- Back to Home »
- Makalah »
- Dasar-Dasar Agronomi : Fase Pertumbuhan Vegetatif
Posted by : Zero Kun
22 Jan 2015
Fase Pertumbuhan Vegetatif
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Selama
pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman akan membentuk berbagai macam organ.
Secara umum, organ tanaman terdiri dari organ vegetatif dan organ generatif.
Akar, batang, dan daun dikelompokkan sebagai organ vegetatif, sedangkan bunga,
buah, dan biji digolongkan sebagai organ generatif. Organ-organ vegetatif akan
terbentuk lebih awal dibandingkan organ-organ generatif. Fase dimana tanaman
hanya membentuk organ-organ vegetatif disebut fase pertumbuhan vegetatif.
Pertumbuhan
vegetatif dicirikan dengan berbagai aktivitas pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang berhubungan dengan pembentukan dan pembesaran daun, pembentukan
meristem apikal atau lateral dan pertumbuhannya menjadi cabang-cabang, dan ekspansi
sistem perakaran tanaman. Pertumbuhan generatif atau pertumbuhan reproduktif
dimulai dengan pembentukan bunga. Bunga kemudian berkembang menjadi buah. Biji
terbentuk bersama dengan perkembangan buah. Pada beberapa spesies, bunga mulai
terbentuk hanya dalam waktu beberapa bulan setelah ditanam. Kelompok tanaman
ini secara agronomis digolongkan sebagai tanaman semusim. Pada beberapa spesies
lainnya, bunga baru terbentuk setelah tanaman berumur beberapa tahun. Pada
tanaman duku (Lansium domesticum) yang
diperbanyak secara generatif, bunga terbentuk setelah tanaman berumur lebih
dari 5 tahun. Kelompok tanaman yang berbunga setelah berumur beberapa tahun
digolongkan pada tanaman tahunan.Beberapa spesies tanaman hanya akan memasuki
fase pertumbuhan generatif jika mendapat perlakuan lama penyinaran (panjang
hari tertentu) atau suhu rendah.
Secara
umum, bunga akan berkembang menjadi buah setelah bunga tersebut mengalami
penyerbukan, yakni peristiwa dimana tepung sari jatuh pada kepala putik.
Walaupun perlu diingat bahwa buah pada spesies tanaman tertentu akan tetap
tumbuh membesar walaupun tidak terjadi penyerbukan. Tidak semua bunga pada satu
individu tanaman akan berkembang menjadi buah, karena keberhasilan pembentukan
buah ini tergantung pada proses penyerbukan dan kondisi lingkungan.
Buah
yang terbentuk tidak selalu mengandung biji. Buah yang tidak mengandung biji
disebut buah parthenokarpi. Buah
tanpa biji umumnya dijumpai pada tanaman pisang (Musa sp.). Buah tanpa biji ini lebih disukai konsumen, oleh sebab
itu sekarang telah banyak dikembangkan tanaman buah-buahan tanpa biji, misalnya
semangka.
B. Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami dan mengetahui proses dan
fase pertumbuhan vegetatif
C. Manfaat
penulisan
Dalam
makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengetahui proses dan fase pertumbuhan vegetatif dan
generatif tanaman.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan
vegetative
Fase
vegetative tanaman merupakan fase berkembangnya bagian vegetative dari
suatu tanaman. Bagian vegetative dari tanaman adalah akar, batang dan daun.Fase
pertumbuhan vegetatif mencakup pertumbuhan akar, batang, dan daun. dalam fase
ini tanaman memerlukan banyak cadangan makanan (karbohidat) yang akan dirombak
menjadi energy untuk pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan vegetative ini ada tiga
aspek penting yang perlu dikeahui yaitu pembelahan sel (cell defision),
pembelahan sel (cell enlargement) dan deferensiasi (penggandaan) (cell
deferentation).Apabila tumbuhan ditanam dengan menggunakan bijinya, maka oertumbuhan
vegetative diawali dari proses perkecambahan.
Pada
fase ini berhubungan dengan 3 proses : pembelahan sel, perpanjangan sel dan
tahap pertama diferensiasi. Pada proses pembelahan sel, memerlukan karbohidrat
dalam jumlah yang besar, karena dinding sel terbentuk dari selulosa dan
protoplasmanya dari gula. Pembelahan sel terjadi dalam jaringan merismatis pada
titik tumbuh batang daun ujung akar dan kambium.Untuk kegiatan perpanjangan
sel, hal ini terjadi pada saat pembesaran sel, proses ini membutuhkan pemberian
air yang cukup. Lalu hormon untuk merentangkan dinding sel. Dan yang terakhir
adalah dengan adanya ketersediaan gula.
