- Back to Home »
- Laporan »
- Laporan Praktikum : Ilmu dan Teknologi Benih
Posted by : Zero Kun
5 Feb 2016
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI
BENIH
MUHAMMAD FAWZUL ALIF NUGROHO
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2015
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perkecambahan merupakan proses metobolisme biji hingga
dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (Plumula dan Radikula).
Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat dilihat atribut
perkecambahannya, yaitu plumula dan radikula dan keduanya tumbuh normal dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan ISTA. Setiap biji yang
dikecambahkan ataupun yang diujikan tidak selalu prosentase pertumbuhan
kecambahnya sama, hal ini dipengaruhi
bebagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan perkecambahan
(Pramana, 2012).
Pengujian benih dalam kondisi lapang biasanya kurang
memuaskan karena hasilnya tidak dapat diulang dengan konsisten. Karena itu,
pengujian dilaboratorium dilaksanakan dengan mengendalikan faktor lingkungan
agar mencapai perkecambahan yang teratur, cepat, lengkap bagi kebanyakan contoh
benih. Terdapat bermacam-macam metode uji perkecambahan benih, setiap metode memiliki
kekhususan tersendiri sehubungan dengan jenis benih diuji, jenis alat
perkecambahan yang digunakan, dan jenis parameter viabilitas benih dinilai
(Wahyuni, 2013).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum analisis vegetasi yaitu untuk mengetahui berbagai bentuk
struktur benih, tipe perkecambahan, mengidentifikasi kecambah/bibit normal dan
abnormal, membandingkan pengujian kadar air pada berbagai benih baik ortodoks
maupun rekalsitran, dan mengetahui berbagai metode pengujian benih.
Kegunaan
dari praktikum ini agar mahasiswa dapat berbagai bentuk struktur benih, tipe
perkecambahan, mengidentifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal,
membandingkan pengujian kadar air pada berbagai benih baik ortodoks maupun
rekalsitran, dan mengetahui berbagai metode pengujian benih.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Benih
Benih adalah biji tanaman
yang digunakan untuk tujuan pertanaman. Pada konteks agronomi, benih dituntut
untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang
berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju (Wahyuni, 2013).
2.2 Struktur Benih
Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Pada saat pembuahan,
tabung sari sari memasuki kantung embrio melalui mikropil dan menempatkan dua
buah inti gamet jantan padanya. Satu diantaranya bersatu dengan inti sel telur
dan yang lain bersatu dengan dua inti polar atau hasilnya penyatuan, yaitu inti
sekunder. Penyatuan gamet jantan dengan sel telur menghasilkan zigot yang
tumbuh menjadi embrio. Penyatuan gamet jantan yang lain dengan kedua inti polar
menghasilkan inti sel endosperm pertama yang akan membelah-belah menghasilkan
jaringan endosperm. Proses yang melibatkan kedua macam pembuahan (penyatuan)
tersebut dinamakan pembuahan ganda.
Benih masak secara umum strukturnya tersusun atas embrio, jaringan
penyimpan cadangan makanan dan pelindung biji/benih. Embrio adalah suatu
tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan dan betina pada
suatu proses pembuahan. Struktur embrio tersusun atas epikotil (calon pucuk),
hipokotil (calon batang), kotiledon (calon daun), dan radikula (calon akar).
Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein
dan mineral. Komposisi
dan presentasenya berbeda-beda tergantung pada jenis biji,
misal biji bunga matahari kaya akan lemak, biji kacang-kacangan kaya akan protein,
biji padi mengandung
banyak karbohidrat. Pada biji
ada beberapa struktur yang dapat
berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan, yaitu kotiledon,
endosperm, perisperm, dan gametophtic betina yang haploid.
Kulit biji merupakan
lapisan terluar dari
biji.Pelindung biji dapat
terdiri dari kulit biji,
sisa-sisa nucleus dan
endosperm dan kadang-kadang
bagian buah. Tetapi umumnya
kulit biji (testa)
berasal dari integument
ovule yang mengalami modifikasi
selama proses pembentukan biji berlangsung. Biasanya kulit luar
biji keras dan
kuat berwarna kecokelatan
sedangkan bagian dalamnya tipis dan
berselaput. Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji dari kekeringan,
kerusakan mekanis atau serangan cendawan, bakteri dan insekta (Kartasapoetra,
2003).
