
|
Total
|
22
|
-1,37
|
Tabel 4. Keanekaragaman
Menurut Indeks Shanon-Wiener Petak II (2x1 m)
H’ = - Σ Pi ln Pi
= - (-1,37)
= 1,37
4.1.1.3 Analisis vegetasi petak III
Hasil
yang didapatkan dari pengamatan terhadap vegetasi gulma pada petak III di lahan pertanaman
kangkung adalah sebagai berikut:
No
|
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Jumlah
|
1
|
Rumput grinting
|
Cynodon
dactylon
|
10
|
2
|
Rumput teki udel-udelan
|
Cyperus
kyllingia
|
9
|
3
|
Rumput teki
|
Cyperus
rotundus
|
11
|
4
|
Sembung rambat
|
Mikania micrantha
|
5
|
Tabel 5. Hasil
Pengamatan Vegetasi Gulma pada Petak III (4x1 m)
Nama Latin
|
Jumlah
|
Pi
|
ln Pi
|
Pi ln Pi
|
Cynodon
dactylon
|
10
|
0,29
|
-1,25
|
-0,36
|
Cyperus
kyllingia
|
9
|
0,26
|
-1,36
|
-0,35
|
Cyperus
rotundus
|
11
|
0,31
|
-1,16
|
-0,36
|
Mikania micrantha
|
5
|
0,14
|
-1,95
|
-0,28
|
Total
|
35
|
-1,35
|
Tabel 6. Keanekaragaman Menurut
Indeks Shanon-Wiener Petak III (4x1 m)
H’ = - Σ Pi ln Pi
= - (-1,35)
= 1,35
4.1.1.4 Analisis kesamaan spesies vegetasi menurut
indeks sorensen
Hasil
yang didapatkan dari pengamatan terhadap vegetasi gulma pada petak I, II, dan III di lahan
pertanaman kangkung adalah sebagai berikut:
Nama Latin
|
Petak I
|
Petak II
|
Petak III
|
Cynodon
dactylon
|
3
|
5
|
10
|
Cyperus
kyllingia
|
4
|
6
|
9
|
Cyperus
rotundus
|
4
|
7
|
11
|
Mikania micrantha
|
3
|
4
|
5
|
Total
|
14
|
22
|
35
|
Tabel 7. Kesamaan
Spesies Vegetasi Menurut Indeks Sorensen
Cs = 2J x 100%
(a+b)
Petak I-II= [2J/(a+b)]
x 100% = [2x4/(14+22)] x 100% = 22,22%
Petak I-III= [2J/(a+b)]
x 100% = [2x4/(14+35)] x 100% = 16,33%
Petak II-III= [2J/(a+b)]
x 100% = [2x4/(22+35)] x 100% = 14,04%
4.1.2 Analisis arthropoda
Jumlah
spesies arthropoda yang terdapat pada lahan pertanaman kangkung berjumlah 5 jenis
yaitu semut hitam (Dolichoderus bituberculatus), semut merah (Oechophylla smaragdina), kupu-kupu rumput kuning (Eurema hecabe), lalat (Musca domestica) dan belalang kayu (Valanga
nigricornis).
Semut hitam diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Hymenoptera, famili Formicidae, genus Dolichoderus, dan spesies Dolichoderus bituberculatus (Ahmad, 2012).
Famili ini dicirikan dengan ruas metasoma pertama
(kadang-kadang 2 ruas metasoma pertama) memiliki satu punuk atau bungkul dan
sangat berbeda dari metasoma sisanya; sungut-sungut biasanya bersiku, paling
tidak pada yang betina, dengan ruas pertama panjang; pronotum agak segiempat
pada pandangan lateral, biasanya tidak mencapai tegulae, seringkali tidak bersayap.
Kasta pekerja umumnya berukuran1/32- 1/16 inchi (1,5-2mm) sedangkan ratu dapat
mencapai ukuran 1/8 inchi. Slender, halus, hitam mengkilap hingga coklat-gelap,
terdapat satu segmentasi pedicel pada bagian antara thorax dan abdomen. Antenna
terdiri dari 12 segmen, segmen pertama memanjang, sedangkan 3 segmen terakhir
membesar. Scapel tidak mencapai tengkuk, mata kecil, madibula masing-masingf
dengan 4 gigi, propodeum tanpa spina, terdapat dua nodus petiole dan
postpetiole, dimana petiole lebih tinggi dan kurang lebar dibandingkan
postpetiole (Ahmad,
2012).