Diferensiasi adalah suatu situasi dimana sel-sel
meristematik berkembang menjadi dua atau lebih macam sel/jaringan/organ tanaman
yang secara kualitatif berbeda satu dengan yang lainnya. Merupakan proses hidup
yang menyangkut transformasi sel tertentu ke sel-sel yang lain menurut
spesialisasinya (baik spesialisasi dalam hal proses biokimia, fisiologi, maupun
struktural) Misalnya pada pembentukan jaringan xylem dan phloem.
Proses diferensiasi sendiri
mempunyai tiga syarat, yaitu :
Hasil assimilasi yang tersedia dalam
keadaan berlebihan untuk dapat dimanfaatkan pada kebanyakan kegiatan
metabolisme Temperatur yang menguntungkan Terdapat sistem enxzym yang tepat
untuk memperantarai proses diferensiasi.Fase vegetatif ini sendiri berlangsung
selama periode tertentu. Setiap tanaman memiliki periode fase vegetatif yang
berbeda-beda. Selama fase vegetatif ini berjalan pada periode tertentu,
maka tanaman juga akan berangsur-angsur masuk dan berganti ke fase generatif.
Dalam satu daur pertumbuhan tanaman,
fase vegetatif dan fase generatif saling bergantian.pertumbuhan vegetatife
sendiri sudah dimulai sejak tanaman di tanam dalam media yang sudah paten. Hal
ini berarti, sejak masa pembenihan dan perkecambahan. Setelah masa penyiangan
maka pertumbuhan vegetatif baru akan berjalan secara maksimal. Pertumbuhan ini
yaitu mulai tumbuhnya akar sejati yang sudah kuat dan berkembang terus kedalam
tanah. Untuk batangnya sendiri juga akan terus bertambah besar dan tinggi.Jika
pada tanaman yang berkambium, maka tanaman ini juga akan tumbuh melebar dan
menjadi semakin keras. Pada daun sendiri akan terus bertambah sampai nanti
memasuki fase generatifnya.
Meristem apical
Pertumbuhan dan perkembangan bagian-bagian vegetatif
tanaman di atas tanah terutama ditentukan oleh aktivitas meristem apikal karena
disini primordia daun terbentuk, karena pemanjangan batang permulaannya
tergantung pada jaringan batang baru yang terbentuk pada ujung dan karena
banyak rangsangan hormonal yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan semua
bagian tanaman berikutnya, diketahui berasal baik dari ujung itu sendiri maupun
daun-daun muda yang terbungkus rapat membentuk tunas apikal. Dua deerah ujung
biasanya dibedakan. Pertama adalah tunika dimana sel-selnya membelah dengan
membentu dinding-dinding baru dalam suatu bidang antiklinal, yaitu tegak lurus
pada permukaan ujung. Jadi, tunika membesar untuk melindungi ujung yang tumbuh
tetapi ketebalannya, biasanya beberapa lapisan sel secara komperatif tetap
konstan. Dalam korpus tidak ada keteraturan dalam bidang-bidang pembelahan dan
karena itu struktur lapisan yang nyata tidak didapat pada bagian tengah.
Pembelahan tunika-korpus hanya dapat diterapkan untuk ujung itu sendiri, yaitu
kubah jaringan antara dua primordia daun termuda. Sementara primordia
berkembang, pola sel menjadi berubah karena pengaturan yang khas pada ujung
berubah menjadi primordia.
Pengaturan daun-daun pada batang (filotaksis) dapat
dilacak secara langsung terhadap kedudukan geometrik dan waktu pembentukan
primordia daun yang baru. Jadi, dalam suatu jenis tumbuhan dengan filotaksis
spiral (misalnya kapas) primordia termuda muncul dengan pusatnya dan primordia
tertua berikutnya membentuk suatu sudut tertentu pada pusat ujung jika
dipandang dari irisan melintang. Primordia yang lebih muda juga terpancang
lebih tinggi di kubah apikal. Dalam filotaksis yang berselang-seling (misalnya
jagung), sudut antara primordia yang berurutan adalah 180o sehingga
semua primordia terpusat dalam satu bidang tegak melewati ujung. Antara ujung
dan primordia daun, berkembang primordium suatu tunas samping yang dalam
kondisi yang sesuai dapat berkembang menjadi cabang samping (lateral). (Goldsworthy
and Fisher, 1996)
B.
Struktur
biji
Biji dilindungi oleh kulit biji yang terdiri atas
jaringan-jaringan yang secara genetik identik dengan tanaman induknya dan
biasanya berkembang dari integumen bakal biji, dalam beberapa biji, kulit biji
dapat menjadi satu dengan
struktur-struktur lain, sebenarnya lebih merupakan bagian buah daripada biji.