2.3 Tipe
Perkecambahan
Perkecambahan
merupakan pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis didalam biji
yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Berdasarkan letak kotiledon pada
saat perkecambahan dikenal dua tipe perkecambahan yaitu hypogeal dan epigeal
(Kamil, 1982).
Tipe perkecambahan
epigeal ialah ketika perkecambahan tersebut terjadi, plumula terangkat kebagian
permukaan tanah sehingga kotiledon pun ikut terangkat kepermukaan tanah.
Sedangkan tipe perkecambahan hipogeal ialah tipe perkecambahan dimana
terjadinya pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang menyebabkan plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul diatas tanah kotiledon tetap berada di dalam
tanah (Zahra, 2012).
2.4 Kecambah Normal dan Abnormal
Kecambah normal
merupakan kecambah yang menunjukan potensi untuk berkembang lebih lanjut hingga
menjadi tanaman normal. Sedangkan kecambah tidak normal atau abnormal tidak
menunjukan adanya potensi untuk berkembang lebih lanjut (Stefan, 2013).
Kriteria untuk
kecambah normal diantaranya adalah : Kecambah dengan pertumbuhan sempurna,
ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai,
daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik,
Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun
primer, dan koleoptil dan Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya
masih sempurna (Sutopo, 1993).
Kecambah abnormal
adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi
kecambah normal. Dibawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya
hilang atau rusak berat. Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan
pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak
proporsional. Dan Kecambah lambat kecambah yang pada akhir pengujian belum
mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih
normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil (Sutopo, 1993).
2.5 Pengujian Kadar Air Benih
Kadar air merupakan
faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran benih meningkat
sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Kadar air benih akan berpengaruh
terhadap proses aktivasi enzim. Kadar air
yang rendah dapat meminimalisir proses aktibvasi enzim ( perombakan cadangan makanan).
Bagi benih ortodok kadar air terlalu rendah menyebabkan cracking ( retak)
sedangkan bagi benih rekalsitran kadar air terlalu rendah menyebabkan gangguan
fisiologis.Kadar air optimum setiap jenis benih berbeda-beda (Sutopo, 1993).
Kadar air optimum
dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%–8%. Kadar air yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas pernafasan yang dapat
berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu
merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi
perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan
pada embrio (Pramana, 2012).
2.6 Viabilitas dan Vigor Benih
Viabilitas benih
adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan
atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur
parameter viabilitas potensial benih. Viabilitas ini makin meningkat dengan
bertambah tuanya benih dan mencapai perkecambahan maksimum jauh sebelum masak
fisiologis atau sebelum tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih
telah mencapai viabilitas maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu
akan menurun sesuai dengan keadaan lingkungan.
Secara umum vigor
diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan
yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi.
Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedang
vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang
sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari
plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna
kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test (Sutopo, 1993).
Rendahnya vigor pada
benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis,
fisiologis,morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. Bahwa keadaan
lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh
benih adalah sangat nyata dan perbedaan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat
nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan (Kamil, 1982).
2.7 Metode Pengujian Benih
Pengujian benih
ditunjukan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih. Informasi tersebut
tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih.
Mereka dapat memperoleh keterangan yang dapat dipercaya, tentang mutu atau
kualitas dari suatu benih. Dalam proses pengujian benih yang diujikan antara
lain viabilitas, benih atau daya hidup benih, struktur pertumbuhan, uji
kesehatan benih. Dalam pengujian benih langkah-langkah yang harus dolakukan
antara lain pengambilan contoh benih, pengujian kemurnian benih, pengujian kadar
air, uji daya kecambah, uji kesehatan (Pramana, 2012).
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum
matakuliah Ilmu dan Teknologi Benih dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Praktikum ini dilaksanakan
pada 17 April – 8 Mei 2015 pukul 13.30 WITA sampai dengan selesai.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
praktikum matakuliah Ilmu dan Teknologi Benih adalah pemotong (cutter), kaca pembesar (lup), cawan
petri, kapas, gelas air mineral, pinset, bak perkecambahan, alat press kertas
IPB 75-1, kertas merang, penyemprot (sprayer),
oven, timbangan analitik, label, pelastik, alat pengecambah benih IPB 72-1 dan
IPB 73-2B,.
