Popular Post

Archive for Mei 2015

Entomologi dan Fitopatologi : Bakteri

By : Zero Kun
MAKALAH ENTOMOLOGI DAN FITOPATOLOGI
BAKTERI



Disusun Oleh Kelompok 2 :
Nur Hadi Santoso                                                  E 281 13 025
Muhammad Fawzul Alif Nugroho                 E 281 13 002
Iklan Priyanto                                                        E 281 13 006
Dewi Sinta Afriana                                                E 281 13 011
Moh Fahri                                                              E 281 13 017
Jemi Patangke                                                        E 281 13 021
Adhi Saputra                                                         E 281 13 022
Dewi Kartika Sari                                                  E 281 13 026
Farid                                                                     E 281 10 052
Yuli Ispiani                                                            E 281 10 053
Sandi Purnawirawan                                               E 281 10 056
Fendy Arnata                                                        E 281 10 058
Moh Fikri                                                              E 281 10 062
Tria Nurul Ainun Hambali                                     E 281 10 208






FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang                                        
Di dalam kehidupannya beberapa mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus selalu dipengaruhi oleh lingkungannya dan untuk mempertahankan hidupnya mikroorganisme melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi ini dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu dan dapat pula perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta struktur anatomi dari bakteri, jamur, dan virus. Untuk mengidentifikasikan suatu mikroorganime dapat dilakukan dengan mengetahui morfologi dan struktur anatominya. Oleh karena itu kita perlu mengetahui bentuk morfologi dan struktur anatomi dari bakteri.
1.2      Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan bakteri?
2.      Apa saja struktur tubuh dan cara hidup bakteri?
3.      Bagaimana cara perkembangbiakan bakteri?
4.      Apa saja bakteri penyebab penyakit tanaman?
1.3         Tujuan
1.        Kita dapat mengetahui  pengertian bakteri
2.        Kita dapat mengetahui struktur tubuh dan cara hidup bakteri
3.        Kita dapat mengetahui cara  perkembangbiakan bakteri
4.        Kita dapat mengetahui bakteri penyebab penyakit tanaman
BAB II
ISI
2.1       Pengertian Bakteri
            Bakteri, dari bahasa latin bacterium (jamak, bacteria), merupakan kelompok besar dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.
Bakteri rata-rata berdiameter 1,25 mikrometer (μm). (mikrometer = 1/1000000 meter). Bakteri yang terkecil adalah Dialister pneumosintes dengan panjang tubuh 0,15 – 0,30 μm, sedangkan bakteri terbesar adalah Spirillum voluntans, panjang tubuh 13 – 15 μm.
            Ukuran bakteri adalah mikroskopis artinya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri aktif bergerak pada kondisi lembab. Pada keadaan kekurangan air, bakteri akan tidak aktif bahkan dapat menyebabkan kematian.
2.2        Struktur Tubuh Bakteri
Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
a.       Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
1.      Monococcus, jika kecil dan tunggal
2.      Diplococcus, jka bergandanya dua-dua
3.      Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
4.      Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
5.      Staphylococcus, jika bergerombol
6.      Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai

b.      Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
1.      Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
2.      Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
c.       Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
1.      Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
2.      Spirilium, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.
Bagian-bagian dari struktur bakteri ini meliputi:
1.      Dinding sel
Dinding sel ini tersusun atas mukopolisakarida dan peptidoglikan (murein) yaitu susunan yang terdiri dari polimerbesar dan terbuat dari N – asetil glukosamin dan asam N – asetil muramat yang saling berikatan silang dengan ikatan kovalen.
2.       Kapsul
Merupakan selaput licin terdiri dari polisakarida terletak di luar dinding sel, bakteri yang patogen memiliki kapsul berfungsi mempertahankan diri dari antitoksin yang dihasilkan sel inang.

