Popular Post

Posted by : Zero Kun 30 Jan 2015

Makalah Pengendalian Secara Kultur Teknis




BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Pada dasarnya pengendalian hama merupakan setiap usaha atau tindakan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengusir, menghindari dan membunuh spesies hama agar populasinya tidak mencapai aras yang secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk meenghilangkan spesies hama sampai tuntas, melainkan hanya menekan populasinya sampai pada aras tertentu ynag secara ekonomi tidak merugikan. Oleh karena itu, taktik pengendalian apapun yang diterapkan dalam pengendalian hama haruslah tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan secara ekologi.
Dalam usaha meningkatkan produksi pangan, perlindungan tanaman mempunyai peranan penting dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha tersebut. Perlindungan tanaman dapat membatasi kehilangan hasil oleh organisme pengganggu dan menjamin kepastian serta memperkecil resiko berproduksi.
Dalam melaksanakan pengendalian organisme pengganggu, pemerintah telah mengaturnya dalam UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Dalam UU No. 12 tahun 1992 pada Pasal 20 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman ditetapkan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Undang-undang tersebut memberikan landasan dan dukungan hukum yang kuat bagi pelaksanaan dan penerapan konsep PHT pada umumnya dan pengurangan penggunaan pestisida pada khususnya.

1.2      Rumusan Masalah
1.      Apa itu pengendalian?
2.      Apa itu pengendalian secara kultur teknis?
3.      Apa saja macam – macam cara pengendalian kultur teknis?
1.3         Tujuan
1.        Kita dapat mengetahui  apa pengertian dari pengendalian
2.        Kita dapat mengetahui apa itu pengendalian secara kultur teknis
3.        Kita dapat mengetahui apa saja cara pengendalian kultur teknis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Pengendalian
Pengendalian adalah suatu tindakan aktivitas yang bertujuan untuk mengurangi atau menekan terjadinya suatu kegagalan dalam kegiatan pengendalian tanaman mempunyai arti adalah suatu tindakan pada tanaman yang terserang penyakit atau yang mempengaruhi terhambatnya terjadinya proses pertumbuhan yang normal.
Sebagian besar teknik pengendalian secara budidaya dapat dikelompokan menjadi empat dengan sasaran yang akan dicapai, yaitu 1) mengurangi kesesuaian ekosistem, 2) Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup OPT, 3) Mengalihkan populasi OPT menjauhi tanaman, dan 4) Mengurangi dampak kerusakan tanaman.

2.2     Pengertian Pengendalian Secara Kultur Teknis
Pengendalian secara kultur teknis (Cultural control), pada prinsipnya merupakan cara pengendalian dengan memanfaatkan lingkungan untuk menekan perkembangan populasi hama.
Pengendalian ini merupakan pengendalian yang bersifat preventif, dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian kultur teknis yaitu : pengurangan kesesuaian ekosistem sanitasi, penghancuran atau modofikasi inang dan habitat pengganti, pengerjaan tanah, pengolahan air, ganguan komunitas penyedian berkembangnya penyakit, pergiliran tanaman, perkiraan lahan, penanaman serempak, penetapan jarak tanam, lokasi tanaman, dan memutuskan sinkronisasi antar tanaman dan penyakit.

2.3    Pengendalian Hama Secara Kultur Teknis
Pemeliharaan tanaman atau kontrol hama yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman. Penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung, kultur teknis yang baik dapat memantau keberadaan hama dan penyakit secara dini.



2.3.1    Pengelolaan Tanah
Pengolahan tanah setelah panen larva-larva hama yang hidup di dalam tanah akan mati terkena alat-alat pengolahan seperti cangkul. Di samping itu akibat lain dari pengolahan tanah ini akan menaikkan larva dan telur dari dalam tanah ke permukaan tanah. Dengan demikian larva-larva dan telur larva akan dimakan burung atau mati terkena cahaya matahari langsung.

2.3.2    Sanitasi
Dengan membersihkan tempat-tempat yang kemungkinan digunakan oleh serangga untuk berkembang biak, berlindung, berdiapause, maka perkembangan serangga yang menjadi hama tanaman dapat dicegah.

2.3.3    Pemupukan
Penggunaan pupuk menjadikan tanaman sehat dan lebih mudah mentoleransi serangga  hama  tanaman.

2.3.4    Irigasi
Pengolahan air dapat menghalangi perkembangan hama-hama tertentu. Akan tetapi bila cara pengolahan air kurang tepat dapat mengakibatkan peningkatan perkembangan populasi hama tanaman.