Bahan yang digunakan dalam
praktikum matakuliah Ilmu dan Teknologi Benih adalah benih padi, benih cabai,
benih jagung, benih, kacang tanah, benih kedelai, biji kakao, air (aquades), pasir,
NaCl 1%.
3.3 Cara
Kerja
3.3.1 Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan
Metode struktur benih ialah pertama, biji kedelai, kacang tanah, jagung dan padi disiapkan, lalu setiap biji diletakkan
pada cawan petri kemudian diamati menggunakan lup untuk mengamati struktur
luarnya. Biji kemudiann diiris melintang maupun membujur kemudian diamati
dengan lup.
Metode
tiper perkecambahan ialah pertama kapas dibasahi menggunakan air lalu kemudian
diletakkan didasar gelas air mineral. 2 biji jagung maupun kacang tanah
kemudian diletakkan dipermukaan kapas tersebut, lalu diamati selama 5 hari
kemudian didokumentasi dan dicatat.
3.3.2 Identifikasi
Kecambah/Bibit Normal dan Abnormal
Pertama, kertas merang dijenuhkan dengan air lalu dipres menggunakan alat pres.
Selanjutnya kertas merang diletakkan pada cawan petri. Setelah itu, benih
disiapkan masing-masing sebanyak 25 biji, untuk benih cabai dan padi diletakkan
pada cawan petri tersebut. Untuk benih kacang tanah, kacang kedelai dan jagung,
diletakkan pada kertas merang yang telah dilapisi pelastik. Kertas merang
kemudian digulung. Pertumbuhan bibit kemudian diamati selama 7 hari.
3.3.3 Pengujian
Kadar Air Benih
Pertama, contoh benih dipotong-potong dengan menggunakan cutter lalu diletakkan pada
cawan petri kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca analitik (W1). Setelah
itu contoh benih bersama cawan petri kemudian dipanaskan 80oC dengan
oven lalu ditimbang dengan menggunakan neraca analitik (W2). Kadar air benih
kemudian dihitung dengan menggunakan rumus.
3.3.4 Metode
Pengujian Benih
UDK (Uji Diatas Kertas) yaitu pertama, kertas merang dijenuhkan dengan air lalu dipres menggunakan alat pres.
Selanjutnya kertas merang diletakkan pada cawan petri. Setelah itu, benih
disiapkan masing-masing sebanyak 25 biji, untuk benih cabai dan padi diletakkan
pada cawan petri tersebut. Kemudian perkecambahan diamati selama 7 hari.
UKDP (Uji Kertas Digulung
dalam Plastik) yaitu pertama substrat kertas merang berukuran 20 x 30 cm dan plastik
dengan ukuran yang sama disiapkan, setelah itu 3 lembar kertas merang di
jenuhkan dengan air lalu dipres dengan alat pres kemudian diletakkan diatas
plastik. 25 benih kemudian diletakkan pada permukaan kertas merang dengan
menggunakan pinset lalu kemudian kertas dan plastik digulung setelah itu
diletakkan dalam alat pengecambah benih. Kemudian perkecambahan diamati selama
7 hari.
Metode uji daya kecambah
secara langsung dengan substrat pasir yaitu pertama bak pengecambah dan pasir
disiapkan. Untuk pengujian viabilitas, bak pengecambah diisi pasir 2 cm dari
permukaan setelah itu pasir kemudian dibasahi secukupnya. Benih disiapkan
sebanyak 25 kemudian ditanam sedalam 2 cm pada permukaan pasir. Untuk
pengujuian vigor, bak pengecambah diisi pasir 3/4 bak lalu 25 benih diletakkan
kemudian kertas merang diletakkan menutupi benih, setelah itu pasir kemudian
ditambah hingga 2 cm dari permukaan bak. Kemudian perkecambahan diamati selama
7 hari.
3.3.5 Uji Vigor Benih dengan NaCl
Pertama,
substrat kertas merang berukuran 20 x 30 cm dan plastik dengan ukuran yang sama
disiapkan, setelah itu 3 lembar kertas merang dijenuhkan dengan air yang telah
dicampurkan dengan NaCl 1% kemudian dipres menggunakan alat pres kemudian
diletakkan diatas plastik. 25 benih kemudian diletakkan pada permukaan kertas
merang dengan menggunakan pinset lalu kemudian kertas dan plastik digulung
setelah itu diletakkan dalam alat pengecambah benih. Kemudian perkecambahan
diamati selama 7 hari.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Struktur
Benih dan Tipe Perkecambahan
Berdasarkan
praktikum Ilmu dan Teknologi Benih yang telah dilakukan mengenai struktur dan
tipe kerkecambahan, diperoleh hasil sebagai berikut :
|
|
|
1.
