Archive for Juni 2015
Nutrisi Tanaman : Unsur Hara Mobile dan Imobile (Tak Mobile)
By : Zero Kun
Nama : Muhammad Fawzul Alif Nugroho
Stambuk : E 281 13 002
Mata Kuliah : Nutrisi Tanaman
Fakultas : Pertanian
Universitas : Tadulako
Unsur Hara Mobile dan Imobile (Tak Mobile)
·
Apa saja yang termaksud kedalam unsur hara mobil dan yang
tak mobil (imobil) ?
·
Apa gejala unsur hara mobil dan yang tak mobil (imobil)
terhadap tanaman ?
Terdapat 17 unsur hara esensial
yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara
esensial sendiri yaitu unsur hara yang mana fungsi dari unsur hara tersebut tak
bisa digantikan oleh unsur hara yang lainnya. Unsur hara sendiri berdasarkan
tingkat kebutuhannya oleh tanaman dibagi atas 2 yaitu pertama adalah unsur
makro C (Carbon), H (Hidrogen), O (Oxygen), N (Nitrogen), P (Phospor), K
(Potassium), Ca (Calcium), Mg (Magnesium), S (Sulfur) dan yang kedua adalah
unsur Mikro Fe (Besi), Mn (Mangan), B (Boron), Zn (Zink), Cu (Tembaga), Mo
(Molibdenum), Cl (Chlor), Co (Cobalt).
Unsur makro sendiri merupakan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak (sebesar ≥ 1000 µg per berat
kereing tanaman), sedang unsur mikro yaitu kebalikannya (sebesar ≤ 100 μg per berat
kering tanaman). Namun, proporsi banyak
sedikitnya unsur hara itu sendiri bergantung dari jenis tanamannya karena
setiap tanamn memiliki tingkat kebutuhan hara yang berbeda beda.
Berdasarkan mobilitasnya sendiri,
unsur hara pada tanaman dibagi atas unsur mobil dan yang tak mobil (imobil). Unsur hara mobil sendiri ialah suatu unsur
hara yang dapat ditranslokasikan atau di pindah tempatkan dari jaringan tua tanaman
ke jaringan muda tanaman apabila pada jaringan mudanya mengalami kekurangan
hara (defisiensi hara) sehingga gejala defisiensinya sendiri dimulai pada
bagian (daun) yang tua karena unsur haranya telah di translokasikan ke yang
muda. Macam-macam unsur hara yang tergolong pada unsur hara Mobil yaitu N
(Nitrogen), P (Phospor), K (Potassium), dan Mg (Magnesium).
Sebaliknya unsur hara yang tak
mobil (imobil) ialah suatu unsur hara yang tidak dapat ditranslokasikan atau di
pindah tempatkan dari jaringan tua tanaman ke jaringan muda tanaman sehingga
gejala defisiensinya sendiri dimulai pada bagian (daun) yang muda karena tidak
terjadi translokasi unsur hara dari tua ke muda seperta pada unsur hara mobil. Macam-macam
unsur hara yang tergolong pada unsur hara Imobil yaitu Ca (Calcium), S (Sulfur),
Fe (Besi), Zn (Zink), Cu (Tembaga), B (Boron),dan Mo (Molibdenum).
Imobilitas unsur hara pada
tanaman dicirikan dengan munculnya gejala defisiensi dimana defisiensi unsur
mobil selalu dimulai dari daun tua (bawah), sedangkan imobil pada daun
muda. Unsur mobil: N, K, Mg; unsur
imobil: unsure mikro B, Zn, Cu, Fe.
Bentuk unsur hara yang diserap tanaman disajikan pada table di bawah
ini.
Unsur Hara Mobil
1. Nitrogen (N)
Nitrogen tergolong dalam unsur hara makro karena dibutuhkan tanaman dalam
jumlah banyak. Sumber N diperoleh dari hasil pelapukan bahan organik dan dari
udara dari fiksasi N oleh mikroorganisme yang bersimbiosis dengan akar tanaman legum
(kacang-kacangan) atau tidak dari simbiosis itu sendiri serta bisa barasal dari
hujan maupun dengan perlakuan pemberian pupuk.
Efisiensi pemberian pupuk N sekitar 30-40% dikarena unsur N sendiri dapat hilang
melalui penguapan (volatilisasi) dan pencucian (leaching). Unsur N sendiri diserap tanaman dalam bentuk NH4+,
NO2–, dan NO3–.
Nitrogen merupakan salah satu unsur penting dalam pembentukan protein,
daun-daunan dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Sehingga beberapa fungsi
N adalah mempebaiki pertumbuan vegetatif tanaman, merupakan bagian dari sel
(organ) tanaman itu sendiri, dan berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein
dalam tanaman.
Karena unsur N termasuk dalam unsur hara mobil maka gejala kekurangan unsur
N dapat dilihat dimulai dari daunnya, dimulai dari bagian bawah daun mengalami
penguningan karena kekurangan klorofil. Pada proses lebih lanjut, daun akan
mengering dan rontok. Tulang-tulang di bawah permukaan daun muda akan tampak
pucat. Hal inilah diakhibatkan karena N termasuk unsur hara mobil sehingga
unsur N yang memiliki peran dalam sintesa protein dan asam amino pada
pembentukan klorofil berpindah dari jaringan tua ke muda yang menyebabkan
penguningan sehingga karena jumlah N kurang maka jumlah N pada jaringan tua
semuanya ditranslokasikan ke jaringan muda yang menyebabkan penguningan pada
jaringan tua. Pada tanaman dewasa pertumbuhan yang terhambat ini akan
berpengaruh terhadap pembuahan sehingga buahnya tidak sempurna, umumnya kecil
dan cepat matang.