Semut merah diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Hymenoptera, famili Formicidae, genus Oechophylla, dan spesies Oechophylla smaragdina (Prayoga, 2012).
Tubuh semut terbagi atas tiga
bagian, yakni kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut
cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antena,
kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke tangkai semut
membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan
daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole).
Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang
kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud) (Prayoga, 2012).
Kupu-kupu rumput kuning
diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo
Lepidoptera, famili Pieridae, genus Eurema, dan spesies Eurema
hecabe ( Kyuw, 2010).
Eurema hecabe
merupakan kupu-kupu yang tergolong kecil dan masuk ke dalam famili Pieridae.
Sisi bawah sayap berwarna kuning dengan noda hitam halus, lebih banyak pada
betina dibandikan jantan. Pada sayap belakang terdapat bintik-bintik hitam yang
tersusun tidak teratur. Kepalam abdomen, dan thoraks bagian dorsal berwarna
hitam. Sedangkan bagian ventral berwarna kuning pucat. Kupu-kupu ini memiliki
bentangan sayap ± 5 cm ( Kyuw, 2010).
Lalat diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum Arthoropoda, kelas Hexapoda, ordo Diptera, famili
Muscidae, genus Musca, dan spesies
Musca domestica (Panca, 2012).
Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam
keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Mata lalat
betina mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri
atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu
pada bagian atas dan bawah Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang
menjulur digunakan untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau
sedikit lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk
oval yang dilengkapi dengan saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan
makanan diserap. Sayapnya mempunyai empat garis (strep) yang melengkung ke arah
kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga. Pada ketiga pasang kaki lalat ini
ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang. Bantalan disebut pulvilus yang
berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat menempel atau
mengambil kotoran pada permukaan halus kotoran ketika hinggap di sampah dan
tempat kotor lainnya (Panca, 2012).
Belalang kayu diklasifikasikan dalam
kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Orthoptera, genus Valanga,
dan memiliki nama spesies Valanga nigricornis (Nuraini, 2011).
Tubuh belalang terdiri dari 3
bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang
juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang
yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek
digunakan untuk berjalan
(Nuraini, 2011).
4.1.2.1 Analisis arthropoda petak I
Hasil
yang didapatkan dari pengamatan terhadap arthropoda pada petak I di lahan pertanaman kangkung
adalah sebagai berikut:
No
|
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Jumlah
|
1
|
Semut hitam
|
Dolichoderus
bituberculatus
|
7
|
2
|
Semut merah
|
Oechophylla
smaragdina
|
5
|
Tabel 8. Hasil Pengamatan Arthropoda
di pitfall trap pada Petak I (1x1 m)
Nama Latin
|
Jumlah
|
Pi
|
ln Pi
|
Pi ln Pi
|
Dolichoderus
bituberculatus
|
7
|
0,58
|
-0,54
|
-0,31
|
Oechophylla
smaragdina
|
5
|
0,42
|
-0,88
|
-0,36
|
Total
|
12
|
-0,68
|
Tabel 9. Tabel Pengamatan
Indeks Shanon-Wiener Petak I (1x1 m)
H’ = - Σ Pi ln Pi
= - (-0,68)
= 0,68
No
|
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Jumlah
|
1
|
Kupu-kupu rumput kuning
|
Eurema
hecabe
|
2
|
2
|
Belalang
kayu
|
Valanga
nigricornis
|
1
|
Tabel 10. Hasil Pengamatan
Arthropoda di jaring pada Petak I (1x1 m)
Nama Latin
|
Jumlah
|
Pi
|
ln Pi
|
Pi ln Pi
|
Eurema
hecabe
|
2
|
0,67
|
-0,41
|
-0,27
|
Valanga
nigricornis
|
1
|
0,33
|
-1,10
|
-0,37
|
Total
|
3
|
-0,64
|