2.3.5    Strip farming
Serangan hama tertentu dapat di atasi dengan cara “catch crop” yaitu bercocok tanam secara berselang seling, antara tanaman yang berumur panjang dan tanaman berumur pendek.

2.3.6    Rotasi tanaman dan pengaturan waktu tanam
Menanam tanaman yang berbeda-beda jenisnya dalam satu tahun dapat memutus atau memotong daur hidup hama terutama hama yang sifatnya monofagus (satu jenis makanan).

2.4        Pengendalian Gulma Secara Kultur Teknis
Pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian gulma dengan menggunakan praktek – praktek budidaya, antara lain :
1.      Penanaman jenis tanaman yang cocok dengan kondisi tanah.
2.      Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutup ruang kosong.
3.      Pemupukan yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing tanaman terhadap gulma.
4.      Pengaturaan waktu tanam dengan membiarkan gulma tumbuh terlebih dahulu kemudian dikendalikan dengan praktek budidaya tertentu.
5.      Penggunaan tanaman pesaing (competitive crops) yang tumbuh cepat dan berkanopi lebar sehingga memberi naungan dengan cepat pada daerah di bawahnya.
6.      Modifikasi lingkungan yang melibatkan pertumbuhan tanaman menjadi baik dan pertumbuhan gulma tertekan.

2.4.1        Rotasi Tanaman (Crop Rotation)
Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman sebenarnya bertujuan memanfaatkan tanah, air, sinar matahari dan waktu secara optimum sehingga diperoleh hasil yang memadai. Dengan pergiliran tanaman maka pada umumnya permukaan tanah akan selalu tertutup oleh naungan daun tanaman, sehingga gulma tertekan.
2.4.2        Sistem Bertanam (Croping System)
Perubahan cara bertanam dari monokultur ke polikultur (intercropping atau multiple croping) dapat mempengaruhi species gulma yang tumbuh sehingga menimbulkan perbedaan interaksi dalam kompetisi.
Cara penanaman tumpang sari, tumpang gilir, tanaman sela atau lainnya ternyata dapat menekan pertumbuhan gulma, karena gulma tidak sempat tumbuh dan berkembang biak akibat sinar matahari serta tempat tumbuhnya selalu terganggu.

2.4.3        Pengaturan Jarak Tanam (Crop Density)
Peningkatan kepadatan tanaman meningkatkan efek naungan terhadap gulma sehingga mengurangi pertumbuhan dan reproduksinya. Meskipun demikian pada jarak tanam yang sempit mungkin tanaman budidaya memberikan hasil relatif kurang. Oleh sebab itu sebaiknya penanaman dilakukan pada jarak tanam yang optimal.

2.4.4        Pemulsaan (Mulching)
Mulsa akan mempengaruhi cahaya yang akan sampai ke permukaan tanah dan menyebabkan kecambah-kecambah gulma serta berbagai jenis gulma dewasa mati. Disamping mempertahankan kelembaban tanah, mulsa akan mempengaruhi temperatur tanah.

2.4.5        Tanaman Penutup Tanah (Legum Cover Crop-LCC)
Sering disebut tanaman pelengkap (smother crops) atau tanaman pesaing (competitive crops). Sebagai tanaman penutup tanah biasa digunakan tanaman kacang-kacangan (leguminosae) karena selain dapat tumbuh secara cepat sehingga cepat menutup tanah tetapi dapat juga digunakan sebagai pupuk hijau.
Sifat penting yang diperlukan bagi tanaman penutup tanah adalah harus dapat tumbuh dan berkembang cepat sehingga mampu menekan gulma. Jenis-jenis leguminosae yang biasa digunakan adalah Calopogonium muconoides (CM), Calopogonium caerelum (CC), Centrosoma pubescens (CP) dan Pueraria javanica (PJ).
Selain pertumbuhan cepat sifat lainnya yang dikehendaki adalah tidak menyaingi tanaman pokok. Apabila pertumbuhannya terlalu rapat maka harus dilakukan pengendalian dengan cara pembabatan atau dibongkar untuk diganti dengan penutup tanah yang lainnya.
Penggunaan tanaman penutup tanah untuk mencegah pertumbuhan gulma-gulma berbahaya (noxious) terutama golongan rumput merupakan cara kultur teknis yang dipandang paling berhasil diperkebunan.