Bila terjadi kelebihan N, tanaman akan tampak terlalu subur, daun akan tampak
lebih hijau karena jumlah N pada jaringan tua berlebihan akibat jumlah N yang
dipindahkan ke jaringan muda besar. Bila daun terlalu hijau maka tanaman akan
rentan terserang cendawan dan penyakit. Kelebihan N juga dapat menyebabkan
penundaan pembentukan bunga, bahkan mudah lebih mudah rontok dan pemasakan buah
cenderungterlambat.
2. Phospor (P)
Unsur P diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42- dan PO42-
serta tergantung kepada nilai pH tanah. Fosfor di dalam tanah tidak mudah
bergerak (immobile) dan sebagian besar terikat atau terfiksasi oleh oksida,
mineral liat, dan bahan organik. Meskipun sumber posfor didalam tanah mineral
cukup banyak, tanaman masih bisa mengalami kekurangan posfor karena posfor mudah
terikat oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa yang sukar larut dalam air.
Posfor sendiri berfungsi dalam pengangkutan energi hasil metabolisme, merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang
pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji, serta merangsang pembelahan sel
tanaman dan memperbesar jaringan sel.
Unsur P temasuk mobil sehingga bila tanaman kekurangan unsur P, maka
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman seperti, tumbuhan menjadi kerdil
akibat pembelahan sel terganggu yang diakibatkan karena jumlah P yang
ditranslokasikan ke jaringan muda yang kurang. Warna daun berubah menjadi ungu
atau coklat mulai dariujung-ujung daun. Hal yang semacam ini terlihat pada
tanaman yang masih muda.
3. Potassium/Kalium (K)
Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk K+. Ion K tergolong unsur yang
mudah bergerak (mobile) sehingga mudah hilang dari tanah melalui pencucian,
karena K tidak diikat oleh permukaan koloid tanah. Unsur K sendiri berperan sebagai
activator dari berbagai enzim yang esensial dari reaksi-reaksi fotosintesis dan
respirasi, serta untuk enzim yang berperan dalam sintesa protein, pengangkutan
hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air, serta meningkatkan daya
tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit. Fungsi lain dari Kalium adalah pada
pembentukan jaringan penguat.
Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakar dan akhirnya gugur.
Bunga mudah rontok dan gugur. Daun menggulung ke bawah, dan rentan terhadap
serangan penyakit. Bila tanaman sama sekali tidak diberi Kalium,maka asimilasi
akan terhenti. Pada saat terjadi
pembentukan bunga atau buah maka Kalium akan cepat ditarik oleh sebab itu
Kalium mudah bergerak (mobil).
4. Magnesium (Mg)
Magnesium diserap oleh tanaman dalam bentuk Mg2+. Magnesium juga
merupakan bagian dari hijau daun (klorofil) yang tidak dapat digantikan oleh
unsur lain, kecuali didalam hijau daun Mg terdapat pula sebagai ion didalam
air-sel. Fungsi magnesium yaitu sebagai penyusun utama klorofil yang menentukan
laju fotosintesa pembentukan karbohidrat, berfungsi untuk transportasi fosfat,
menciptakan warna hijau pada daun dan berperan dalam pembentukan buah.
Magnesium adalah unsur yang mobile pada tanaman sehingga daun menjadi berwarna
kuning akibat pembentukan klorofil terganggu. Gejala yang pertama kelihatan
pada tanaman yang kekurangan magnesium adalah daun mengalami klorosis dan
tampak ada bercak-bercak coklat. Kekurangan magnesium ditandai dengan
menguningnya bagian daun diantara tulang-tulang daun. Sedangkan tulang daun itu
sendiir tetap berwarna hijau. Bagian yang menguning tersebut akan mati dan
meninggalkan lubang-lubang berbentuk memanjang. Pada tanaman berbiji, sangat
jelek pengaruhnya terhadap bila kekurangan magnesium. Daya tumbuh tidak mantap
alias lemah.
Unsur Hara Imobil
1. Calcium (Ca)
Kalsium diserap tanaman dalam bentu Ca2+, dan memiliki fungsi untuk
menyusun klorofil, dibutuhkan enzim untuk metabolis karbohidrat, serta
mempergiat sel meristem, memperkeras batang tanaman dan sekaligus merangsang
pembentukan biji dan mencegah rontok bunga dan buah.
Kalsium termasuk unsur hara imobil sehingga gejala kekurangan kalsium seperti
titik tumbuh lemah, terjadi perubahan bentuk daun (mengeriting, kecil dan akhirnya
rontok). Karena memiliki hubungan terhadap tumbuh maka bila kekurangan unsur
ini menyebabkan produksi bunga terhambat, dan bunga gugur. Pada tanaman pisang
yang mengalami gejala defisiensi kalium memiliki gejala dimana daun muda
berubah warna menjadi warna kuning dan kemudain tanaman menjadi mati.
2. Sulfur (S)
Sulfur diserap tanaman dalam bentuk SO32-, dan SO4-2.