Tabel 11. Tabel Pengamatan
Indeks Shanon-Wiener Petak I (1x1 m)
H’ = - Σ Pi ln Pi
= - (-0,64)
= 0,64
4.1.2.2 Analisis arthropoda petak II
Hasil
yang didapatkan dari pengamatan terhadap arthropoda pada petak II di lahan pertanaman
kangkung adalah sebagai berikut:
No
|
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Jumlah
|
1
|
Semut hitam
|
Dolichoderus
bituberculatus
|
9
|
2
|
Semut merah
|
Oechophylla
smaragdina
|
8
|
Tabel 12. Hasil Pengamatan
Arthropoda di pitfall trap pada Petak II (2x1 m)
Nama Latin
|
Jumlah
|
Pi
|
ln Pi
|
Pi ln Pi
|
Dolichoderus
bituberculatus
|
9
|
0,53
|
-0,64
|
-0,34
|
Oechophylla
smaragdina
|
8
|
0,47
|
-0,75
|
-0,35
|
Total
|
17
|
-0,69
|
Tabel 13. Tabel Pengamatan
Indeks Shanon-Wiener Petak II (2x1 m)
H’ = - Σ Pi ln Pi
= - (-0,69)
= 0,69
No
|
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Jumlah
|
1
|
Kupu-kupu rumput kuning
|
Eurema
hecabe
|
1
|
2
|
Lalat
|
Musca
domestica
|
1
|
Tabel 14. Hasil Pengamatan
Arthropoda di jaring pada Petak II (2x1 m)
Nama Latin
|
Jumlah
|
Pi
|
ln Pi
|
Pi ln Pi
|
Eurema
hecabe
|
1
|
0,50
|
-0,69
|
-0,35
|
Musca
domestica
|
1
|
0,50
|
-0,69
|
-0,35
|
Total
|
2
|
-0,69
|
Tabel 15. Tabel Pengamatan
Indeks Shanon-Wiener Petak II (2x1 m)
H’ = - Σ Pi ln Pi
= - (-0,69)
= 0,69
4.1.2.3 Analisis arthropoda petak III
Hasil
yang didapatkan dari pengamatan terhadap arthropoda pada petak III di lahan pertanaman
kangkung adalah sebagai berikut:
No
|
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Jumlah
|
1
|
Semut hitam
|
Dolichoderus
bituberculatus
|
6
|
2
|
Semut merah
|
Oechophylla
smaragdina
|
8
|
Tabel 16. Hasil Pengamatan
Arthropoda di pitfall trap pada Petak
III (4x1 m)
Nama Latin
|
Jumlah
|
Pi
|
ln Pi
|
Pi ln Pi
|
Dolichoderus
bituberculatus
|
6
|
0,43
|
-0,85
|
-0,36
|
Oechophylla
smaragdina
|
8
|
0,57
|
-0,56
|
-0,32
|
Total
|
14
|
-0,68
|
Tabel 17. Tabel Pengamatan
Indeks Shanon-Wiener Petak III (4x1 m)
H’ = - Σ Pi ln Pi
= - (-0,68)
= 0,68
No
|
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Jumlah
|
1
|
Belalang kayu
|
Valanga
nigricornis
|
1
|
2
|
Lalat
|
Musca
domestica
|
2
|
3
|
Kupu-kupu
rumput kuning
|
Eurema
hecabe
|
1
|
Tabel 18. Hasil Pengamatan
Arthropoda di jaring pada Petak III (4x1 m)
Nama Latin
|
Jumlah
|
Pi
|
ln Pi
|
Pi ln Pi
|
Valanga
nigricornis
|
1
|
0,25
|
-1,39
|
-0,35
|
Musca
domestica
|
2
|
0,50
|
-0,69
|
-0,35
|
Eurema
hecabe
|
1
|
0,25
|
-1,39
|
-0,35
|
Total
|
4
|
-1,04
|
Tabel 19. Tabel Pengamatan
Indeks Shanon-Wiener Petak III (4x1 m)
H’ = - Σ Pi ln Pi
= - (-1,64)
= 1,64
4.2.1.4 Analisis kesamaan spesies arthropoda menurut
indeks sorensen
Hasil
yang didapatkan dari pengamatan terhadap arthropoda pada petak I, II, dan III di lahan
pertanaman kangkung adalah sebagai berikut:
Nama Latin
|
Petak I
|
Petak II
|
Petak III
|
Dolichoderus
bituberculatus
|
7
|
9
|
6
|
Oechophylla
smaragdina
|
5
|
8
|
8
|
Total
|
12
|
17
|
14
|
Tabel 20. Kesamaan Spesies
Arthropoda Pitfall Trap Menurut
Indeks Sorensen
Cs = 2J x 100%
(a+b)
Petak I-II= [2J/(a+b)]
x 100% = [2x2/(12+17)] x 100% = 13,79%
Petak I-III= [2J/(a+b)]
x 100% = [2x2/(12+14)] x 100% = 15,38%
Petak II-III= [2J/(a+b)] x 100%
= [2x2/(17+14)] x 100% = 12,90%
Nama Latin
|
Petak I
|
Petak II
|
Petak III
|
Eurema hecabe
|
2
|
1
|
1
|
Valanga
nigricornis
|
1
|
0
|
1
|
Musca
domestica
|
0
|
1
|
2
|
Total
|
3
|
2
|
4
|
Tabel 21. Kesamaan
Spesies Arthropoda di jaring Menurut Indeks Sorensen
Cs = 2J x 100%
(a+b)
Petak I-II= [2J/(a+b)]
x 100% = [2x1/(3+2)] x 100% = 40,00%
Petak I-III= [2J/(a+b)]
x 100% = [2x2/(3+4)] x 100% = 57,14%
Petak II-III= [2J/(a+b)] x 100% = [2x2/(2+4)] x 100% = 66,67%
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis
vegetasi
Berdasarkan
analisis vegetasi yang telah dilakukan di lahan pertanaman kangkung, diketahui
bahwa terdapat 4 jenis gulma yaitu rumput grinting (Cynodon dactylon), rumput teki udel-udelan (Cyperus kyllingia), rumput teki (Cyperus rotundus), dan sembung rambat (Mikania micrantha).