Pada tanaman padi-padian, biji adalah buah berbiji tunggal yang disebut
kariopsis. Embrio biasanya merupakan hasil pembuahan dan karena itu secara
genetik tak sama dengan tanaman induk atau paling sedikit secara potensial
demikian. Suatu radikula dapat dikenali yang berkembang membentuk akar tumbuhan
anak dan pluma berkembang membentuk tunas. Endosperm berasal dari sebuah inti
yang terbentuk dari peleburan tiga inti yaitu dua inti induk dan satu inti
jantan. Dalam beberapa spesies, endosperm hampir hilang dalam proses pemasakan
biji tetapi pada tanaman padi-padian, ia menempati sebagian besar volume biji
yang merupakan jaringan penyimpanan utama. (Goldsworthy and Fisher, 1996)
C.
Proses
perkecembahan
Pertumbuhan pada tumbuhan spermatophyta diawal biji.
Bentuk,ukuran, dan struktur biji bervariasi. Biji memilki tiga bagian, yaitu
inti biji, tali pusar, dan kulit biji.
Perkecambahan
adalah proses pertumbuhan embrio dan bagian-bagian biji lainnya untuk tumbuh
secara normal menjadi tumbuhan baru. Biji dapat mengalami masa tidak aktif
(dormansi) akibat kandungan air dalam biji yang rendah, yaitu 5-10%. Dormansi
pada biji dapat dilihat pada kulit biji yang keras yang menghalangi penyerapan
air dan oksigen. Dormansi sangat bermanfaat pada situasi yang tidak
menguntungkan seperti suasana sangat dingin atau kekeringan. Pada kondisi
tertentu yang memungkinkan biji untuk tumbuh, biji akan mengakhiri masa
dormansinya dan mulai berkecambah (germinasi).
Tahap awal perkecambahan dimulai pada
saat biji menyerap air. Penyerapan air (imbibisi) terjadi melalui liang biji
(mikrofil). Penyerapan air merupakan tahap penting dalam perkecambahan. Biji
yang telah menyerap air akan membesar sehingga mengakibatkan robeknya kulit
biji.
Peningkatan kandungan air dalam biji
memicu pengaktifan enzim-enzim dalam kotiledon yang akan merombak cadangan
makanan menjadi molekul-molekul sederhana, yang selanjutnya akan diangkut
menuju lokasi pertumbuhan pada embrio. Gejala awal dari perkecambahan biasanya
terlihat dari pembengkakan akar lembaga yang menyebabkan kulit biji sobek dan
kecambah mulai tumbuh. Perkecamabahan biji dipengaruhi faktor dalam dan faktor
luar. Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan biji antara lain viabilitas
atau kemampuan berkecambahan biji, cadangan makanan dalam biji, dan hormon yang
terkandung dalam biji. Viabilitas biji menentukan kecepatan perkecambahan.
Cadangan makanan dalam biji mempengaruhi proses perkembangan kecambah. Hormon
yang terkandung dalam biji akan memacu proses perkecambahan dengan mengaktifkan
enzim-enzim untuk perkecambahan.
Faktor luar yang mempengaruhi
perkecambahan biji antara lain ketersediaas air,oksigen, dan cahaya. Air
berfungsi untuk melunakkan kulit biji dan melarutkan cadangan makanan. Oksigen
diperlukan dalam proses oksidasi dan respirasi biji untuk menghasilkan energi
yang diperlukan untuk perkecambahan, sedangkan cahaya akan memicu
perkecambahan.
Ada 2 tipe perkecambahan, yaitu
perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal. Pada perkecambahan epigeal,
kotiledon dan pucuk tunas terangkat ke atas permukaan tanah. Tanaman dikotil
seperti kacang tanah dan kacang buncis mengalami perkecambahan epigeal. Pada
perkecambahan hipogeal, bagian yang terangkat ke atas permukaan tanah hanya
pucuk tunas dan daun pertama sedangkan kotiledon tetap berada di dalam tanah,
misalnya perkecambahan pada jagung. (Furqonita, 2007)
D.
Pertumbuhan
dan perkembangan akar
Organ pertama yang terbentuk pada
kebanyakan tanaman adalah akar. Pada saat perkecambahan, radikel akan tumbuh
menembus kulit biji lebih dahulu dibanding hipokotil pada saat perkecambahan
berlangsung pada kebanyakan spesies tanaman. Walaupun tentu terddapat beberapa
spesies sebagai pengecualian. Radikel ini selanjutnya berkembang menjadi akar
primer atau disebut akar tunggang (top
root) pada tanaman dikotil. Pada tanaman monokotil, beberapa (1 sampai 4)
akar seminal akan pula terbentuk dari embrio benih.