Sulfur sendiri memiliki fungsi dalam pembentukan
asam amino dan pertumbuhan tunas serta membantu pembentukan bintil akar tanaman,
pertumbuhan anakan pada tanaman, berperan dalam pembentukan klorofil serta
meningkatkan ketahanan terhadap jamur, juga membentuk senyawa minyak yang
menghasilkan aroma dan juga aktifator enzim membentuk papain.
Sulfur termasuk unsur hara imobil dan gejala kekurangan sulfur ialah menyebabkan
terjadinya klorosis, menekan pertumbuhan tunas dari pada pertumbuhan akar,
nampak pada daun muda dengan warna daun yang menguning, dan terhambatnya
sintesis protein yang berkorelasi dengan akumulasi N dan nitrat organik terlarut.
3. Besi (Fe)
Besi diserap oleh tanaman dalam bentuk ion feri (Fe3+) maupun fero
(Fe2-). Fungsi Fe antaralain sebagai penyusun klorofil, protein,
enzim, dan berperanan dalam perkembangan kloroplas. Fungsi lain Fe ialah
sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme.
Besi termasuk unsur yang tak mobil sehingga gejala defisiensi yang tampak pada
daun muda yang mula-mula secara bertempat-tempat daun berwarna hijau pucat dan
hijau kekuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringannya
tidak mati. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis yang tadinya berwarna
hijau berubah menjadi warna kuning dan ada pula yang menjadi warna putih. Kekurangan
Fe juga dapat menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga
penyusunan protein menjadi tidak sempurna. Kekurangan Fe juga dapat menyebabkan
kenaikan kadar asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosomsecara drastis,
penurunan kadar pigmen dan protein dan juga mengakibatkan pengurangan aktivitas
semua enzim karena Fe yang juga memiliki fungsi sebagai aktivator enzim
tanaman.
4. Zink (Zn)
Zink diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn2+ Zn memiliki fungsi
antara lain sebagai pengaktif enim anolase, aldolase, asam oksalat
dekarboksilase, lesitimase, sistein desulfihidrase, histidin deaminase, super
okside demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan
peptidase serta berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas
batang. Zn juga dibutuhkan untuk pembentukan tripopan sebagai prekusor IAA,
metabolismtriptamin. Terutama sebagai kofaktor enzim dehidrogenase, alcohol,
glukosa-6-P dan trease. Merangsang sintesa sitokinin C.
Gejala kekurangan Zn yaitu tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek, daun mengecil
dan mengumpul dan klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis
yang dimulai pada daun tua karena Zn
termasuk dalam unsur imobil.
5. Tembaga (Cu)
Tembaga diserap tanaman dalam bentuk Cu+, dan Cu2+. Fungsi
dan peranan Cu antara lain untuk mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase,
askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase, juga berperan dalam
metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman
generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin.
Gejala kekurangan Cu yaitu warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun
lemah, layu dan pucuk mengalami pengeringan, batang dan tangkai daun lemah, kadang
terjadi klorosis meski jaringannya tidak mati, pertumbuhan tanaman kerdil dan
gagal membentuk bunga. Penguningan daun dimulai pada daun muda karena Cu
merupakan unsur yang tak mobil (imobil).
6. Boron (B)
Boron diserap oleh tanaman dalam bentuk Bo33-. Boron
memiliki fungsi dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan
auksin. Juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel,
permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Boron mengangkut
karbohidrat kedalam tubuh tanaman dan menghisap unsur kalsium. Pada tanaman
penghasil biji unsur ini berpengaruh
terhadap pembagian sel.
Gejal kekurangan unsur B yaitu pertumbuhan terhambat pada jaringan
meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang
sedang berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit. Pada tanaman
bercabang, ruas tanaman memendek, batang
keropos, pembentukan cabang tumbuh sejajar berdampingan. Defisiensi boron dapat
juga berupa daun berkerut, anak daun seperti anak pancing, daun kecil, daun
sirip ikan, anak daun pada ujung pelepah yang rata, ujung pelepah tumpul seperti
dipotong dan anak daun sobek pada pangkal tulang anak daun. Gejala umum yang
terjadi berupa kerutan pada anak daun yang dimulai dari ujung pelepah.
7. Molibdenum (Mo)
Molibdenum diserap dalam bentuk ion MoO42-. Fungsi Mo
dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan
xantineoksidase. Berperan dalam mengikat (fiksasi) N oleh mikroba pada
leguminosa, sebagai katalisator dalam mereduksi N, dan sebagai kofaktor pada
beberapa enzim penting untuk membangun asam amino.
Kekurangan Modapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat
dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari
daun tengah dan daun bawah. Gejala kekurangan molibdenum ditandai dengan warna
daun memudar, keriput, mengering, pertumbuhan tanaman seolah-olah terhenti dan
akhirnya mati. Hal ini terjadi pada daun muda.
Tag :
Tugas,
Kesuburan Tanah dan Pemupukan : Pengaruh pH Terhadap Ketersediaan Phospor Dalam Tanah
By : Zero Kun
Nama : Muhammad Fawzul Alif Nugroho
Stambuk : E 281 13 002
PENGARUH pH TANAH TERHADAP KETERSEDIAAN FOSFOR
Unsur hara fofor pada pH lebih besar
dari 8.0 tidak tersedia karena diikat oleh ion Ca. Sebaliknya jika pH turun
menjadi lebih kecil dari 5.0, maka fosfat kembali menjadi tidak tersedia. Hal
ini dapat menjadi karena dalam kondisi pH masam, unsur-unsur seperti Al, Fe,
dan Mn menjadi sangat larut. Fosfat yang semula tersedia akan diikat oleh
logam-logam tadi sehingga, tidak larut dan tidak tersedia untuk tanaman.
