Archive for Februari 2016
Laporan Praktek : Pemuliaan Tanaman
By : Zero Kun
LAPORAN LENGKAP PRAKTEK
PEMULIAAN
TANAMAN
MUHAMMAD FAWZUL
ALIF NUGROHO
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bibit unggul merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil pertanian.
Bibit yang unggul dapat timbul secara alami dan secara campur tangan manusia.
Pemuliaan tanaman merupakan suatu kegiatan memilih atau menyeleksi dari suatu
populasi untuk mendapatkan genotip tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul
yang selanjutnya akan dikembangkan dan diperbanyak sebagai benih atau bibit
unggul.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen.
Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahklan tepung sari
kekepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman
yang menyerbuk sendiri (self polination
crop) maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination crop) (Hutajulu, 2013).
Untuk itulah perlu dilakukannya praktek ini agar praktikan dapat mengetahui
tehnik persilangan tanaman baik itu menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktek Pemuliaan Tanaman tentang Persilangan
Tanaman adalah untuk mengetahui cara tehnik budidaya dan cara persilangan
tanaman padi (Oriza sativa L.),
jagung (Zea mays L.), kacang tanah (Arachis hypogeae L.), dan kacang panjang (Vigna sinensis L.)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman
Padi (Oryza sativa L.)
2.1.1 Tehnik budidaya
Padi gogo
adalah jenis padi yang paling cocok pada daerah ladang dan bukit. Padi ini
sangat berbeda dengan saudaranya padi yang ditanam di areal persawahan seperti
padi Sri. Jenis gogo tidak banyak membutuhkan air dan juga pengolahanya cukup
mudah. Cara budidaya padi gogo tidak jauh berbeda dengan teknik menanam padi
jenis lain semisal padi ciherang. Terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah
mengolah tanah. Tanah sawah harus diolah dengan benar. Cara mengolah ladang
untuk padi gogo harus disesuaikan dengan musim. Waktu yang tepat untuk mulai
mengolah ladang adalah akhir musim kemarau sekitar bulan oktober dan november
sehingga ladang diperkirakan akan mendapat pasokan air hujan pada saat tanaman
membutuhkan air. Pengolahan tanah dapat dilakukan dalam tiga tahap, pertama
pembajakan untuk memotong dan membalik tanah. Kedua, penggaruan untuk
menghancurkan bongkah tanah yang besar menjadi lebih kecil dan sisa tanaman dan
gulma yang terbenam dipotong menjadi lebih halus, sehingga mempercepat proses
pembusukan. Ketiga, pemerataan untuk meratakan tanah yang sudah dibajak dan
digaru agar memudahkan nantinya dalam penanaman (Perdana, 2010).
Ladang harus
bersih dari rumput dan sampah plastik agar pertumbuhan padi menjadi maksimal.
Tanah dibajak dan digaru seperti teknik menanam padi biasa. Setelah tanah
selesai diolah maka yang perlu dilakukan adalah pembibitan. Langkah ini sangat
penting karena jika pembibitan gagal maka pohon padi tidak akan tumbuh dengan
sempurna dan bulir padi juga tidak akan terisi dengan sempurna dan hasil per
hektar akan sedikit. Setelah bibit mulai disemai, maka pindahkah bibit tersebut
ke areal ladang. Penaman yang baik dilakukan setelah terdapat satu
sampai dua kali hujan, awal musim penghujan (Oktober sampai Nopember) (Perdana,
2010).
Teknik
bubidaya padi jenis gogo tidak membutuhkan banyak perhatian dan perlakukan.
Cukup anda bersihkan ladang dari rumput serta hama pengganggu lain seperti
tikus dan burung maka hasil yang akan dicapai akan cukup memuaskan. Pengairan
hanya diperlukan saat awal tanam dan saat padi mulai berbunga diarenakan padi
gogo sangat tergantung air hujan maka biasanya padi gogo hanya bisa ditanam
sekali dalam setahun dan diselingi dengan tanaman kering seperti jagung dan
kedelai. Setelah sekitar tiga sampai empat bulan dan bulir padi sudah mulai
menguning maka padi siap untuk dipanen. Gunakan arit yang tajam untuk
mengurangi kerontokan padi saat memanen (Perdana, 2010).
2.1.2 Morfologi
Tanaman padi
(Oryza sativa L.) merupakan salah
satu tanaman pangan terkemuka di dunia dan makanan pokok sebagian besar
penduduk dunia. Tanaman ini termasuk ke dalam keluarga Gramineae (rumput-rumputan), subfamili Oryzidae, dan genus Oryza.
Pada dasarnya tanaman padi terdiri atas dua fase utama, yaitu fase vegetatif
dan fase generatif (reproduksi). Pada fase vegetatif terjadi pertumbuhan akar,
batang, dan daun sedangkan fase generatif terdiri atas pertumbuhan malai,
gabah, dan bunga (Farish, 2014).
Sistem
perakaran padi adalah sistem perakaran serabut yang terdiri atas akar seminal
dan akar adventif. Akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu
berkecambah dan bersifat sementara dan akar adventif sekunder yang bercabang
dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah (Farish, 2014).
Batang
terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku, dan tunas (anakan) Batang
terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku, dan tunas (anakan) satu
buku untuk tumbuhnya koleoptil dan yang satu lagi buku terakhir yang menjadi
dasar malai. Ruas yang terpanjang adalah ruas yang teratas dan panjangnya
berangsur menurun sampai ke ruas yang terbawah dekat permukaan tanah. Anakan
muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan primer tumbuh dari
buku terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan sekunder ini pada
gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Azhar, 2010).