Pertumbuhan lebih lanjut dari akar
primer tergantung pada aktivitas dari meristem apikalnya. Pembelahan sel
berlangsung sangat aktif pada bagian meristem akar ini. Bagian meristem akar
ini dilindungi oleh tudung akar (root cap).
Peranan tudung akar penting sekali dalam proses pemanjangan akar, pada saat
akar melakukan penetrasi ke dalam tanah. Tudung akar juga menghasilkan sejenis
bubur polisakarida yang disebut musigel (mucigel)
yang berfungsi sebagai pelumas untuk mempermudah penetrasi akar dalam tanah.
Musigel juga mungkin penting artinya dalam mengikat mikroorganisme tanah untuk
bersimbiosis dengan akar tanaman, misalnya jamur mikoriza dan bakteri
Rhizobium.
Sel-sel muda yang terbentuk pada
meristem kemudian berkembang menjadi sel-sel epidermis, korteks, endodermis,
perisikel, xilem, dan floem. Zona meristem akar dapat dideteksi dengan
mengamati secara mikroskopik letak sel-sel yang sedang aktif membelah diri
(mitosis) atau dengan mendekteksi dimana sintesis DNA berlangsung dengan
menggunakan senyawa thimidin (digunakan dalam sintesis DNA) yang bermuata
radioaktif. Sintesis DNA dan mitosis berlangsung pada lokasi yang sama walaupun
pada waktuk yang agak berbeda. (Lakitan, 1996)
Di balik tudung akar (di depan
meristem) terdapat suatu zona yang terdiri dari beberapa sel yang tidak aktif
membelah diri. Zona ini disebut quiescent
center. Zona ini berfungsi sebagai pengganti tudung akar atau meristem jika
mengalami kerusakan.
Menurut
Lakitan (1996), zona pemanjangan (elongation zone) akar berkisar antara 0,5 cm
sampai 1,5 cm pada bagian ujung akar. Laju pemanjangan akar dapat mencapai 2
cm/hari, akar primer memanjang lebih cepat dibandingkan akar sekunder. Demikian
pula akar sekunder memanjang lebih cepat dibandingkan akar tertier. Laju
pemanjangan akar juga dipengaruhi oleh faktor internal dan berbagai faktor
lingkungan. faktor internal yang mempengaruhi adalah pasokan fotosintat
(umumnya dalam bentuk sukrosa) dari daun. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
antara lain adalah suhu tanah dan kandungan air tanah.
Di
belakang zona pemanjangan terdapat zona bulu akar (root hair zone). Beberapa
sel epidermis pada zona ini membentuk tonjolan yang tumbuh memanjang antara 0,5
mm sampai 1,5 mm. Tonjolan pada sel epidermis ini disebut bulu akar. Keberadaan
bulu akar memperluas total las permukaan akar, sehingga penting artinya dalam
serapan air dan unsur hara bagi tanaman.
Selain
tumbuh memanjang, akar juga tumbuh secara radial. Akar tanaman gimnosperma dan
tanaman dikotil mempunyai kambium vaskuler yang terletak pada posisi diantara
pembuluh floem dan xilem. Kambium ini yang berperan dalam penambahan diameter
akar (pertumbuhan radial), terutama karena kambium ini berperan dalam
pembentukan sel-sel xilem (ke arah internal) dan sel-sel floem (ke arah
eksternal). Tanaman monokotil tidak memiliki kambium vaskuler. Pertumbuhan
radial pada akar tanaman monokotil hanya disebabkan oleh pembesaran sel-sel
nonmeristematik. Dengan demikian, pertumbuhan radial pada akar tanaman
monokotil sangat terbatas.
Pada
spesies tanaman tertentu, pertumbuhan radial akar berlangsung secara luar
biasa, sehingga membentuk organ tanaman yang disebut umbi, misalnya pada
tanaman bit (Beta vulgaris) dan
ketela rambat (Ipomoea batatas). Umbi
ini terbentuk karena pada bagian akar ini terdapat 8-12 lingkaran kambium,
dimana pada akar biasa hanya terdapat 1 lingkaran kambium. Inisiasi
lingkaran-lingkaran kambium tersebut dimulai sejak awal perkembangan akar
tanaman ini. pembesaran umbi selanjutnya disebabkan karena pembentukan sel-sel
baru (pembelahan sel) pada masing-masing kambium tersebut, sedangkan ukuran sel
pada umbi relatif kostan. Akar primer
selanjutnya akan memebentuk cabangyang disebut sebagai akar sekunder.
Akarsekunder umumnya tumbuh secara lateral (horizontal) oleh sebab itu sering
pula disebut sebagai akar lateral. Akar sekunder ini terbentuk beberapa
milimeter atau beberapa sentimeter dari ujung akar primer.