3.      Flagel
Flagel merupakan cambuk getar yang berfungsi untuk bergerak, flagel melekat pada membran luar di dinding sel. Berdasarkan letak dan jumlah flagel yang dimiliki maka bakteri dibedakan menjadi:
a.       Monotrik, yaitu bakteri yang memiliki sebuah flagel pada satu ujungnya.
b.      Lopotrik, yaitu bakteri yang pada satu ujungnya memiliki lebih dari satu flagel.
c.       Amfiktrik, yaitu bakteri yang pada kedua ujungnya hanya terdapat satu buah flagel.
d.      Periktirk, yaitu bakteri yang memiliki flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
4.      Membran sel
Tersusun atas lemak dan protein, bersifat semipermeable, berfungsi untuk mengatur keluar masuknya zat ke dalam sel.
5.      Mesosom
Terbentuk dari membran sel yang tidak membentuk lipatan. Organel ini berfungsi sebagai tempat pemisahan dua molekul DNA dan berperan juga dalam pembentukan dinding sel baru antara kedua sel anak tersebut.
6.      Sitoplasma
Sitoplasma merupakan tempat berlangsungnya reaksi metabolik.
7.      DNA
DNA berfungsi untuk mengontrol sintesis protein dan pembawaan sifat.
8.      Ribosom
Ribosom tersusun atas protein dan RNA, sebagai tempat sintesis protein.
2.3       Cara Hidup Bakteri
Bakteri pada umumnya bersifat hetotrof, hidupnya sebagai safprofit atau sebagai parasit. Namum, demikian, ada pula beberapa jenis yang mampu mengadakan asimilasi, jadi bersifat autotrof. Berdasar asalnya energy yang digunakan dalam asimilasi, bakteri yang bersifat autotrof itu dibedakan dalam 2 golongan yaitu :
a)      Yang bersifat Kemoautotrof, bila energy untuk asimilasinya (kemosintesis) diperileh dari reaksi-reaksi Kimia, misalnya dari proses-proses oksidasi senyawa tertentu. Bakteri nitrit dengan mengoksidasi NH3, bakteri nitrat dengan mengoksidasi HNO2, Bakteri belerang dengan mengoksidasikan berbagai senyawa belerang.
b)      Yang bersifat Fotoautotrof, bila energy untuk asimilasi (fotosintesis) diperoleh dari cahaya matahari. Seperti pada tumbuhan hijau, bakteri yang dapat mengadakan fotosintesis adalah bakteri-bakteri yang memepunyai zat warna, dari golongan Thiothodaceae (bakteri belerang berzat warna).


Bakteri yang hidup sebagai saprofit menggunakan sisa-sisa tumbuhan atau hewan substrat dan sumber kebutuhan hidupnya. Oleh kegiatan fisiologi bakteri yang menempatinya, substrat itu akan mengalami proses penguraian yang biasanya disertai dengan timbulnya energy. Proses itu dinamakan pembusukan bila terjadinya menimbulkan zat-zat yang berbau tidak sedap (busuk), dan dinamakan fermentasi bila merupakan suatu pernafasan intrataolekular. Dengan demikian bakteri-bakteri saprofit melalui proses penguraian menjadi pembersih sisa-sisa makhluk hidup.
Dalam hubungan dengan cara hidupnya sebagai parasit, kita membedakan parasit obligat, bila bakteri itu hanya dapat hidup sebagai parasit saja, dan parasit fakultatif, bila bakteri dapat hidup baik mengenai bakteri pathogen, yaitu bakteri yang hidup sebagai parasit dan menimbulkan penyakit bagi inangnya, baik yang berupa tumbuhan maupun hewandan manusia.
2.4       Cara Perkembangbiakan Bakteri
            Bakteri berkembang biak dengan cara rekombinasi genetik dan membelah diri.
a.       Rekombinasi genetik adalah pemindahan secara langsung bahan genetik (DNA) di antara dua sel bakteri melalui proses berikut:

Transformasi adalah perpindahan materi genetik berupa DNA dari sel bakteri yang satu ke sel bakteri yang lain.
1.      Transduksi adalah pemindahan materi genetik bakteri ke bakteri lain dengan perantaraan virus.

2.      Konjugasi adalah bergabungnya dua bakteri (+ dan –) dengan membentuk jembatan untuk pemindahan materi genetik.

b.      Pembelahan diri secara biner (langsung).
Pada pembelahan ini, sifat sel anak yang dihasilkan sama dengan sifat sel induknya.