Kulit
2.
Epikotil
3.
Hipokotil
4.
Radikula
5.
Kotiledon
6.
Endosperm
|
Benih Utuh
|
Dipotong Melintang
|
Dipotong Membujur
|
|
Gambar 1. Struktur benih kacang tanah
|
|
|
1.
Kulit
2.
Epikotil
3.
Hipokotil
4.
Radikula
5.
Kotiledon
6.
Endosperm
|
Benih Utuh
|
Dipotong Melintang
|
Dipotong Membujur
|
|
Gambar 2. Struktur benih kacang kedelai
|
|
|
1.
Kulit
2.
Epikotil
3.
Hipokotil
4.
Radikula
5.
Kotiledon
6.
Endosperm
|
Benih Utuh
|
Dipotong Melintang
|
Dipotong Membujur
|
|
Gambar 3. Struktur benih jagung
|
|
|
1.
Kulit
2.
Epikotil
3.
Hipokotil
4.
Radikula
5.
Kotiledon
6.
Endosperm
|
Benih Utuh
|
Dipotong Melintang
|
Dipotong Membujur
|
|
Gambar 4. Struktur benih padi
Gambar 5. Tipe perkecambahan benih dikotil
(kacang tanah)
Gambar 6. Tipe perkecambahan benih monokotil
(jagung)
4.1.2 Identifikasi Kecambah/Bibit Normal dan Abnormal
Berdasarkan praktikum Ilmu dan Teknologi Benih yang telah dilakukan
mengenai identifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal, diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan kecambah/bibit normal dan abnormal
Jenis Benih
|
Kecambah Normal
|
Kecambah Abnormal
|
||
Akar
|
Plumula
|
Akar
|
Plumula
|
|
Padi
|
Akar primer yang panjang dan kuat
|
Pertumbuhan daun pertama, namun beberapa hanya sedikit membuka
|
Akar primer lemah/sedikit
|
Tidak ada
|
Cabai
|
Akar primer yang panjang dan kuat
|
Pertumbuhan daun pertama yang sedikit membuka
|
Akar primer lemah/sedikit
|
Tidak ada
|
Kacang Kedelai
|
Akar primer yang panjang dan kuat
|
Pertumbuhan daun pertama, namun beberapa hanya sedikit membuka
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Kacang Tanah
|
Akar primer yang panjang dan kuat
|
Tidak ada
|
Akar primer lemah/sedikit
|
Tidak ada
|
Jagung
|
Akar primer dan sekunder yang panjang dan kuat
|
Pertumbuhan daun pertama, namun beberapa hanya sedikit membuka
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Gambar 7. Perkecambahan normal dan
abnormal
4.1.3 Pengujian Kadar Air Benih
Berdasarkan
praktikum Ilmu dan Teknologi Benih yang telah dilakukan mengenai pengujian
kadar air benih, diperoleh hasil sebagai berikut :
Diketahui : W1 Kacang tanah : 10,0004g W2
Kacang tanah : 9,3376g
W1 Kacang kedelai : 10,0504g W2
Kacang kedelai : 9,1740g
W1 Bawang merah : 10,3469g W2
Bawang merah : 1,3586g
W1 Kakao : 10,2031g W2
Kakao : 6,0805g
Gambar 8. Pengujian kadar air benih kacang tanah, kacang kedelai, bawang
merah, dan kakao
4.1.4 Metode Pengujian Benih
Berdasarkan praktikum Ilmu dan Teknologi Benih yang telah dilakukan
mengenai metode pengujian benih, diperoleh hasil sebagai berikut :
1.
UDK (Uji Diatas Kertas)
Tabel 2. Pengamatan waktu berkecambah dan kecambah normal dan abnormal pada
cawan petri
Hari ke-
|
Benih padi
|
Benih cabai
|
||
Berkecambah
|
Kn
|
Berkecambah
|
Kn
|
|
1
|
2
|
0
|
3
|
0
|
2
|
9
|
0
|
7
|
0
|
3
|
3
|
9
|
6
|
5
|
4
|
3
|
3
|
2
|
5
|
5
|
1
|
4
|
3
|
3
|
6
|
1
|
2
|
4
|
1
|
7
|
0
|
0
|
0
|
2
|
2.