Pertumbuhan
akar sekunder dimulai pada sel-sel perisikel akar primer, sel-sel perisikel
akar sekunder ini sangat aktif membelah diri dan tumbuh menembus lapisan
sel-sel korteks dan epidermis akar primer. Sel-sel perisikel calon akar
sekunder ini diduga menghasilkan enzim hidrolitik yang berperan mengurai
bahan-bahan penyusun dinding sel korteks dan epidermis yang dilalui dalam
proses ertumbuhannya. Melalui proses yang sama, akar-akar tertier akan tumbuh
dari sel-sel perisikel akar sekunder.
Faktor
yang mempengaruhi atau merangsang pembentukan cabang akar belum banyak mendapat
perhatian, tetapi diyakini bahwa pembentukan akar sekunder akan lebih
terangsang jika pertumbuhan akar primer mendapat hambatan atau gangguan. Sebagai
contoh, akar lateral (dan akar adventif) lebih dominan peranannya pada tanaman
yang akar primernya mengalami kerusakan akibat tergenang. Fenomena ini telah
dilaporkan pada tanaman buncis (Phaeolus
vulgaris). Akar adventif merupakan akar yang tumbuh dari pangkal batang
atau ruas batang pada tanaman monokotil atau organ tanaman lainnya, selain akar
primer (dari radikel), akar seminal, dan cabang-cabang dari akar ini. daerah
penyebaran sistem perakaran tanaman secara horizontal umumnya 1,5 sampai 2 kali
diameter tajuknya. Luas penyebaran sistem perakaran tanaman ini juga dipengaruhi
oleh sifat fisik tanah.
E. Pertumbuhan
pada batang
Pada
batang yang sedang aktif tumbuh, zona pembelahan sel (meristem) terletak lebih
jauh dari ujung batang, dibanding posisi meristem pada akar. Pada tanaman
gimnosperma dan dikotil, pembelahan dan pembesaran sel terjadi pada jaringan
yang terletak beberapa sentimeter dari ujung batang. Ada yang dilaporkan
terjadi pada posisi sejauh 10 cm dari ujung batang.
Pada
tanaman rumput-rumputan (graminae), pembelahan dan pembesaran sel dapat terjadi
jauh dari ujung batang, tetapi hanya pada posisi tertentu, yakni pada bagian
pangkal masing-masing ruas (internode) batang. Zona meristematik pada pangkal
ruas ini disebut meristem interkalari (intercalary
meristem), karena terletak antara jaringan-jaringan tua yang sel-selnya
tidak lagi aktif membelah diri. Dengan demikian, masing-masing ruas terdiri
dari sel-sel tua pada bagian atas dan sel-sel muda pada bagian bawah.
Sel-sel
meristem batang mula-mula membesar secara radial dan setelah itu terjadi
diferensiasi. Mula-mula terbentuk prakambium, kemudian floem san xilem.
Diferensiasi ini berlangsung secara akropetal, mulai dari sel-sel yang lebih
tua. Setelah diferensiasi terjadi, sel-sel ini membesar secara longitudinal,
mengakibatkan pemanjangan batang. Sebagaimana yang terjadi pada akar,
pertumbuhan batang secara radial terjadi sebagai akibat dari aktivitas kambium.
Laju
pemanjangan batang berbeda antara spesies dan dipengaruhi oleh lingkungan
dimana tanaman tersebut tumbuh. Laju pemanjangan yang paling tinggi terjadi
pada tanaman bambu. Pada tanaman bambu muda (rebung), laju pemanjangan batang
dapat mencapai 2,5 cm/jam, tetapi laju pemanjangan batang yang umum adalah 10
sampai 100 kali lebih lambat dibanding tanaman bambu tersebut.
Faktor
lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pemanjangan batang adalah suhu dan
intensitas cahaya. Suhu optimum untuk pemanjangan batang bervariasi tergantung
jenis tanaman. Laju pemanjangan batang berbanding terbalik dengan intensitas
cahaya. Pemanjangan batang lebih terpacu jika tanaman ditumbuhkan pada tempat
dengan intensitas cahaya rendah. Berdasarkan ini, maka sesungguhnya panjang
batang (tinggi tanaman) merupakan
indikator yang buruk untuk mengukur pertumbuhan. Peristiwa pemacuan pemanjangan
batang pada intensitas cahaya rendah disebut etiolasi. Fitokrom berperan
penting dalam peristiwa etiolasi ini.
Meristem
apikal batang merupakan tempat dimana daun, cabang, dan organ generatif akan
terbentuk. Pembentukan daun dan organ generatif akan diuraikan tersendiri.