Beberapa tanaman tertentu dapat kekurangan unsur hara mikro seperti Fe dan Mn.
Untuk memperoleh ketersediaan hara yang optimum bagi pertumbuhan tanaman dan
kegiatan biologis di dalam tanah, maka pH tanah harus dipertahankan pada pH
sekitar 6.0 – 7.0.
Pada tanah masam: dirajai kation terlarut Al dan Fe,
menyebabkan presipitasi mineral Al-fosfat dan Fe- fosfat. Pada tanah netral dan
kapuran: dirajai kation terlarut Ca, menyebabkan presipitasi mineral Ca-fosfat.
Keadaan pH larutan dan kelarutan Al, Fe dan Ca fosfat menentukan kadar P dalam
larutan tanah, perhatikan stabilitas mineral. Ketersediaan P maksimum pada pH 6
– 7, yaitu diantara zona Al dan Fe fosfat dengan Ca fosfat yang tidak
terlarut. Reaksi presipitasi umumnya
terjadi sangat lambat.
Pada tanah masam: FePO4 . 2H2O + H2O <–> H2PO4
– + H+ + Fe(OH)3
jika kemasaman meningkat (H+), keseimbangan bergerak
ke kiri, Fe-fosfat mengendap dan P larutan menurun, jika kemasaman menurun,
keseimbangan bergerak ke kanan, Fe-fosfat melarut dan P larutan meningkat, pada
saat akar menyerap H2PO4 –, keseimbangan bergerak ke kanan, Fe-fosfat melarut
untuk mengisi P dalam larutan tanah. Fe-fosfat padatan akan mempertahankan
H2PO4 – tetap pada aras keseimbangan, hal ini tergantung pH tanah.
Pada tanah netral dan kapuran: CaHPO4 . 2H2O + H+
<–> Ca2+ + H2PO4 – + 2H2O
jika kemasaman menurun, keseimbangan bergerak ke
kiri, Ca-fosfat mengendap dan P larutan menurun, jika kemasaman meningkat
keseimbangan bergerak ke kanan, Ca-fosfat melarut dan P larutan meningkat, pada
saat akar menyerap H2PO4 –, keseimbangan bergerak ke kiri, Ca-fosfat melarut,
mengisi P dalam larutan tanah. Ca-fosfat padatan menjaga H2PO4 – pada aras
keseimbangan, hal ini tergantung pH tanah.
KONDISI KETERSEDIAAN HARA PADA BERBAGAI KISARAN pH
1. Sangat Tinggi
(diatas 8,5)
* Tanah alkali, sodik
* Ca dan Mg, kemungkinan tidak tersedia
* Fospat terjerap dalam bentuk Ca-P, Mg-P
* Bila kadar Na Tinggi, P terjerap menjadi Na-P yang
mudah larut
* Keracunan Boron (B) pada tanah garaman dan Sodik
* Persentase Na tertukar (ESP) di atas 15 dapat
menyebabkan kerusakan struktur.
* Aktivitas bakteri rendah
* Proses nitrifikasi menurun
* Ketersediaan hara mikro menurun, kecuali Mo
2. Tinggi ( 7,0
– 8,5 )
* Penurunan ketersediaan P dan B sehingga terjadi kekahatan
hara P dan B
* Kekahatan Co, Cu, Fe, Mn dan Zn
* Kadar Ca dan Mg Tinggi
* Tanah alkali
3. Sedang (5,5 –
7,0)
* Sifat netral
* Kisaran pH yang baik untuk sebagianj besar tanaman
* Kadar hara (makro & mikro) optimum
* Aktivitas mikroorganisme optimum)
* Sifat kimia tanah optimum
4. Rendah
(<5,5)
* Tanah masam
* Ion Fosfat bersenyawa dengan Fe dan Al membentuk
senyawa yang tidak cepat tersedia bagi tanaman.
* Semua hara mikro (kecuali Mo) menjadi lebih
tersedia dengan peningkatan kemasaman,
* Ion Al dilepaskan dari mineral lempung pada nilai
pH di bawah 5,5 dan
* Aktivitas bakteri menurun
* Proses nitrifikasi terhambat.
Tag :
Tugas,
Kesuburan Tanah dan Pemupukan : Pupuk Yang Bereaksi Masam
By : Zero Kun
Nama : Muhammad Fawzul Alif Nugroho
Stambuk : E 281 13 002
Mata Kuliah : Kesuburan Tanah dan Pemupukan
1.
Amonium sulfat
(ZA) (NH4)2 SO4
·
Kadar N
20.5-21.0 %.
·
Reaksi
fisiologis masam, ekivalen kemasaman. 110. Dapat memasamkan tanah.
2.
Urea CO(NH2)2
·
Kadar N 45 %.
·
Reaksi fisiologi
agak masam dengan ekivalen kemasaman 80. Tidak terlalu mengasamkan tanah.
3.