UKDP (Uji Kertas Digulung dalam
Pelastik)
Tabel 3. Pengamatan waktu berkecambah dan kecambah normal dan abnormal pada
gulungan kertas
Hari ke-
|
Benih kacang tanah
|
Benih kacang kedelai
|
Benih jagung
|
|||
Berkecambah
|
Kn
|
Berkecambah
|
Kn
|
Berkecambah
|
Kn
|
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
2
|
4
|
0
|
4
|
0
|
5
|
0
|
3
|
5
|
4
|
6
|
5
|
6
|
5
|
4
|
3
|
6
|
5
|
6
|
7
|
7
|
5
|
6
|
3
|
3
|
3
|
3
|
6
|
6
|
2
|
4
|
1
|
3
|
2
|
5
|
7
|
1
|
2
|
0
|
2
|
0
|
2
|
3.
UKDP (Uji Kertas Digulung dalam
Pelastik)
Tabel 4. Pengamatan waktu berkecambah pada bak perkecambahan
Hari ke
|
Uji viabilitas benih
jagung
|
Uji vigor benih jagung
|
1
|
5
|
3
|
2
|
18
|
9
|
3
|
2
|
4
|
4
|
0
|
1
|
5
|
0
|
2
|
6
|
0
|
0
|
7
|
0
|
1
|
b.
Pengujian Indeks Vigor Hipotetik (IVH)
Diketahui : N = 3,5 helai R = 0,028 g
A = 16,53 cm2 G =
0,2 mm
H = 46,9 cm T = 2 minggu
Gambar 9. Metode UDK (Uji Diatas Kertas), UKDP (Uji Kertas Digulung dalam
Plastik), dan metode uji daya kecambah secara langsung dengan substrat pasir
4.1.5 Uji Vigor Benih dengan NaCl
Berdasarkan
praktikum Ilmu dan Teknologi Benih yang telah dilakukan mengenai uji vigor
benih dengan NaCl, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil pengamatan uji vigor pada kontrol dan yang dilembabkan
larutan NaCl
Perlakuan
|
Kecambah normal
|
Kecambah abnormal
|
Mati
|
Kontrol
|
25
|
0
|
0
|
NaCl
|
25
|
0
|
0
|
Gambar 10. Uji vigor dengan dilembabkan larutan air dan larutan NaCl
4.2 Pembahasan
4.2.1 Struktur
Benih dan Tipe Perkecambahan
Pada
pengamatan terhadap struktur antara benih dikotil (kacang kedelai dan kacang
tanah) dan benih monokotil (padi dan jagung) seperti yang tampak pada gamba
1-4. Terlihat bahwa benih monokotil terdiri atas kulit benih, epikotil,
hipokotil, kotiledon dan radikula, sedangkan benih dikotil terdiri atas kulit
benih, epikotil, hipokotil, kotiledon, radikula, dan endosperm.
Pada
pengamatan terhadap tipe perkecambahan antara kacang tanah (dikotil) dan benih
jagung (monokotil), tampak benih kacang memiliki tipe perkecambahan epigeal
karena hipokotil mengalami perpanjangan dan membawa serta kotiledon dan plumula
naik keatas seperti pada gambar 5, sedangkan pada jagung memiliki tipe
perkecambahan hipogeal karena epikotilnya yang memanjang ke atas sedangkan
kotiledon tetap beradah dibawah.