2.5       Bakteri Sebagai Penyebab Penyakit pada Tanaman
Beberapa Bakteri menyebabkan penyakit pada tumbuhan jenis bakteri tersebut antara lain dari Genus Pseudomonas migula, Genus Xanthomonas dows, Genus Agrobacterium, Genus Corynebacterium, Genus Erwinia, Genus Streptomycetes.
1.      Agrobacterium merupakan bakteri berbentuk batang pendek, motil (dapat bergerak), flagela peritrik, menyebabkan hipertropi yang berupa gall pada akar dan batang. Hanya ada 5 jenis dari genus Agrobacterium yang merupakan patogen tanaman, dan yang paling dikenal yaitu Agrobacterium tumefaciens yang menyebabkan penyakit crown gall atau bengkak pada pangkal batang, akar, dan ranting tanaman gandum, anggur dan mawar, Agrobacterium rhizogenes penyebab penyakit akar berambut (hairy roots), dan Agrobacterium rubi penyebab penyakit bengkak pada batang, dahan, daun dan bunga tanaman oleander.
2.      Corynebacterium merupakan bakteri berbentuk batang ramping, non-motil (ada yang motil yaitu Corynebacterium flaccumfaciens dan C. poinseltae), kebanyakan menyebabkan layu tanaman. Genus Corynebacterium mempunyai ± 11 jenis yang bersifat patogen tanaman. Genus ini termasuk penyebab penyakit tanaman yang sampai sekarang belum pernah berarti. Contoh Corynebacterium fasciens penyebab penyakit fasiasi pada dahan kapri, crysanthenum, Corynebacterium spedonicum penyebab penyakit layu bakteri pada kacang buncis, dan Corynebacterium michiganense penyebab penyakit layu bakteri pada tomat.
3.      Erwinia merupakan bakteri berbentuk batang, motil, flagela peritrik, penyebab kematian jaringan yang bersifat kering, juga penyebab benjolan-benjolan, layu dan busuk basah. Genus Erwinia mempunyai ± 22 jenis yang bersifat patogen tanaman dan biasanya sangat sulit dikendalikan. Contoh Erwinia amylovora penyebab penyakit fireblight pada apel, Erwinia carotovora penyebab penyakit busuk basah pada wortel dan sayuran lain sampai tembakau, Erwinia chrysanthemi penyebab penyakit busuk lunak pada kentang, talas dan nenas, Erwinia dissolvens penyebab penyakit busuk lunak pada batang jagung.
4.      Pseudomonas merupakan genus terbesar sebagai penyebab penyakit tanaman, bakteri berbentuk batang, motil dengan flagela polar, koloni membentuk pigmen berwarna kehijauan yang larut dalam air. Genus Pseudomonas meliputi hampir separuh jenis bakteri yang mampu menimbulkan penyakit tanaman. Bakteri patogen ini menyebabkan gejala yang bervariasi mulai daribercak daun, hawar, busuk daun, sampai layu. Contoh Pseudomonas solanacearum penyebab penyakit layu pada tanaman-tanaman Solanaceae dan jahe, Pseudomonas glycinea penyebab penyakit hawar daun kedelai, Pseudomonas phaseolicola penyebab penyakit bercak halo pada buncis, Pseudomonas pseudozoogloeae penyebab penyakit karat hitam pada tembakau, Pseudomonas malvacearum penyebab penyakit bercak bersudut pada kapas.
5.      Genus Xanthomonas, yang mencakup hampir 60 jenis mampu menimbulkan penyakit pada tanaman. Bakteri berbentuk batang kecil, bergerak dengan satu flagela di ujung, koloni berlendir berwarna kuning. Gejala-gejala yang disebabkan oleh Xanthomonas juga bervariasi yang meliputi busuk, hawar dan bercak. Jenis-jenis Xanthomonas mempunyai kekhususan terutama terbentuknya pigmen kuning pada koloninya. Contoh Xanthomonas campestris penyebab penyakit hawar daun padi, kedelai dan busuk lunak pada talas, ubi kayu, Xanthomonas citri penyebab penyakit kanker pada jeruk, Xanthomonas malvacearum penyebab penyakit bercak bersudut pada kapas, Xanthomonas oryzae penyebab penyakit hawar daun padi.
6.      Genus Streptomyces merupakan genus bakteri patogen tanaman yang hanya mempunyai dua jenis yang mampu menyebabkan penyakit tanaman. Sifat yang menonjol dari genus ini adalah adanya hifa halus ( < 1 μm) atau bentuk seperti benang yang bercabang-cabang dengan konidia pada ujung rantai hifa. Ukuran bakteri maupun konidianya tidak berbeda yaitu sekitar 1 – 2 μm. Pada benang ini, setiap sel berfungsi sebagai satu individu tersendiri. Selain itu, Streptomyces juga biasa membentuk endospora yang tidak dijumpai pada bakteri patogen lainnya. Genus ini sama dengan Corynebacterium yang kurang berarti kecuali Streptomyces scabies penyebab penyakit kudis pada umbi kentang dan Streptomyces ipomea penyebab penyakit kutil pada umbi jalar.
2.6       Bakteri yang Menguntungkan di Bidang Pertanian
a.       Bakteri Rhizobium leguminosarum
Bakteri Rhizobium adalah salah satu kelompok bakteri yang berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman.
Peranan rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya. Pada tanaman legum, Rhizobium mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legum dan meningkatkan produksi antara 10% - 25%. Tanggapan tanaman sangat bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan efektivitas populasi asli.
Bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya. Akar tanaman tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.