Berdasarkan analisa keanekaragaman menurut shanon-wiener, diperoleh pada petak
I 1,38; petak II 1,37; dan petak III 1,35. Kriteria keanekaragaman menurut
shanon-wiener adalah H’ < 1 adalah rendah, 1<H’<3 adalah sedang, dan
H’ > 3 adalah tinggi, sehingga keanekaragaman pada petak I, petak II dan
petak III termasuk dalam kriteria sedang.
Berdasarkan analisa kesamaan menurut sorensen, diperoleh
pada petak I-II 22,22%, petak I-III 16,33%, dan pada petak II-III 14,04%. Menurut
Kendeigh bilamana indeks kesamaan dari dua komunitas yang dibandingkan lebih
besar dari 50%, maka kedua komunitas yang dibandingkan itu dapat dianggap satu
komunitas bukan menjadi dua komunitas yang berbeda. Sehingga karena ketiga data
tersebut berada dibawa 50% maka kesamaannya nilai kesamaanya rendah.
4.2.2 Analisis arthropoda
Berdasarkan
analisis arthropoda pada pitfall trap
yang telah dilakukan di lahan pertanaman kangkung, diketahui bahwa terdapat 2
jenis yaitu semut hitam (Dolichoderus bituberculatus), dan semut merah (Oechophylla smaragdina). Berdasarkan analisa keanekaragaman menurut
shanon-wiener, diperoleh pada petak I 0,68; petak II 0,69; dan petak III 0,68.
Kriteria keanekaragaman menurut shanon-wiener adalah H’ < 1 adalah rendah,
1<H’<3 adalah sedang, dan H’ > 3 adalah tinggi, sehingga
keanekaragaman pada petak I, petak II dan petak III termasuk dalam kriteria rendah.
Berdasarkan analisa kesamaan menurut sorensen di pitfall trap, diperoleh pada petak I-II
13,79%, petak I-III 15,38%, dan pada petak II-III 12,9%. Menurut Kendeigh bilamana
indeks kesamaan dari dua komunitas yang dibandingkan lebih besar dari 50%, maka
kedua komunitas yang dibandingkan itu dapat dianggap satu komunitas bukan
menjadi dua komunitas yang berbeda. Sehingga karena ketiga data tersebut berada
dibawa 50% maka kesamaannya nilai kesamaanya rendah.
Berdasarkan analisis arthropoda pada jaring yang telah
dilakukan di lahan pertanaman kangkung, diketahui bahwa terdapat 3 jenis yaitu kupu-kupu
rumput kuning (Eurema hecabe), lalat (Musca domestica) dan belalang kayu (Valanga
nigricornis). Berdasarkan analisa keanekaragaman menurut shanon-wiener,
diperoleh pada petak I 0,64; petak II 0,69; dan petak III 1,64. Kriteria
keanekaragaman menurut shanon-wiener adalah H’ < 1 adalah rendah,
1<H’<3 adalah sedang, dan H’ > 3 adalah tinggi, sehingga
keanekaragaman pada petak I, dan petak II termasuk dalam kriteria rendah,
sedangkan pada petak III termasuk sedang
Berdasarkan analisa kesamaan menurut sorensen di jaring,
diperoleh pada petak I-II 40,00%, petak I-III 57,14%, dan pada petak II-III
66,67%. Menurut Kendeigh bilamana indeks kesamaan dari dua komunitas yang
dibandingkan lebih besar dari 50%, maka kedua komunitas yang dibandingkan itu
dapat dianggap satu komunitas bukan menjadi dua komunitas yang berbeda.