4.2.2 Identifikasi
Kecambah/Bibit Normal dan Abnormal
Dari
data pengamatan kecamba normal dan abnormal pada tabel 1, benih padi yang
tergolong kecambah normal yaitu padi yang tumbuh dengan akar primer yang
panjang dan telah terdapat daun pertama ataupun masih sedikit membuka,
sedangkan kecambah padi abnormal yaitu padi yang tumbuh dengan memiliki akar
primer yang lemah/sedikit. Pada benih cabai, yang termasuk kecambah normal
yaitu benih cabai yang berkecambah dengan akar primer yang panjang dan telah
munculnya daun pertama yang sedikit membuka, sedangkan kecambah cabai abnormal
yaitu cabai yang tumbuh dengan memiliki akar primer yang lemah/sedikit. Pada
benih kacang kedelai, yang termasuk kecambah normal yaitu benih kacang kedelai
yang berkecambah dengan akar primer yang panjang dan telah munculnya daun
pertama maupun yang masih sedikit membuka, dan tidak ditemukannya benih kacang
kedelai yang tumbuh abnormal. Pada benih kacang tanah, yang termasuk kecambah
normal yaitu benih kacang tanah yang berkecambah dengan akar primer yang
panjang meskipun masih belum memiliki daun pertama maupun yang masih sedikit
membuka, sedangkan kacang tanah yang tumbuh dengan abnormal yaitu kacang tanah
yang tumbuh dengan akar primer lemah/sedikit meskipun tidak memiliki daun
pertama. Pada benih jagung, yang termasuk kecambah normal yaitu benih jagung
yang berkecambah dengan akar primer dan sekunder yang panjang dan telah
munculnya daun pertama yang sedikit membuka, sedangkan kecambah jagung abnormal
tidak ditemukan.
4.2.3 Pengujian
Kadar Air Benih
Kadar
air kacang tanah pada kacang tanah sebelum dikeringkan 10,0004g yaitu 6,627%
dan termasuk benih ortodoks karena kandungan air kacang tanah <14%. Kadar
air kacang kedeli pada kacang kedelai sebelum dikeringkan 10,0504g yaitu 8,72%
dan termasuk benih ortodoks karena kandungan air kacang kedelai<14%. Kadar
air bawang merah pada bawang merah sebelum dikeringkan 10,3469g yaitu 86,869%
dan termasuk benih rekalsitrans karena kandungan air bawang merah >20%.
Kadar air kakao pada kakao sebelum dikeringkan 10,2031g yaitu 40,405% dan termasuk
benih rekalsitrans karena kandungan air kakao >20%.
4.2.4 Metode
Pengujian Benih
Pada
metode UDK (Uji Diatas Kertas), diketahui daya berkecambah padi setelah 4 hari
dan 7 hari ialah 48% dan 72% dari 25 benih yang dikecambahkan. Daya berkecambah
cabai setelah 4 hari dan 7 hari ialah 40% dan 64% dari 25 benih yang
dikecambahkan. Keserempakan tumbuh benih padi setelah 5 hari ialah 64% dari 25
benih yang dikecambahkan. Keserempakan tumbuh benih cabai setelah 5 hari ialah
52% dari 25 benih yang dikecambahkan. Rata-rata hari berkecambah padi ialah
2,74 dari 19 benih yang berkecambah selama 7 hari. Rata-rata hari berkecambah
cabai ialah 3,28 dari 25 benih yang berkecambah selama 7 hari.
Pada
metode UKDP (Uji Kertas Digulung dalam Plastik), diketahui daya berkecambah
kacang tanah setelah 4 hari dan 7 hari ialah 40% dan 76% dari 25 benih yang
dikecambahkan. Daya berkecambah kacang kedelai setelah 4 hari dan 7 hari ialah 44%
dan 76% dari 25 benih yang dikecambahkan. Daya berkecambah jagung setelah 4
hari dan 7 hari ialah 48% dan 100% dari 25 benih yang dikecambahkan. Keserempakan
tumbuh benih kacang tanah setelah 5 hari ialah 52% dari 25 benih yang
dikecambahkan. Keserempakan tumbuh benih kacang kedelai setelah 5 hari ialah 56%
dari 25 benih yang dikecambahkan. Keserempakan tumbuh benih jagung setelah 5
hari ialah 72% dari 25 benih yang dikecambahkan. Rata-rata hari berkecambah kacang
tanah ialah 3,86 dari 22 benih yang berkecambah selama 7 hari. Rata-rata hari
berkecambah kacang kedelai ialah 3,53 dari 19 benih yang berkecambah selama 7
hari. Rata-rata hari berkecambah jagung ialah 3,4 dari 25 benih yang
berkecambah selama 7 hari.
Pada
metode uji daya kecambah secara langsung dengan substrat pasir, rata-rata hari
berkecambah pengujian viabilitas benih jagung ialah 1,88 dari 25 benih yang
berkecambah selama 7 hari. Rata-rata hari berkecambah pengujian vigor benih
jagung ialah 2,7 dari 20 benih yang berkecambah selama 7 hari. Pada pengujian
IVH (Indeks Vigor Hipotetik) dari 2 sampel yang diambil dari pengujian viabilitas
benih jagung didapatkan IVH sebesar 3,93 yang berarti vigor kedua sampel yang
diuji setelah 7 hari ialah 3,93.