2.5  Metode Pengendalian Hama Tanaman Dengan Metode Kultur Teknis

2.5.1        Pengendalian Hama Lundi (Exopholis hypoleuca) Kultur Teknis Pada Tanaman Rempah dan Obat
Lundi merupakan hama yang bersifat polifag, yaitu menyerang berbagai jenis tanaman termasuk tanaman rempah, obat dan aromatik. Lebih dari sebagian hidup lundi ada di dalam tanah dan merupakan akar tanaman serta dapat mengakibatkan kematian tanaman. Pengendalian hama tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara atau memadukan beberapa komponen pengendalian antara lain sanitasi, pola tanam, varietas tahan, penggunaan musuh alami, patogen serangga, pestisida nabati dan pestisida sintetik. Pada tahun 2004, terjadi peningkatan populasi hama lundi secara luas di Sukabumi dan sekitarnya termasuk di kebun percobaan (KP) Sukamulya. Strategi pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan sanitasi. Pengendalian hama lundi dapat juga dilakukan dengan menggunakan penyiangan terbatas dengan tingkat efektivitas 85,9%.
Lundi menyerang tanaman pangan, palawija, hortikultura dan perkebunan antara lain padi, jagung, tebu, kentang, ubi kayu, kacang hijau, kedelai, kacang tanah, kumis kucing, nilam, serai wangi, kenanga,  kelapa, pisang, abaka, kelapa sawit, rambutan, sawo, durian, lada dan panili. Kerusakan tanaman akibat serangan spesies lundi sangat tergantung dari spesies lundi yang menyerang, kerapatan populasi lundi, dan jenis tanaman inang.
Mencegah atau mengurangi meluasnya serangan hama lundi telah dilakukan penelitian dengan melakukan sanitasi yaitu membersihkan tempat/tanaman liar sebagai sumber tempat bertelur. Kemampuan menurunkan populasi dengan melakukan penyiangan/sanitasi berkisar antara 23,9-85,9%. Pada perlakuan penyiangan bersih, populasi lundi sangat sedikit berkisar antara 0-5 ekor, sedangkan yang disiang antara 5-32 ekor. Data tersebut menunjukkan bahwa rumput-rumput merupakan tanaman inang lundi untuk meletakkan telur. Gulma dapat dijadikan tanaman perangkap uret.
Jenis tanaman
Rata-rata/pohon
Efektivitas pengendalian (%)
Lada
4.0      cd*
78,3
Panili (tidak disiang)
18,4    a
-
Panili (disiang)
14,0    b
23,9
Lahan bekas tanaman jahe
7,8     c*
57,6
Lahan siap tanam (Disiang bersih)
2,6     d*
85,9
Keterangan : * = di sekitar tanaman tumbuh rumput-rumputan (gulma)

2.5.2        Pengendalian Kutu Kebul dan Nematoda Parasitik Secara Kultur Teknis pada Tanaman Kentang
Kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.) dan nematoda (Meloidogyne spp.) merupakan 2 OPT yang saat ini dianggap sebagai OPT penting pada tanaman kentang di Indonesia.
Meloidogyne spp. merupakan salah satu nematoda parasit yang mempunyai banyak tanaman inang, terutama di daerah beriklim tropik. Daerah pencar nematoda tersebut sangat luas, dengan prevalensi yang tinggi di sentra pertanaman kentang di Indonesia. Densiti larva nematoda di dalam contoh tanah sangat bervariasi, berkisar antara 600–7.100, dengan rataan sekitar 3.290 larva per kg contoh tanah (Hadisoeganda,1991). Serangan nematoda dapat meningkatkan infeksi oleh bakteri layu dan layu Verticillium. Kehilangan hasil kentang karena nematoda dapat mencapai 12-20%.
Terjadinya ledakan populasi dan serangan kedua OPT tersebut salah satunya adalah diakibatkan oleh penerapan beberapa factor agronomi yang tidak tepat, sehingga mendorong timbulnya ledakan OPT. Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi, baik secara langsung maupun tidak langsung antara tanaman dengan populasi OPT dan serangan OPT pada tanaman tersebut.
Sebagai contoh, penggunaan pupuk Urea dan ZA dengan dosis tinggi pada tanaman kentang, dapat menimbulkan ledakan hama kutu daun persik (Myzus persicae) dan serangan penyakit virus menggulung daun kentang PLRV


Beberapa komponen teknologi PHT yang dapat diterapkan untuk pengendalian hama B. tabaci dan Meloidogyne spp. adalah sebagai berikut.:

a.)    Subsoiling
Pengelolaan tanah yang baik dapat mematikan pupa yang ada di dalam tanah dan memungkinkan hama tersebut terkena kondisi yang tidak menguntungkan, seperti panas oleh sinar matahari maupun kondisi dingin. Perlakuan subsoiling hingga kedalaman 14 inci di bawah lapisan olah dapat menekan populasi Meloidogyne spp.
b.)    Solarisasi tanah dapat mematikan berbagai OPT dalam tanah
c.)    Meningkatkan keanekaragaman ekosistem.
d.)   Aiyer
pertanaman secara tumpangsari dapat menurunkan serangan OPT, melalui cara (1) mengurangi penyebaran, karena adanya penghadang (barrier) tanaman bukan inang dan (2) salah satu spesies tanaman berfungsi sebagai perangkap atau penolak. Beberapa tanaman yang berfungsi sebagai perangkap atau penolak OPT adalah Tagetes erecta, bawang daun (Allium esculentum), dan lobak (Raphanus sativus L.)