Amonium Sulfat
Nitrat (ASN) 2NH4 NO3(NH4)2SO4
·
Kadar N 26 %
dimana 19.5 % dalam bentuk amonium, 6.5 % dalam bentuk nitrat.
·
Reaksi
fisiologis lebih masam dari urea, tetapi kurang jika di banding dengan Z.A.
ekivalen kemasaman 93, mengasamkan tanah.
4.
Amonium Chlorida
NH4Cl
·
Kadar N 25 %
·
Reaksi
fisiologis masam dengan ekivalen kemasaman 128 (lebih masam dari Z.A). Sangat
mengasamkan tanah.
5.
Pupuk NP
(Ammo-Phos NH4H2PO4)
·
Amophos A 11 % N
+ 48 % P2O5
·
Amophos B 16.5 %
N + 20 % P2O5
·
Ekivalen
kemasaman Amophos A adalah 55, sedang Amophos B adalah 86
Pupuk yang bersifat masam dapat menurunkan pH tanah berarti
menyebabkan tanah menjadi lebih masam, sedang pupuk yang bersifat alkalis dapat
menaikkan pH tanah. Sifat kemasaman pupuk dinyatakan dengan nilai ekivalen
kemasaman. Yang dimaksud dengan ekivalen kemasaman adalah jumlah CaCO3
(kg) yang diperlukan untuk menjadikan kemasaman yang di sebabkan oleh pengguna
100 kg suatu jenis pupuk.
Pupuk mengandung Nitrogen dalam bentuk amonia atau
dalam bentuk-bentuk lain merupakan subyek nitrifikasi dapat berubah menjadi
nitrat yang akan mengakibatkan keasaman kecuali jika bahan kapur cukup terdapat
di dalam pupuk untuk menetralkan asam yang di bentuk. Beberapa percobaan lapangan yang telah menerima pemberian sulfat
amonia tetap mantap untuk beberapa tahun. Tanpa memberi kapur, telah menjadi
terlalu asam untuk pertumbuhan tanaman (Henry, 1988).
Kebanyakan pupuk lengkap cenderung mengembangkan
sisa asam dalam tanah. Ini terutama disebabkan oleh pengaruh kandungan nitrogen
dan ammonia. Ion NH4 berefek besar kalau mengalami nitrifikasi. Kalau
dioksidasikan senyawa amonium cenderung meningkatkan keasaman. Disamping
senyawa amonium bahan urea dan beberapa senyawa organik jika mengalami
hidrolisa menghasilkan ion amonium yang merupakan sumber potensial keasaman
(Harry, 1982).
Penggunaan pupuk N-amonium menyebabkan tanah menjadi
masam. Penggunaan amonium sulfat dengan takaran setara N-amonium memberikan
pengaruh keasaman lebih besar
dibandingkan pengaruh N-amonium.
Tag :
Tugas,
Ilmu dan Teknologi Benih : Pengertian Benih, Ruang Lingkup Benih, dan Permasalahan Benih
By : Zero Kun
MAKALAH ILMU DAN
TEKNOLOGI BENIH
PENGERTIAN
BENIH, RUANG LINGKUP,
DAN PERMASALAHAN
BENIH
Disusun Oleh Kelompok 1
:
Muhammad
Fawzul Alif Nugroho E 281 13 002
Anita E
281 12 031
Megawati E
281 13 001
Silviani E
281 13 003
Fajri E 281 13 004
Muh.
Hardiansyah E
281 13 005
Iklan
Priyanto E 281 13 006
Muh.
Saadilah E 281 13 007
Nur
Humairoh Arzad E
281 13 008
Adia
Nova yanti E
281 13 045
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
TADULAKO
PALU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Alam pembangunan hutan tanaman, benih memainkan
peranan yang sangat penting. Benih yang digunakan untuk pertanaman saat ini
akan menentukan mutu tegakan yang akan dihasilkan dimasa mendatang. Dengan
menggunakan benih yang mempunyai kualitas fisik fisiologis dan genetic yang
baik merupakan cara yang strategis untuk menghasilkan tegakan yang berkualitas
pula. Mendapatkan benih bermutu bukanlah pekerjaan yang mudah. Apa yang
diuraikan pada tulisan ini hanyalah memberikan panduan umum yang diharapkan
dapat memberikan informasi yang berguna dalam penanganan benih. Ada beberapa
hal yang dapat diuraikan disini yaitu untuk memperoleh benih yang bermutu dan
bagaimana teknik perkecambahannya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan benih?
2. Apa saja ruang lingkup benih?
3. Apa saja permasalahan benih?
1.3
Tujuan
1.
Kita dapat mengetahui pengertian benih
2.
Kita dapat mengetahui apa saja ruang linkup benih
3.
Kita dapat mengetahui apa saja permasalahan benih
BAB II
ISI
2.1
Pengertian Benih
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun
1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4
disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman
atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan
tanaman. Dalam buku lain tertulis benih disini dimaksudkan sebagai biji tanaman
yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman.
Menurut Sumpena (2005), benih diartikan sebagai biji
tanaman yang tumbuh menjadi tanaman muda (bibit), kemudian dewasa dan
menghasilkan bunga. Melalui penyerbukaan bunga berkembang menjadi buah atau
polong, lalu menghasilkan biji kembali. Benih dapat dikatakan pula sebagai ovul
masak yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan cadangan makanan, dan selubung
penutup yang berbentuk vegetatif. Benih berasal dari biji yang dikecambahkan
atau dari umbi, setek batang, setek daun, dan setek pucuk untuk dikembangkan
dan diusahakan menjadi tanaman dewasa.