Kemampuan tanaman untuk membentuk cabang batang sangat bervariasi. Tanaman
bunga matahari (Helianthus annuus)
dan jagung (Zea mays) sangat jarang
membentuk cabang. Cabang tumbuh dari tunas aksiler atau tunas lateral. Pada
beberapa spesies tanaman, tunas aksiler berada dalam keadaan dorman dan hanya
akan terangsang untuk tumbuh menjadi cabang jika tunas apikal dibuang. Gejala
ini disebut dominansi apikal. Dominansi apikal ini berhubungan dengan peranan
auksin.
Pembentukan
cabang dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan dalam upaya meningkatkan
hasil tanaman. Secara umum, pembentukan cabang akan menguntungkan jika
cabang-cabang tersebut akan terbentuk organ hasil. Sebaliknya, akan merugikan
jika cabang-cabang yang terbentuk tidak produktif, sehingga menjadi pesaing
bagi organ hasil dalam memanfaatkan fotosintat yang dihasilkan daun.
Umbi
kentang merupakan penggemukan batang atau stolon yang berlangsung secara
eksesif (berlebihan). Inisiasi umbi kentang dipacu oleh kondisi hari pendek,
kekurangan nitrogen, kekurangan fosfor, intensitas cahaya tinggi, atau suhu
rendah. Pembentukan umbi pada kentang mulai terdeteksi jika sel-sel pada ruas
paling muda pada batang diogeotropik yang tumbuh di dalam tanah (stolon)
membesar secara radial. Pembesaran radial ini akan membentuk bakal
umbi.Pembelahan bakal umbi selanjutnya berlangsung pada semua selnya, sehingga
penampang melintang (diameter) umbi bertambah dengan cepat. Perkembangan daun
pada stolon atau umbi terhenti pada stadia yang sangat awal.
Ukuran
umbi pada dasarnya tergantung pada aktivitas pembelahan sekunder yang terjadi
pada semua sel umbi, tetapi laju pembelahan dam pembesaran sel tidak seragam
pada semua bagian umbi. Pembelahan sel umumnya lebih aktif pada jaringan
korteks dan jaringan disebelah luar dari korteks tersebut dibandingkan pada
bagian internal (pith).
Faktor
internal yang mempengaruhi pertumbuhan umbi adalah laju dan kuantitas
fotosintat yang dipasok dari tajuk tanaman. Pada tanaman kentang, ukuran umbi
rata-rata berbanding langsung dengan pertumbuhan tajuk dan berbanding terbalik
dengan jumlah umbi yang terbentuk. Pertumbuhan umbi akan terhenti jika tajuk
tanaman mati, karena pasokan fotosintat untuk menopang pertumbuhan umbi terhenti.
Laju pertambahan berat umbi lebih ditentukan oleh fotosintat yang dihasilkan
selama periode perkembangan umbi yang bersangkutan, sedangkan asimilat yang
sintesis sebelum inisiasi umbi disimpan pada batang hanya memberikan konribusi
sekitar 10%.
Umbi
dapat berperan sebagai penyangga parsial (partial
buffer) untuk penyedia air bagi daun dan pada kondisi kekurangan air. Jika
air diangkut dari umbi ke daun, maka pertumbuhan umbi akan terhambat , tetapi
pertumbuhan umbi akan berlangsung kembali jika kemudian air tersedia. Pada
kondisi yang ekstrem, pertumbuhan umbi akan terhenti sama sekali dan stolon
hanya akan tumbuh memanjang. (Lakitan, 1996)
F.
Pertumbuhan dan perkembangan daun
Tanda
awal dari perkembangan daun pada tanaman gimnosperma dan angiosperma umumnya
adalah pembelahan sel pada 3 lapisan sel terluar pada ujung batang (shoot apex). Pembelahan secara
periklinal yang diikuti pembesaran sel-sel yang muda akan membentuk primordia
daun. Pembelahan sel secara antiklinal yang berlangsung kemudian akan memperluas
permukaan primordia daun ini.
Primordia
daun berkembang pada posisi yang teratur (tidak secara acak) pada ujung batang.
Masing-masing spesies mempunyai tata letak posisi daun (filotaksis atau
phyllotaxis) yang spesifik. Faktor yang menyebabkan tata letak daun masih perlu
pengkasijan lebih mendalam. Ada 2 teori yang dikembangkan untuk menjelaskan
tentang keteraturan tata letak daun. Teori pertama, primordia daun yang telah
terbentuk akan menghasilkan suatu senyawa penghambat (inhibitor) yang berperan
mencegah terbentuknya primordia daun lain pada zona di sekitar primordia daun
yang telah terbentuk tersebut. Diasumsikan bahwa senyawa penghambat ini akan
berangsur-angsur terurai setelah berdifusi cukup jauh dari primordia daun yang
menjadi sumbernya. Teori kedua, primordia daun akan berkompetisi dalam
memanfaatkan ruang, dimana primordia daun akan terbentuk jika cukup ruang
tersedia untuk perkembangannya.