2.6  Metode Pengendalian Kultur Teknis Pada Lahan Pertanian
Untuk menjaga agar pertanian terhindar dari hama, kita dapat menerapkan metode kultur teknis seperti berikut :
a.)    Memilih lahan atau Geografis
Pada prinsipnya ini adalah memilih lahan yang tidak mengandung penyebab penyakit atau dikatakan juga “Non-Infested Soil”, atau Non-Infested Area artinya tanah atau areal yang bebas dari infeksi dari infeksi dari pathogen penyebab penyakit. Pemilihan lahan secara geografis bertujuan memilih lahan untuk menumbuhkan atau menanam suatu tanaman yang memenuhi persyaratan tumbuh yang baik terutama tanah dan iklim atau ekologinya. Baik jenis serta sifat tanahnya, topografi, kesesuaian tanah dan lain sebagainya, serta factor iklim seperti suhu, kelembapan, cahaya matahari, curah hujan, maupun tinggi tempat dari permukaan laut. 
·         Pemilihan tanah untuk penanaman di daerah setempat atau juga memilih tanah yang masih baru
Pemilihan areal yang cocok untuk penanaman suatu tanaman, dapat merupakan suatu langkah yang penting dalam menghindarkan tanaman dari organism yang tergolong kepada root infecting, artinya yang menyerang akar tanaman


·         Crop Rotation
Dengan melakukan pergiliran tanaman maka pathogen-patogen tanah akan binasa atau putus siklus hidupnya karena mereka tidak ndapat tahan bersaing dengan organism tanah lainnya.

·         Sanitasi
Sanitasi, termasuk semua tindakan yang ditujukan untuk mengeliminir atau meniadakan serta mengurangi jumlah pathogen yang ada didalam suatu lapangan pertanama, termasuk juga mungkin digudang penyimpanan.
Dalam praktrknya khusus sanitasi yang berhasil dilakukan antara lan adalah Membinasakan sisa-sisa tanaman yang sakit, Mencegah pemakaiaan pupuk kompos atau pupuk kandang yang mengandung penyebab penyakit (pathogen), Desinfestasi tanah dengan pemanasan, Desinfektasi tanah dengan pestisida, Membuang tanaman yang sakit, dan Meniadakan tanaman inang penganti dan gulma sebagai inang.

b.)    Pemakain bibit atau benih yang tidak berpenyakit
Cara – cara pengendaliannya yaitu sebagai berikut :
·         Bibit atau biji serta benih yang sehat atau bebas sejak semula
·         Melakukan disinfested dari bibit (biji)
·         Pembersihan benih
·         Pengaturan waktu tanam bagi tanaman untuk menghasilkan benih
·         Kultur jaringan

c.)    Usaha lain termasuk pemeliharaan tanaman untuk mencegah penyakit
·         Pemilihan tempat
Tempat-tempat tertentu tak boleh ditanami dengan tanaman tertentu misalnya, karena adanya infeksi penyakit.
·         Menyiapkan tanah
Pada umumnya pengarapan dan pengolahan tanah yang intensif akan menyebabkan berkurangnya penyakity tanaman yang akan ditanam.
·         Penambahan kesuburan tanah
Mempertinggi kesuburan tanah dengan pemupukan yang seimbang akan mempertinggi ketahanan tanaman terhadap penyakit tertentu, terutama yang disebabkan oleh parasit-parasit lemah, seperti serangan cendawan-cendawan yang menyebabkan mati ujung/dieback