Sedangkan menurut Sadjad, dalam “Dasar-dasar Teknologi
Benih”(1975, Biro Penataran IPB-Bogor), yang dimaksudkan dengan benih ialah
biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan pengembangan usaha tani,
memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomi.
Sehingga benih adalah biji yang
dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan
dapat mencapai proses tumbuh yang besar.
Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian
dan menjadi faktor pembawa perubahan (agent
of change) teknologi dalam bidang pertanian. Peningkatan produksi tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan; salah satu aspek penentu utama
keberhasilannya adalah: digunakannya benih varietas unggul dengan disertai
teknik budidaya yang lebih baik dibandingkan masa sebelumnya. Benih-benih
varietas unggul dapat diperoleh melalui seleksi dan hibridisasi tanaman, baik
yang dilakukan oleh lembaga penelitian milik pemerintah, maupun industri
perbenihan swasta yang mempunyai divisi penelitian dan pengembangan (research and development).
Hasil seleksi dan hibridisasi tanaman berupa varietas baru mempunyai
keunggulan yang harus dipertahankan pada generasi berikutnya melaui
perbanyakan, sekaligus mempertahankan kemurnian genetik dan mutu benihnya.
Bidang produksi benih dapat dikelompokkan menjadi: produksi benih sumber dan
produksi benih komersial.
Benih sumber dapat juga disebut dengan benih inti, hanya
diperbanyak oleh para breeder
(pemulia) yang ada di instansi pemerintah, perusahaan swasta, maupun
perorangan. Benih sumber diproduksi dalam jumlah sedikit untuk perbanyakan
benih penjenis atau bahan persilangan. Panen hasil budidaya/kulturisasi untuk
setiap tanaman, buah, bulir, atau polong (bahan benih); dilakukan khusus dalam
suatu kegiatan yang disebut dengan ‘penangkaran’. Hasil benih sumber tidak
diperjualbelikan. Sementara hasil benih komersial adalah benih yang diperbanyak
oleh breeder, produsen benih, ataupun penangkar benih, maupun perorangan dalam
jumlah banyak.
Produksi benih komersial perlu didukung oleh program
produksi benih sumber secara terus menerus agar dapat menjamin kontinuitas
ketersediaan benih bagi petani pengguna. Di Indonesia, benih nonhibrida dikenal
dengan empat kelas benih, yaitu: benih penjenis (Breeder Seed/BS), benih dasar (Foundation
Seed/FS), benih pokok (Stock Seed/SS),
dan benih sebar (Extension Seed/ES). Pengertian
dan warna label berdasarkan kelas benihnya, diuraikan secara singkat sebagai
berikut:
1. Benih Penjenis = BS (Breeder Seed) Warna Label Kuning
Benih yang diproduksi oleh dan dibawah pengawasan Pemulia Tanaman dan
merupakan sumber untuk perbanyakan Benih dasar
2. Benih Dasar = BD (Fondation Seed) Warna Label Putih
Keturunan pertama dari BS atau BD yang diproduksi dibawah bimbingan yang
intensif dan pengawasan yang ketat hingga kemurnian varietas yang tinggi dapat
terpelihara
3. Benih Pokok = BP (Stock Seed) Warna Label Ungu.
Keturunan dari BS atau BD yang diproduksi dan dipelihara sedemikian
sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu yang
ditetapkan serta disertifikasi sebagai Benih Pokok
4. Benih Sebar = BR (Extension Seed) Warna Label Biru
Keturunan dari BS atau BD atau BP yang diproduksi dan dipelihara
sedemikian sehingga identitas dan tingkat kemurniannya dapat dipelihara dan
memenuhi standar mutu yang ditetapkan dan telah disertifikasi sebagai benih
sebar.
2.2 Perbedaan
Benih dan Biji
Secara struktural/botanis,
biji (grain) dan benih (seed) tidak berbeda antara satu dengan lainnya,
sedangkan secara fungsional benih dan biji memiliki pengertian yang berbeda.
Biji (grain) dan benih (seed)
memiliki arti dan pengertian yang bermacam-macam, tergantung dari segi mana
meninjaunya. Meskipun biji dan benih memiliki jumlah, bentuk, ukuran, warna,
bahan yang dikandungnya dan hal-hal lainnya berbeda antara satu dengan lainnya,
namun sesungguhnya secara alamiah merupakan alat utama untuk mempertahankan/menjamin
kelangsungan hidup suatu spesies dialam.
Secara botanis/struktural,
biji dan benih tidak berbeda antara satu dengan lainnya, keduanya berasal dari
zygote, berasal dari ovule, dan mempunyai struktur yang sama.
Secara fungsional biji
dengan benih memiliki pengertian yang berbeda. Biji adalah hasil tanaman yang
digunakan untuk tujuan komsumsi atau diolah sebagai bahan baku industri.
Sedangkan benih adalah biji dari tanaman yang diproduksi untuk tujuan ditanam/dibudidayakan
kembali.