Laju
pembentukan daun (jumlah daun per satuan waktu) atau nilai indeks plastokhron
(selang waktu yang dibutuhkan per daun tambahan yang terbentuk) relatif konstan
jika tanaman ditumbuhkan pada kondisi suhu dan intensitas cahaya yang juga
konstan. Karena sifatnya yang konstan ini, maka indeks plastokhron sering
digunakan sebagai satuan ukuran perkembangan tanaman. Hal ini telah terbukti
paling tidak untuk tanaman ketimun (Cucumis
sativus)
Suhu
optimal untuk pembelahan sel daun (berarti juga inisiasi pembentukan daun) akan
bervariasi antara spesies. Pada spesies atau individu tanaman yang sama, suhu
optimum untuk pembelahan sel daun umumnya sekitar 5-6 oC lebih
tinggi dibandingkan dengan suhu optimum untuk pembesaran sel.
Bentuk
primordia daun tergantung pada arah pembelahan dan pembesaran sel. Jika
pembelahan daun berlangsung secara periklinal, maka pimordia daun yang
dihasilkan akan berbentuk ramping dan panjang, sedangkan jika pembelahan sel
berlangsung secara antiklinal, maka primordia dauan yang dihasilkan akan
berbentuk pendek dan melebar.
Perkembangan daun lebih lanjut akan sangat bervariasi sebagaimana
tercermin dari berbagai bentuk akhir daun pada berbagai spesies tanaman. Selama
perkembangan daun untuk mencapai bentuk akhir dan ukuran maksimalnya,
pembelahan sel dapat berlangsung baik secara periklinal maupun secara
antiklinal.
Pada
saat daun masih kecil (dengan panjang sekitar 1 mm), aktivitas meristematik
berlangsung pada seluruh daun. Pada tanaman serealia dan tanaman berdaun jarum,
aktivitas meristematik mula-mula terhenti pada bagian ujung (distal) daun yang kemudian bergeser ke
arah pangkal daun. Penambahan lebar daun pada tanaman angiosperma disebabkan
oleh aktivitas jaringan meristem yang terletak di sepanjang tepi aksis daun (leaf axis). Aktivitas meristematik ini
terhenti jauh sebelum daun menjadi tua (mature).
Pada
daun rumputan, meristem basal pada pangkal daun merupakan intercalary yang tetap berpotensi meristematik dalam waktu yang
lama, walaupun setelah daun menjadi tua. Aktivitas meristematik pada pangkal
daun ini akan terpacu jika terjadi defoliasi pada helai daun yang bersangkutan,
misalnya jika sebagian helai daun dipangkas atau dimakan ternak.
Pada
tanaman dikotil, pembelahan sel umumnya terhenti jauh sebelum daun mencapai
ukuran maksimalnya. Biasanya terhenti setelah daun mencapai ukuran setengah
atau kurang dari setengah ukuran maksimalnya. Sebagai contoh, pembelahan sel
pada daun primer (monofoliat) pada tanaman kacang-kacangan terhenti saat ukuran
daun hanya 20% dari ukuran maksimal. Jadi pertambahan luas daun selanjutnya
(80%) sepenuhnya disebabkan oleh pembesaran individu sel yang telah terbentuk.
Pembesaran sel ini berlangsung pada semua bagian daun, walaupun dengan laju
yang tidak sama. Sel-sel pada daun muda tersusun sangat kompak (rapat). Selama
pertumbuhan dan perkembangan daun (leaf expansion) berlangsung, sel-sel mesofil
berhenti membesar lebih awal sedangkan sel-sel epidermis masih tetap membesar.
Sebagai akibatnya sel-sel mesofil akan tercarai dan rongga-rongga udara akan
terbentuk pada bagian internal daun.
Faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun antara lain
adalah intensitas cahaya, suhu udara, ketersediaan air dan unsur hara. Berat
dan volume daun maksimum lebih tinggi pada intensitas cahaya yang tinggi,
tetapi luas daun maksimum telah tercapai pada intensitas cahaya yang relatif
rendah. Dengan kata lain, intensitas yang tinggi menyebabkan bahan kering yang
terakumulasi lebih banyak dan daun menjadi lebih tebal, tetapi luas daun tidak
dipengaruhinya. Suhu optimum untuk pertumbuhan dannperkembangan daun berbeda
antara spesies.