b.      Bakteri Pasteuria penetrans
Bakteri Pasteuria penetrans sangat potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu komponen pengendalian nematoda pada tanaman lada. Pengendalian hayati ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia (nematisida) yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Penyakit kuning merupakan salah satu kendala produksi lada di Bangka-Belitung dan Kalimantan. Penyakit tersebut disebabkan oleh nematoda parasit terutama Radopholus similis dan Meloidogyne incognita.
Akibat serangan nematoda tersebut, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat serta warna daun dan dahan menjadi kuning. Daun-daun yang menguning tidak menjadi layu, tetapi tergantung kaku dan sangat rapuh sehingga secara bertahap akan gugur. Untuk mengendalikan penyakit kuning, para petani lada biasanya menggunakan bahan kimia. Namun, penggunaan bahan kimia secara terus menerus dapat mencemari lingkungan, menimbulkan resurjensi dan resistensi nematoda serta terbunuhnya musuh-musuh alami yang mempunyai peranan dalam menjaga keseimbangan hayati.
Nematoda parasit dapat dikendalikan dengan menggunakan agen hayati yang merupakan musuh alaminya, misalnya bakteri Pasteuria penetrans. Bakteri ini tersebar luas di berbagai daerah serta dapat bertahan hidup lama di dalam tanah karena mampu membentuk spora yang tahan terhadap kekeringan dan input pertanian. Dilaporkan bahwa P. penetrans mampu menekan populasi M. incognita pada tanaman tembakau, kacang tanah, dan tomat.
2.7       Cara Mengatasi Penyakit Tanaman yang Disebabkan Bakteri
1.      Penggunaan bibit yang sehat.  Bibit yang sakit tidak boleh digunakan, karena penggunaan bibit yang sakit dapat meningkatkan kematian tanaman lebih dari 30%
2.      Desinfeksi air siraman. Bakteri ini dapat terbawa oleh air siraman, sehingga sebaiknya air siraman yang digunakan didesinfeksi dengan Kalium permanga-nat lebih kurang 50 gram per 1 m3 air
3.      Pergiliran tanaman. Mengusahakan agar selama tidak ditanami, lahan tidak ditumbuhi oleh tanaman yang rentan penyakit ini. Penggunaan tanaman yang tidak rentan seperti Mimosa invisa cukup efektif dalam menangani penyakit ini, karena penanaman Mimosa invisa dalam jangka waktu tertentu (selama 1 tahun sebelum tanaman pokok), dapat memak-sa bakteri hidup pada di luar tanaman inang, sehingga bakteri akan mati atau menjadi lemah.  Selain itu Mimosa invisa ini dapat memperbaiki struktur tanah dan menjadi sumber nitrogen.
4.      Penggarapan tanah. Dengan mengadakan penggarapan tanah yang baik, tepat dan intensif
5.      Pemupukan. Percobaan-percobaan yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pemupukan dengan superfosfat tunggal (enkelsuperfosfat, ESP) dapat mengurangi penyakit layu ini.  Diduga karena kandungan kalsiumfosfat yang tinggi dalam pupuk tersebut.
6.      Sterilisasi tanah pembibitan.  Tanah pembibitan dapat disterilisasi dengan cara dipanaskan dengan uap panas dari ketel-ketel yang dipanaskan.  Uap panas dapat dimasukkan ke dalam tanah melalui susunan pipa seperti garpu, dengan uap panas ini, suhu tanah dapat mencapai 950C, sehingga tanah dapat terbebas dari Pseudomonas solanacearum selama 3-4 tahun, namun sterilisasi ini mempunyai efek samping yang kurang baik dan juga biayanya sangat mahal sehingga hasilnya tidak selalu memuaskan, sejak tahun 1970-an sterilisasi tanah pembibitan ini tidak dilaksanakan lagi.
BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
          Dari makalah “Bakteri” diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Bakteri sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas
2.      Berdasarkan bentuknya bakteri dibagi atas 3 golongan yaitu kokus, basi, dan spiril
3.      Struktur tubuh bakteri yaitu dinding sel, flagel, kapsul, membran sel, mesosom, sitoplasma, DNA, dan rhibosom.
4.      Bakteri penyebab penyakit pada tanaman berasal dari 6 genus yaitu Genus Pseudomonas, Genus Xanthomonas, Genus Agrobacterium, Genus Corynebacterium, Genus Erwinia, Genus Streptomycetes.