Berdasarkan pengertian
tersebut maka benih memiliki fungsi agronomi atau merupakan komponen agronomi,
oleh karena itu benih termasuk kedalam bidang/ruang lingkup agronomi. Dalam
pengembangan usahatani, benih merupakan salah satu sarana untuk dapat
menghasilkan produksi yang setinggi-tingginya. Karena benih merupakan sarana
produksi, maka benih harus bermutu tinggi (mutu fisiologis, genetik dan fisik)
dari jenis yang unggul.
2.3 Ruang
Lingkup
Benih memiliki fungsi
agronomi dan merupakan komponen agronomi sehingga termasuk kedalam bidang/ruang
lingkup agronomi. Benih merupakan salah satu sarana untuk dapat menghasilkan
produksi yang setinggi-tingginya.
Untuk mengetahui dan
memahami masalah benih sebagai suatu ilmu dalam ruang lingkup agronomi
diperlukan pengetahuan tentang aspek-aspek morfologis (variasi fisik pada
benih, penyebaran benih) dan fisiologis benih (reproduksi, pembentukan dan
perkembangan biji, perkecambahan, viabilitas, dormansi, vigor dan kemunduran
benih).
Pengetahuan dan pemahaman
terhadap aspek-aspek tersebut memerlukan bantuan dari berbagai cabang ilmu yang
terkait dengannya, seperti; botani, fisiologi tumbuhan, fisika, genetika, hama
dan penyakit, kimia taksonomi, dan cabang ilmu lainnya.
2.4 Permasalahan
Benih
Benih sebagai komponen
agronomi selalu dituntut tersedia dengan syarat mutu yang tinggi. Mutu yang
harus dipenuhi oleh suatu benih adalah mutu fisiologis (daya kecambah, vigor
dan daya simpan yang tinggi), mutu genetik (kemurnian benih) dan mutu fisik
(bersih dari kotoran fisik ) serta kesehatan benih (bebas hama dan penyakit).
Tuntutan mutu ini hanya
dapat diperoleh jika suatu benih diproduksi dan diuji kualitasnya dengan
cara-cara yang sesuai dengan standar dan ketentuan yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu permasalahan dalam perbenihan yang berhubungan dengan mutu benih
dapat muncul pada saat proses produksi benih, prosessing, penyimpanan dan pada
proses pengujian mutu benih. Jika salah satu dari proses tersebut tidak
berjalan sebagaimana mestinya, maka mutu benih yang diperoleh tidak sesuai
dengan mutu yang diharapkan.
Permasalahan yang dapat
muncul adalah rendahnya daya kecambah, vigor dan daya simpan benih, rendahnya
mutu genetik karena tercampur dengan varietas lain, serta rendahnya mutu fisik
dan kesehatan benih. Benih sebagai sarana produksi yang selalu diharapkan
tersedia tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis dan tepat harga, sangat
ditentukan oleh ketepatan dalam perencanaan jumlah dan jenis benih yang akan
diproduksi, distribusi dan pemasarannya.
Ketersediaan benih yang
kurang dari kebutuhan petani, waktu ketersediaan yang tidak sesuai dengan saat
diperlukan, jenis benih yang tidak sesuai dengan yang direncanakan ditanam dan
harga yang tidak terjangkau oleh petani, merupakan masalah yang sering terjadi
dalam kegiatan perbenihan.
2.4.1 Permasalahan
Sertifikasi Benih
Permasalahan dalam
sertifikasi benih antara lain:
a) Tidak selalu tersedianya
sumber benih yang diperlukan sesuai dengan kelasnya.
b) Lahan/lokasi pertanaman
tidak memenuhi persyaratan, dalam hal sejarah lapangan.
c) Keterbatasan pengetahuan
para petani terhadap sertifikasi benih berlabel.
d) Keadaan sosial ekonomi dari
para petani sangat berpengaruh penyerapan pasar benih yang berlabel (Benih hasil Sertifikat).
2.4.2 Permasalahan
Memproduksi Benih Bermutu
Fakta dilapangan menunjukkan
bahwa ketersediaan dan penggunaan benih bermutu (dan berlabel) masih rendah.
Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan produksi benih antara lain adalah
:
a) Keterbatasan ketersediaan
benih sumber untuk diperbanyak oleh produsen dan penangkar benih
b) Produsen benih kelas
menengah ke bawah umumnya belum mempunyai pemulia sendiri, serta penyilang
benih banyak yang belum mempunyai laboratorium kultur jaringan
c) Keterbatasan modal usaha,
sehingga penggunaan input dan sarana produksi terbatas, yang berakibat volume
usaha juga tidak optimal.
d) Keterbatasan varietas benih
dalam negeri yang disukai konsumen (sesuai preferensi konsumen), sementara
pemohon pelepasan varietas sayuran berasal dari intoduksi (luar negeri)
meningkat.
e) Keterbatasan data
supply-demand benih antar daerah dan antar sentra, sehingga jalur dan pemenuhan
benih tidak terpantau secara baik.
f) Keterbatasan jumlah dan
kemampuan petugas pengawas benih tanaman.
g) Keterbatasan dana
operasional bagi Balai Benih BPS danPengawan Benih Tanaman
2.5 Permasalahan
Benih di Indonesia
Benih merupakan suatu
parameter keberhasilan produksi tanaman. Artinya, dalam suatu kegiatan budidaya
tanamandapat dilihat dari mutu benih yang digunakan. Apabila benih yang
digunakan memiliki mutu yang baik maka hal ini dapat menjamin keberhasilan
budidaya tanaman itu sendiri.