·         Pertanaman campuran
Pertanaman campuran dapat menekan kerugian akibat serangan penyakit, karena pathogen yang sama tidak dapat menyerang kedua macam tanaman tersebut, yang berada didalam pertanaman campuran tadi. Akhirnya salah satu tanaman menjadi aman, apabila jenis tanaman lainya didalam pertanaman campuran itu terserang hebat atau berat.
·         Pengairan (irigasi)
Tujuan dari pengairan adalah untuk membasahi tanah agar akar mudah memperoleh air dan hara makanan
·         Penambahan bahan organic ke dalam tanah
Salah satu cara yang mudah, murah, efisien dan efektif untuk mengubah lingkungan didalam tanah adalah dengan penambahan bahan organic ke dalam tanah.
·         Pemeliharaan tanaman lainnya
Selama pertumbuhan tanamn, maka segala pekerjaan pengolahan atau pemeliharaan tanah dan tanamannya sendiri, secara tak langsung atau tak sengaja kita sering membantu penyebaran pathogen penyebab penyakit.
·         Penyebaran benih atau biji yang tepat
·         Pemberian air atau penyimpanan
Pemberian air dapat mempertinggi kelembapan tanah dan juga dapat membantu penyebaran penyakit yang soil borne. Tetapi adakalanya pula penggenangan tanah dapat dipakai untuk mengendalikan penyakit-penyakit tertentu, missal Sclerotium rolfsii pada kacang tanahdan pada sayuran lain atau pada pengendalian penyakit yang disebabkan oleh nematoda
·         Penyianangan tanaman penggangu/pengendalian gulma
Pada waktu pengerjaan tanah serta pembersihan rumput-rumput atau gulma [pada areal tanaman, secara tidak sengaja kita langsung membantu penyebaran inokulum penyakit atau penyebaran inokulum penyakit penyakit atau penyebaran penyakitnya sendiri, missal penyakit mosaic pada tembakau.
·         Pemangkasan tanaman
Pada beberapa tanaman yang memeprlukan pemangkasan (kopi, coklat, the dan lainnya), maka bekas potangan pangkas tersebut seringkali menjadi tempat masuknya parasit luka. Oleh karena itu perlu segera dilumuri dengan ter atau creosot dan carboleneum plantarum. Misalnya kayu manis terhadap Phytopthora cinnamomi, kanker pada jeruk (Diplodia natalensis), dan lain sebagainya.
·         Pemungutan hasil


d.)   Menghilangkan tanaman atau bagian tanaman yang tidak disenangi (sanitasi lapangan dan tanaman)
·         Mengatur penyiangan gulma dan tanaman-tanaman pembantu
Gulma dan tanaman penutup tanah yang terlalu tinggi akan mempertinggi kelembapan udara disekitar tanaman, sehingga dapat menyebabkan atau membantu serangan pada bagian bawah akar tanaman, misalnya penyakit kanker bidang sadapan pada karet yang disebabkan oleh Phytopthora faberi yang disebabkan oleh cendawan Ceratostomella fimbriata.
·         Membongkar tanaman inang penganti lainya
Banyak penyebab penyakit yang dapat mempertahankan diri pada tanaman inang penganti lainya, baik yang ditanam maupun yang tumbuh liar.
·         Membinasakan tanaman yang sakit
Membinasakan tanamn yang sakit, segera setelah gejalanya tampak, dapat mengurangi sumber infeksi bagi tanaman lainnya yang masih sehat: berarti menghambat meluasnya penyakit.
·         Menghilangkan bagian-bagian tanaman yang sakit
Sebenarnya tak banyak berbeda dengan memusnahkan tanaman yang sakit, hanya disini sebagian saja dari tanaman yang memperlihatkan gejala itu yang dimusnahkan atau dibuang. Misalnya dahan atau ranting jeruk yang sakit kanker oleh Diplodia natalens dan banyak macam tanaman berbentuk pohon-pohonan lainya yang diserang oleh cendawan rumah laba-laba Corticium salmonicolor, yang terkenal dengan jamur upas. 
·         Pencegahan dan tindakan kultur teknis lain
Intensitas penyakit dan kepekaan tanaman sangat dipengaruhi oleh penggunaan jenis pupiuk Nitrogen. Penyakit karat dan embun tepung akan diransang oleh Nitrogen yang berasal dari NO3 (nitrat) tetapi dihambat oleh pupuk Nitrogen yang berasal dari NH4 (ammonium), sebaliknya pupuk NHP (ammonium) pada varietas padi yang peka akan menambah timbulnya penyakit balst Pyricularia oryzae.


{ 1 comments... read them below or add one }

  1. Ini sama dengan mata kuliah dan tugas saya di kampus, saya juga udah posting di blog. silahkan berkunjung ke blog saya http://mystoryinhaluoleouniversity.blogspot.co.id/2017/10/pengendalian-gulma-secara-kultur-teknis.html

    BalasHapus

- Copyright © ZeroMaru ZeOS Sprada - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by ZeroMaru ZeOS Sprada -