5.       
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad. 2014. Peranan Bakteri yang Menguntungkan Dalam Bidang Pertanian. http://akhmad113.mywapblog.com/peranan-bakteri-yang-menguntungkan-dalam.xhtml. Diakses pada tanggal 5 april 2015
Junaidi. 2012. Mengenal Gejala Penyakit Layu pada Tanaman dan Cara Menaganainya. http://vedca.siap.web.id/2012/03/21/mengenal-gejala-penyakit-layu-pada-tanaman-dan-cara-menanganinya-oleh-imas-aisyah-sp-m-si-widyaiswara-pppptk-pertanian-cianjur/. Diakses pada tanggal 3 april 2015.
Syahdan, Ulil. 2013. Bakteri. https://www.academia.edu/3653672/MAKALAH_ BAKTERI. Diakses pada tanggal 5 april 2015
Tora, Newbie. 2014. Bakteri Sebagai Penyebab Penyakit. http://www. petanihebat.com/2014/03/bakteri-sebagai-penyebab-penyakit.html. Diakses pada tanggal 3 april 2015.


Tag : ,

Entomologi dan Fitopatologi : Pertumbuhan dan Perkembangan Serangga

By : Zero Kun
MAKALAH ENTOMOLOGI DAN FITOPATOLOGI
“PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SERANGGA”


KELOMPOK I :
APRIANTO SIMON                        E 281 13 047
MUHAMMAD FAWZUL ALIF NUGROHO   E 281 13 002
MOH. FIKRI                                E 281 13 062 
MUH. FARAS                                E 281 13 024 
RUSDI RISPRIADI                          E 281 13 059
MUH. SAADILAH                           E 281 13 007
FENDI ARNATA                             E 281 13 058
NUR HADI SANTOSO                      E 281 13 025




                                         


FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2014


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kurang lebih1 juta spesies serangga telah dideskripsi (dikenal dalam ilmu pengetahuan), dan hal ini merupakan  petunjuk bahwa serangga merupakan mahluk hidup yang mendominasi bumi. Diperkirakan, masih ada sekitar 10 juta spesies serangga yang belum dideskripsi. Walaupun ukuran badan serangga relatif kecil dibandingkan dengan vertebrata, kuantitasnya yang demikian besar menyebabkan serangga sangat berperan dalam biodiversity (keanekaragaman bentuk hidup) dan dalam siklus energi dalam suatu habitat. Ukuran tubuh serangga bervariasi dari mikroskopi (seperti Thysanoptera, berbagai macam kutu dll.) sampai yang besar seperti walang kayu, kupu-kupu gajah dsb. Dalam suatu habitat di hutan hujan tropika diperkirakan, dengan hanya memperhitungkan serangga sosial (jenis-jenis semut, lebah dan rayap), peranannya dalam siklus energi adalah 4 kali peranan jenis-jenis vertebrata.
1.2   Rumusan Masalah
1.        Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan serangga ?
2.        Bagimanakah proses dan jenis dari pertumbuhan serangga ?
3.        Bagaimanakah proses dan jenis dari perkembangan serangga ?
4.        Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan seangga ?




BAB II
ISI
2.1  Pengertian Pertumbuhan Serangga
Pertumbuhan serangga adalah peristiwa perubahan biologi yang terjadi pada serangga yang berupa pertambahan ukuran (volume, massa, dan tinggi) dan bersifat irreversible atau tidak dapat kembali ke bentuk semula. Sebagai contoh : pertambahan serangga, pertambahan berat serangga, tubuh serangga bertambah besar ketika menginjak fase dewasa (imago). Pertumbuhan bersifat kualitatif/punya nilai yang dapat diukur dalam angka. Selama hidupnya makhluk hidup selain mengalami pertumbuhan juga mengalami perkembangan.
2.2  Pengertian Perkembangan Serangga
Perkembangan serangga merupakan proses biologis menuju tingkat kedewasaan, dapat berupa perubahan bentuk, susunan dan fungsi organ-organ tubuh menuju kedewasaan/kesempurnaan. Dalam perubahan tersebut perbedaan ukurannya tidak terlalu besar/mencolok namun terjadi perubahan besar yang tidak dapat diukur berupa perubahan bentuk. Proses perkembangan yang sudah memasuki tahap akhir salah satu cirinya adalah kematangan organ-organ reproduksi.
Proses perkembangan yang mengubah pradewasa instar pertama menjadi dewasa disebut metamorfosis (metamorphosis), yang arti sebenarnya adalah perubahan bentuk. Perubahan bentuk itu bisa berangsur-angsur (gradual), yaitu bentuk pradewasa secara umum hampir sama dengan bentuk dewasanya, atau tiba-tiba (abrupt), yaitu bentuk pradewasanya sangat berbeda dengan dewasanya dan perubahan ini terjadi pada instar akhir pradewasa. Metamorfosis terbagi atas beberapa jenis antara lain :
2.2.1 Hemimetabola (Metamorfosis tidak sempurna)
  Fase spesies yang belum dewasa pada metamorfosis biasanya disebut larva/nimfa. Tapi pada metamorfosis kompleks pada kebanyakan spesies serangga, hanya fase pertama yang disebut larva/nimfa. Pada hemimetabolisme, perkembangan nimfa berlangsung pada fase pertumbuhan berulang dan ekdisis (pergantian kulit), fase ini disebut instar.  Hemimetabola adalah tahap perkembangan Insecta yang tidak sempurna, dimana Insecta muda yang menetas mirip dengan induknya, tetapi ada organ yang belum muncul, misalnya sayap.  Sayap itu akan muncul hingga pada saat dewasa hewan tersebut. Insecta muda disebut nimfa.  Ringkasan skemanya adalah telur – nimfa (larva) – dewasa (imago).  Contoh Insecta ini adalah belalang, kecoa (periplaneta americana), jangkrik (gryllus sp.), dan walang sangit (leptocorisa acuta).