Ketergantungan petani
terhadap benih hibrida makin diperparah dengan tidak berpihaknya hukum terhadap
petani. Dalam hal perbenihan, petani
seringkali dikriminalisasi. Selain itu, UU No 29/2000 tentang perlindungan
varietas tanaman (UU PVT) justru menegasikan petani dan hanya mengakomodir
kepentingan pemulia tanaman.
Undang-undang tersebut
mendikotomikan petani dengan pemulia tanaman, dimana petani dan pemulia tanaman
berada dalam dua entitas berbeda. Hak petani adalah hak untuk menggunakan benih
(ketersediaan, keterjangkauan, memilih benih dan mengembangkan benih sendiri),
sementara itu hak pemulia adalah hak untuk memperdagangkan benih.
Hal ini sangat bertentangan
dengan filosofis bertani bagi petani. Meskipun saat ini sebagian besar petani
mengkonsumsi benih hibrida dari perusahaan agribisnis. Pada hakikatnya, benih
yang dihasilkan tersebut adalah mahakarya dari petani itu sendiri. Petani
adalah penghasil, pemulia dan sekaligus pengguna benih. Dengan kata lain, benih
adalah karya yang dihasilkan dari oleh
dan untuk petani.
Benih hibrida dan benih
hasil rekayasa genetik membutuhkan banyak sekali pestisida, pupuk kimia dan
air, meningkatkan pengeluaran dan merusak lingkungan. Benih tersebut juga
sangat tidak tahan kekeringan, penyakit tanaman dan serangan hama, telah
menyebabkan ribuan kasus gagal panen dan disadari telah menghancurkan
perekonomian rumah tangga petani. Industri telah menghasilkan benih yang tidak
bisa dibudidayakan tanpa bahan-bahan kimia yang berbahaya,dipanen dengan mesin
besar dan diberi bahan pengawet untuk menjaga agar tetap bertahan dalam
perjalanan. Namun industri telah megabaikan aspek yang sangat penting dalam
pemuliaan benih yaitu kesehatan manusia. Hasilnya adalah benih industri tumbuh
dengan cepat tapi kehilangan nilai gizi dan banyak mengandung bahan kimia.
Inilah penyebab alergi dan penyakit kronis, kontaminasi tanah, air dan udara
yang dihirup.
Kebalikannya, sistem yang
digunakan oleh petani dalam menemukan kembali, menghargai, mengkonservasi,
beradaptasi terhadap proses seleksi lokal, memproduksinya kembali di lahan,
melakukan pertukarkan benih antar petani, mampu mempertahankan dan meningkatkan
keanekaragaman hayati genetik dalam sistem pangan dunia kita, memberikan
kemampuan dan fleksibilitas yang dibutuhkan untuk menghadapi lingkungan yang
berbeda-beda, dan iklim yang berubah serta kelaparan di dunia ini.
Benih petani dapat
beradaptasi lebih baik dengan kondisi lokal, menghasilkan makanan yang lebih
bergizi, dan memiliki produktivitas yang tinggi dalam sistem pertanian
agroekologi tanpa pestisida ataupun asupan lain yang mahal harganya. Tetapi
benih hibrida telah membuat kontaminasi pada benih petani sehingga membuat
benih tradisional terancam punah. Benih hibrida menggantikan benih petani dari
lokasi asalnya dan membuatnya hampir punah. Manusia tidak dapat bertahan tanpa
benih dari petani, namun perusahaan menempatkan benih petani dalam kondisi yang
berisiko.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah
“Pengertian Benih, Ruang Lingkup, dan
Permasalahan Benih” diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sehingga benih adalah biji
yang dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui proses seleksi sehingga
diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar.
2. Benih memiliki fungsi
agronomi atau merupakan komponen agronomi, oleh karena itu benih termasuk
kedalam bidang/ruang lingkup agronomi.
3. Permasalahan dalam
perbenihan yang berhubungan dengan mutu benih dapat muncul pada saat proses
produksi benih, prosessing, penyimpanan dan pada proses pengujian mutu benih.
DAFTAR
PUSTAKA
Alfian. 2012. Perbedaan
Benih Biji dan Bibit. http://alfiandoang. blogspot.com/2012/02/perbedaan-antara-benih-biji-dan-bibit.html.
Diakses pada tanggal 6 Maret 2015.
Bangazul. 2013. Permasalahan
Perbenihan di Indonesia. http://www.bangazul .com/permasalahan-perbenihan-di-indonesia/.
Diakses pada tanggal 6 Maret 2015.
Maruapey, Ajang. 2010. Mutu Benih dan Hambatan dalam Memproduksi Benih Bermutu. http://ajangmaruapey.blogspot.com/2010/03/mutu-benih-dan-hambatan-dalam.html.
Diakses pada tanggal 6 Maret 2015.
Nasrudin. 2009. Pengertian
Benih. http://teknologibenih.blogspot.com/2009/ 08/pengertian-benih.html.
Diakses pada tanggal 6 Maret 2015.
Ruadi. 2014. Mendiskusikan
Perjalanan Benih dari Pemulian Sampai ke Petani. http://anaktptph-agriculture.blogspot.com/2014/04/mendiskusikan-perjalanan-benih-dari.html.
Diakses pada tanggal 6 Maret 2015.
Tag :
Makalah,