Daun
pada kebanyakan spesies tidak terpengaruh pertumbuha dan perkembangannya jika
kadar airnya berkisar antara 90-100%, tetapi jika kadar air turun (<90%),
maka pembesaran sel daun menjadi terhambat, dan pembesaran sel daun akan
terhenti sama sekali jika kadar air turun sampai 70-75%. Pembelahan sel tidak
terpengaruh secara drastis oleh penurunan status air daun. Penurunan yang
drastis dari laju pembesaran sel jika kadar air daun turun disebabkan karena
untuk pembesaran sel tersebut dibutuhkan tekanan hidrolik internal (internal hydraulic pressure) atau
tekanan turgor.pengaruh ini disebut dengan pengaruh langsung. Pada kondisi
kekurangan air yang berlangsung lama, pembesaran sel juga secara tidak langsung
terhambat karena penurunan laju fotosintesis, penurunan ketersediaan unsur
hara, hambatan terhadap sintesis protein, peningkatan sintesis sukrosa (sebagai
hasil penguraian pati), an gangguan metabolisme lainnya. Unsur hara yang paling
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen.
Konsentrasi nitrogen tinggi umumnya menghasilkan daun yang lebih besar.
Perubahan
struktur fisik daun juga berpengaruh pada komposisi kimia dan aktivitas
fisiologinya. Kandungan nitrogen, protein, senyawa fosfat, RNA, khlorofil, dan
senyawa penyusun dinding sel secara kontinu meningkat sampai mendekati daun
maksimal, setelah itu kandungan nitrogen dan fosfor atau senyawa-senyawa yang
mengandung kedua unsur tersebut mulai menurun.
Perubahan
komposisi kimia sebagaimana dijelaskan diatas merupakan refleksi daari
perubahan aktivitas enzim-enzim daun. Laju fotosintesis dan respirasi pada daun
juga berubah. Laju fotosintesis per satuan luas daun mencapai puncaknya pada
saat menjelang tercapainya luas daun maksimal. Selain dipengaruhi oleh
kandungan khlorofil dan aktivitas enzim-enzim yang terlibat, laju fotosintesis
juga dipengaruhi oleh ketersediaan CO2. Ketersediaan CO2 ini
ditentukan oleh daya hantar stomata. Secara umum, terutama pada tanaman C3,
daya hantar stomata mencapai maksimum pada saat daun menjelang ukuran
maksimumnya dan setelah itu daya hantar stomata juga menurun. Pada tanaman C4
misalnya jagung, daya hantar stomata tidak menurun walaupun ukuran daun telah
mencapai ukuran maksimal. Hal ini merupakan keunggulan tanaman C4 dibandingkan
dengan tanaman C3.
Pada
awal perkembangannya sampai berukuran 20-30% ukuran maksimalnya, daun tanaman
dikotil tergantung pada karbohidrat yang dikirim dari daun-daun tua. Daun muda
tersebut lebih berperan sebagai limbung (sink)
dan belum berfungsi sebagai sumber (source)
karbohidrat bagi tanaman. Daun tanaman ini juga mengimpor nitrogen (dalam
bentuk nitrat atau asam amino), fosfor, dan kalium secara terus-menerus sampai
mencapai ukuran maksimalnya. Pada awal perkembangannya, unsur-unsur hara
tersebut berasal dari daun tua dan kemudian berangsur-angsur menerima lebih
banyak unsur hara yang berasal dari akar.
Daun
tua akan menjadi senescence.
Senescence dibedakan menjadi progressive
senescence (penuaan yang berlangsung tidak berkaitan dengan pembentukan
organ generatif) dan flowering senescene
(penuaan daun yang disebabkanoleh perkembanagn organ generatif). Pada daun yang
telah mengalami senescene, kandungan klorofil menurun, kerusakan organel dan
membran sel meningkat, dan kadar air daun menurun, dimana pada akhrinya daun
tersebut akan mati. Senescene ini akan terpacu pada saat tanaman aktif tumbuh
dan memerlukan banyak unsur-unsur hara tetapi tidak sepenuhnya dapat dipenuhi
dari tanah. (Lakitan, 1996)
DAFTAR
PUSTAKA
Adinugraha. 2007. Teknik
Pembibitan Dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias. Bogor: World
Agroforestry
Centre.
Hamid, N. Yusran. 2011.
Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis Pada Berbagai Perbandingan Pupuk
Kandang. Jurnal Media Litbang Sulteng Vol IV (2) : 97 – 104.
Rahardja, P.C. 2003. Aneka Cara
Memperbanyak Tanaman. Surabaya:Agromedia Pustaka.
Sukendro, Andi. 2010. Study of
Vegetative Propagation on Intsia bijuga (Colebr.) O.K. with Grafting. Jurnal
Silvikultur Tropika. Vol. 24(7): 6 – 10.
mantap mas bisa saya jadikan rujukan untuk dasar-dasar agronomi, pertumbuhan vegetatif dan generatif ini
BalasHapusIya gan silahkan :)
Hapus