Tahapan perkembangannya sebagai berikut:
·           Telur
Telur diletakkan secara beragam, beberapa serangga menyatukan telurnya secara pasif, misalnya pada Plasmida (walkingstick), yang lain menempelkan telur pada substratnya satu-satu atau dalam kelompok.  Jenis-jenis Vrysopidae (Neuroptera) meletakkan telur dengan tungkai yang kaku yang panjang; telur terdapat di ujung tangkai.  Berbagai jenis serangga (belalang lapangan, belalang sembah, lipas) meletakkan telur dalam paket, disebut ooteka atau paket telur; dalam satu paket terdapat banyak telur. Bahan untuk melekatkan telur atau untuk pembuatan paket berasal dari kelenjar penyerta (accessory glands).
·           Nimfa
ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit (ekdisis). Tiap tahapan diantara pergantian kulit disebut instar. Tergantung dari spesiesnya, bisa terdapat 8-17 instar. Nimfa bisa memerlukan waktu dari mulai 4 minggu sampai dengan beberapa tahun untuk terus berkembang sampai cukup besar untuk berubah menjadi dewasa.
·           Imago
Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya.

2.2.2   Holometabola (Metamorfosis sempurna)
   Holometabola adalah perkembangan Insecta dengan setiap tahap menunjukan perubahan wujud yang sanagt berbeda (sempurna). Tahapnya adalah sebagai berikut ; telur – larva – pupa – dewasa.  Larvanya berbentuk ulat tumbuh dan mengalami ekdisis beberapa kali. Setalah itu larva menghasilkan pelindung keras disekuur tubuhnya untuk membentuk pupa. Pupa berkembang menjadi bagian tubuh seperti antena, sayap, kaki, organ reproduksi, dan organ lainnya yang merupakan struktur Insecta dewasa. Selanjutnya, Insecta dewasa keluar dari pupa. Sementara di dalam pupa, serangga akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Contoh Insecta ini adalah kupu-kupu, lalat, dan nyamuk.
Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase remajanya tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya hidup pada fase dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di bawah tanah selama 13 hingga 17 tahun. Kedua spesies ini melakukan metamorfosis tidak sempurna.

Tahapan dari metamorfosis sempurna adalah:
·           Telur
·           Larva,
Larva serangga muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Larva merupakan fase yang aktif makan, sedangkan pupa merupakan bentuk peralihan yang dicirikan dengan terjadinya perombakan dan penyususunan kembali alat-alat tubuh bagian dalam dan luar.
·           Pupa, atau chrysalis.
Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan apa-apa. Di dalam pupa, serangga akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Proses kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis.
·           Imago, fase dewasa atau fase perkembangbiakan.

2.2.3   Tanpa metamorfosis / ametamorfosis (ametabola).
   Perubahan struktur tubuh pada serangga ini hampir tidak kelihatan, sehingga seringkali disebut juga tidak mengalami metamorfosis. Contohnya serangga ametabola adalah Collembola, Thysanura dan Diplura. Bentuk pradewasa ametabola disebut  nimfa. Segera setelah menetas lahir serangga muda yang mirip dengan induknya. Kemudian setelah tumbuh membesar dan mengalami pergantian kulit baru menjadi serangga dewasa tanpa terjadi perubahan bentuk, hanya mengalami pertambahan besar ukuran saja.
2.2.4   Metamorfosis bertahap (Paurometabola)
Perkembangan serangga ini berubah secara bertahap dalam bentuk luarnya dari telur sampai bentuk dewasa. Bentuk pradewasa disebut nimfa, mempunyai kebiasaan serupa dengan yang dewasa. Kelompok serangga ini disebut juga Paurometabola. Contohnya antara lain, kutu (Phthiraptera), kepik (Hemiptera), rayap (Isoptera), belalang (Orthoptera), lipas (Dictyoptera) (Gambar ). Selain itu ada pula serangga yang termasuk di dalam kelompok metamorfosis sederhana tetapi stadium pradewasanya hidup di air, contohnya ialah capung (Odonata). Bentuk pradewasa disebut naiad atau tempayak. Kelompok serangga ini disebut juga Hemimetabola. Serangga mengalami perubahan bentuk secara bertahap, selama siklus hidupnya mengalami tiga stadia pertumbuhan, yaitu stadia telur, nimfa, dan imago.