4.2.5 Uji
Vigor Benih dengan NaCl
Dari
25 benih yang dikecambahkan pada kertas merang yang dilembabkan dengan aquades
maupun NaCl 1%, diketahui bahwa kecambah normal pada perlakuan kontrol dengan
aquades yaitu 25, dan kecambah normal pada perlakuan NaCl ialah 25. Sedangkan
untuk kecambah abnormal maupun kecambah yang mati pada perlakuan kontrol maupun
NaCl tidak ditemukan. Sehingga vigor benih jagung yang dicobakan pada perlakuan
kontrol dan NaCl adalah 100% karena kecambah normal yang tumbuh adalah 25 dari
25 benih yang dikecambahkan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum mata kuliah Ilmu dan Teknologi Benih yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Terdapat perbedaan struktur antara benih monokotil
dan dikotil yaitu benih dikotil memiliki endosperm sedangkan benih monokotil
tidak, dan tipe perkecambahan benih dikotil (kacang tanah) ialah epigeal
sedangkan benih monokotil (jagung) ialah hipogeal.
2.
Benih yang tumbuh dengan akar primer panjang dan
kuat serta telah tumbuh atau belum tumbuh daun pertama meskipun hanya sedikit
membuka digolongkan benih yang berkecambah normal. Sedangkan benih yang tumbuh
atau tak tumbuh dengan akar primer yang lemah/sedikit digolongkan benih yang
berkecambah abnormal.
3.
Benih kacang tanah dan kacang kedelai
digolongkan ortodoks karena kandungan airnya <14% yaitu 6,627% dan 8,72%,
sedangkan bawang merah dan kakao digolongkan benih rekalsitrans karena
kandungan airnya >20% yaitu 86,869% dan 40,405%.
4.
Pada metode UDK daya berkecambah, dan
keserempakan tumbuh padi lebih besar dari cabai namun rata-rata hari berkecambah
cabai lebih besar daripada padi. Pada metode UKDP daya berkecambah, dan
keserempakan tumbuh jagung lebih besar dari kacang tanah dan kacang kedelai namun
rata-rata hari berkecambah kacang tanah lebih besar daripada kacang kedelai dan
jagung. Pada metode uji daya kecambah secara langsung dengan substrat pasir rata-rata
hari berkecambah pengujian vigor lebih besar daripada pengujian viabilitas, dan
IVH dari 2 sampel yang diambil ialah rendah sebesar 3,93.
5.
Vigor benih jagung yang dicobakan pada
perlakuan kontrol maupun NaCl adalah 100% karena kecambah normal yang tumbuh
adalah 25 dari 25 benih yang dikecambahkan.
5.2 Saran
Disarankan
agar pada praktikan selanjutnya dapat dilakukan pengulangan uji dan
pembandingan antar benih agar nilai yang didapatkan lebih akurat dan dapat
diketahui perbandingan antar benih.
DAFTAR PUSTAKA
Kamil, J., 1982. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa:
Bandung.
Kartasapoetra,
A.G., 2003. Teknologi Benih. Penerbit
Rineka Cipta: Jakarta.
Pramana, P., 2012. Ilmu Teknologi Benih.
http://fherrypramana01.blogspot.
com/2012/06/laporan-lengkap-praktikum-teknologi.html. Diakses pada tanggal 22
mei 2015.
Stefan., 2013. Identifikasi Struktur.
http://stefanusekoo.blogspot.com/2013/
06/teknologi-benih-identifikasi-struktur_15.html. Diakses pada tanggal 22 mei
2015.
Sutopo , lita.
1993. Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNIBRAW. Pt raja
grafindo Persada: Jakarta.
Wahyuni, S., 2013. Ilmu dan Teknologi Benih.
http://findy246.blogspot.com/ 2013/11/laporan-ilmu-dan-teknologi-benih.html.
Diakses pada tanggal 22 mei 2015.
Zahra, M., 2012.
Teknologi Benih. https://maghfirohazzahra.wordpress.com /2012/05/11/laporan-praktikum-teknologi-benih/.
Diakses pada tanggal 22 mei 2015.