Sehingga data pada petak I-II
memiliki kesamaan rendah, sedangkan pada petak I-III dan petak II-III memiliki
kesamaan yang tinggi.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal–hal
sebagai berikut :
1.
Ekosistem merupakan bagian dari
lingkungan, ekosistem memiliki komponen-komponen tertentu.
2.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya
terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.
3.
Arthropoda merupakan hewan yang
memiliki kaki, abdomen, dan thoraks yang beruas-ruas. Arthropoda yang ditemukan
pada lahan pertanaman kangkung merupakan jenis arthropoda Insecta.
4.
Pada lahan pertanaman kangkung terdapat
4 jenis vegetasi gulma yang termasuk kriteria keanekaragaman sedang dan kesamaan
yang rendah.
5.
Pada lahan pertanaman kangkung terdapat
2 jenis arthropoda di pitfall trap
dan 3 jenis di jaring. Arthropoda di pitfall
trap pada petak I, II, dan III termasuk kriteria keragaman rendah dan
kriteria kesamaan rendah. Sedangkan arthropoda di jaring pada petak I dan II
termasuk kriteria rendah dan petak III termasuk kriteria sedang dan pada petak
I-II termasuk kriteria kesamaan sedang, sedangkan I-III dan II-III kesamaan
tinggi.
5.2 Saran
Disarankan
untuk percobaan berikutnya agar lahan tempat penelitian didalamnya terdapat
berbagai jenis tanaman sehinggi keragamannya lebih besar.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, A., 2012. Semut Hitam Kecil. http://musuhkita-bersama. blogspot.com/2013/05/semut-hitam-kecil.html.
Diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
Andre. 2009. Analisis Vegetasi. http://analisis-vegetasi.blogspot.
com/2009/11/analisis-vegetasi.html. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
Balittro, Y., 2013. Gulma pada Tanaman Jahe. http://jaheunggul. blogspot.com/2013/09/gulma-pada-budidaya-tanaman-jahe.html.
Diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
Hairiah, K., 2009. Modul Praktikum Ekologi Pertanian. Universitas
Brawijaya: Malang.
Kyuw, T., 2010. Kupu-Kupu Common
Grass Yellow. http://ilmuwanahlistrategi. blogspot.com/2010/02/blog-post.html.
Diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
Nuraini, S., 2011. Belalang Kayu.
http://syienaainie.blogspot .com/2011/03/belalang-kayu-valangia-nigricornis.html.
Diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
Panca, R., 2012. Morfologi Lalat
Rumah. http://pancarahmat.blogspot .com/2012/05/gambar-morfologi-lalat-rumah-musca.html.
Diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
Prayoga, B., 2012. Semut Rang-Rang.
http://semutkroto.com/semut-rang-rang/. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
Prihantoro, T., 2014. Pengertian, Ciri-Ciri, dan Klasifikasi Arthropoda. http://taufan-web.blogspot.com/2014/04/pengertian-ciri-ciri-dan-klasifikasi.
html. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
Rima, R., 2013. Ekologi Pertanian.
http://roidarmtamba01.blogspot. com/2013/12/laporan-akhir-ekologi-pertanian-di.html.
Diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
Sandi. 2012. Vegetasi Gulma. http://naneuntetylicious.blogspot. com/2012/10/vegetasi
gulma.html. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014
Tim.
2014. Penuntun Praktikum Pengendalian Gulma. UNIB: Bengkulu.
Yunita, R., 2013. Ekologi Pertanian
Agribisnis. http://risky-smart.blogspot. com/2013/12/laporan-ekologi-pertanian-agribisnis.html.
Diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
I've been exploring for a little bit for any high quality articles or weblog
BalasHapusposts on this sort of space . Exploring in Yahoo I ultimately stumbled upon this web site.
Reading this info So i am happy to exhibit that
I have an incredibly good uncanny feeling I came upon just what I needed.
I such a lot certainly will make sure to don?t overlook this website and give it a glance regularly.