2.3        Faktor yang dapat mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan   Serangga
2.3.1 Faktor Abiotik
·           Cahaya
Cahaya mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan, perkembangannya dan tahan kehidupannya serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya mempengaruhi aktifitas serangga, cahaya membantu untuk mendapatkan makanan, tempat yang lebih sesuai. Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda untuk aktifitasnya. Serangga diurnal yaitu serangga yang membutuhkan intensitas cahaya tinggi aktif pada siang hari.Serangga krepskular adalah serangga yang membutuhkan intensitas cahaya sedang aktif pada senja hari. Serangga nokturnal adalah serangga yang membutuhkan intensitas cahaya rendah aktif pada malam hari.
·           Suhu
Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehidupan serangga, baik terhadap perkembangan maupun aktivitasnya. Pengaruh suhu terhadap serangga terbagi menjadi beberapa kisaran. Pertama, suhu maksimum dan minimum yaitu kisaran suhu terendahatau tertinggi yang dapat menyebabkan kematian pada serangga; kedua adalah suhu estivasi atau hibernasi yaitu kisaran suhu diatas atau dibawah suhu optimum yang dapat mengakibatkan serangga mengurangi aktivitasnya atau dorman; dan ketiga adalah kisaran suhu optimum. Pada sebagian besar serangga kisaran suhu optimumnya adalah15-380 C.
·           Curah Hujan
Curah hujan merupakan pemicu perkembangan eksternal dan berguna untuk merangsang keluarnya kasta reproduksi dari sarang. Serangga tidak keluar jika curah hujan rendah. Curah hujan yang terlalu tinggi juga dapat menurunkan aktivitas serangga. Curah hujan umumnya memberikan pengaruh fisik secara langsung pada kehidupan koloni serangga.
·           Kelembapan
Serangga seperti juga hewan yang lain harus memperhatikan kandungan air dalam tubuhnya, akan mati bila kandungan airnya turun melewati batas toleransinya. Berkurangnya kandungan air tersebut berakibat kerdilnya pertumbuhan dan rendahnya laju metabolisme. Kandungan air dalam tubuh serangga bervariasi dengan jenis serangga, pada umumnya berkisar antara 50-90% dari berat tubuhnya. Pada serangga berkulit tubuh tebal kandungan airnya lebih rendah. Agar dapat mempertahankan hidupnya serangga harus selalu berusaha agar terdapat keseimbangan air yang tepat. Kelembaban juga mempengaruhi sifat-sifat, kemampuan bertelur dan pertumbuhan serangga.





2.3.2   Faktor Biotik
Faktor biotik adalah semua faktor yang pada dasarnya bersifat hidup dan berperan dalam keseimbangan populasi OPT. Termasuk dalam faktor biotik adalah parasit, predator, kompetisi dan resistensi tanaman. Faktor makanan adalah unsur utama yang menentukan perkembangan OPT. Tersedianya inang (tanaman dan hewan) yang menjadi sumber makanan merupakan factor pembatas dalam menentukan taraf kejenuhan populasi (carryng Capacity) lingkungan atas OPT. Untuk faktor kompetitor, apabila terdapat jenis lain atau individu lain yang kebutuhannya sama di suatu tempat yang sama maka terjadi kompetisi, Kompetisi intraspesifik menyebabkan pemencaran dan perkelahian, Kompetisi interspesifik (Jenis hama berbeda tetapi makanan sama). Di dalam hal ini yang paling sering predator kalah saing. Selain itu musuh alami kadang juga merupakan faktor yang bisa mengendalikan populasi hama.









BAB III
KESIMPULAN
3.1  Kesimpulan
1.        Pertumbuhan bersifat kualitatif/punya nilai yang dapat diukur dalam angka
2.     Metamorfosis adalah suatu proses biologi di mana hewan secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas, melibatkan perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi sel.
3.    Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serangga yaitu faktor biotik dan faktor abiotik.
Tag : ,

- Copyright © ZeroMaru ZeOS Sprada - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by ZeroMaru ZeOS Sprada -