Daun tanaman
padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang seling terdapat satu daun
pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas helaian daun yang menempel pada buku
melalui pelepah daun, pelepah daun yang membungkus ruas di atasnya dan
kadang-kadang pelepah daun dan helaian daun ruas berikutnya, telinga daun (auricle) pada dua sisi pangkal helaian
daun, lidah daun (ligula) yaitu
struktur segitiga tipis tepat di atas telinga daun, dan daun bendera adalah
daun teratas di bawah malai (Azhar, 2010).
Bunga padi
secara keseluruhan disebut malai. Malai
terdiri dari 8 sampai 10 buku
yang menghasilkan cabang–cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang–cabang
sekunder. Dari buku pangkal malai pada umumnya akan muncul hanya satu cabang
primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan dua
sampai tiga cabang primer. Lemma yaitu bagian bunga floret yang berurat lima
dan keras yang sebagian menutupi palea. Ia memiliki suatu ekor. Palea yaitu
bagian floret yang berurat tiga yang keras dan sangat pas dengan lemma. Bunga
terdiri dari enam benang sari dan sebuah putik. Enam benang sari tersusun dari
dua kelompok kepala sari yang tumbuh pada tangkai benang sari (Azhar, 2010).
Butir biji
adalah bakal buah yang matang, dengan lemma, palea, lemma steril, dan ekor
gabah (kalau ada) yang menempel sangat kuat. Butir biji padi tanpa sekam
(kariopsis) disebut beras. Buah padi adalah sebuah kariopsis, yaitu biji
tunggal yang bersatu dengan kulit bakal buah yang matang (kulit ari), yang
membentuk sebuah butir seperti biji. Komponen utama butir biji adalah sekam,
kulit beras, endosperm, dan embrio (Azhar, 2010).
2.1.3 Bagian-bagian bunga beserta fungsinya
Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling
atas dinamakan malai. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang
kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang
malai dapat dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek (kurang dari 20 cm),
malai sedang (antara 20 sampai 30 cm), dan malai panjang (lebih dari 30 cm).
Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15 sampai 20 buah, yang paling
rendah tujuh buah cabang, dan yang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang.
Jumlah cabang ini akan mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi varietas
baru, setiap malai bisa mencapai 100 sampai 120 bunga (Christine, 2013).
Bunga padi adalah bunga telanjang
artinya mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang
diatas. Jumlah benang sari ada enam buah, tangkai sarinya pendek dan tipis,
kepala sari besar serta mempunyai dua kandung serbuk.Putik mempunyai dua
tangkai putik, dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna
pada umumnya putih atau ungu. Bagian-bagian dari bunga padi yaitu kepala sari
sebagai alat kelamin jantan, tangkai sari, palea yaitu bagian floret yang
berurat tiga yang keras dan sangat pas dengan lemma, lemma yaitu bagian bunga
floret yang berurat lima dan keras yang sebagian menutupi palea, kepala putik
sebagai alat kelamin betina, dan tangkai bunga sebagai penopang bunga
(Christine, 2013).
Malai merupakan sekumpulan bunga
padi yang keluar dari buku paling atas, panjang malai tergantung pada varietas,
termasuk bunga majemuk dalam karanga bunga malai (panicula). Tiap panicula
terdiri dari kumpulan bunga yang disebut spica,
setiap spica terdiri dari satu atau lebih bunga disebut flosculus. Sumbu utama tempat melekatnya spicula disebut rachis,
sumbu dari spicula disebut rachilla.
Bunga bisexualis, flosculus mempunyai dua sekat kelopak
yang besar disebut lemma dan ukuran
yang lebih kecil disebut palea. Alat kelamin
terdiri dari benang sari sebanyak enam buah, tangkai sarinya pendek dan tipis. Putik
mempunyai dua buah tangkai dengan epala putik yang berbentuk seperti bulu,
letak ovulum seperum dan carpellum dua buah (Hendra, 2012).
2.2 Tanaman Jagung (Zea mays L.)
2.2.1 Tehnik
budidaya
Jagung
tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur,subur dan
kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6 sampai 7,5. Aerasi dan
ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8%. Daerah dengan tingkat kemiringan
lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Daerah yang
dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang
hingga beriklim subtropik/tropis basah. Pada lahan yang tidak beririgasi,
pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85 sampai 200 mm bulan-1
selama masa pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar
matahari yang penting dalam masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman
jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 270 sampai 320 0C
(Rachman, 2014).
Pengolahan tanah bekas pertanaman
padi dilaksanakan setelah membabad jerami. Jerami dapat digunakan sebagai mulsa
(penutup tanah) setelah jagung ditanam. Kegunaan mulsa yaitu mengurangi
penguapan tanah, menghambat pertumbuhan gulma, menahan pukulan air hujan dan
lama kelamaan mulsa menjadi pupuk hijau. Pengolahan tanah pada lahan kering
cukup sampai dengan kedalaman 10 cm dan semua limbah digunakan sebagai mulsa. Pada
saat pengolahan tanah setiap tiga meter perlu disiapkan saluran air sedalam 20
cm dan lebar 30 cm yang berfungsi untuk memasukkan air pada saat kekurangan air
dan pembuangan air pada saat air berlebih. Tanah dengan pH kurang dari 5,0
harus dikapur satu bulan sebelum tanam (Pramiadhy, 2012).
Sebelum benih ditanam, sebaiknya
dicampur dengan fungisida, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur.
Bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih
dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan
sistemik. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam tiga sampai sampai cm, tiap
lubang diisi satu butir benih. Jarak tanam disesuaikan dengan umur panen. Jagung
berumur lebih dari 100 hari jarak tanam 40x100 cm (dua tanaman/lubang).
jagung.berumur 80 sampai 100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (satu tanaman/lubang).
Sedangkan jagung berumur kurang dari 80 hari, jarak tanam 20x50 cm (satu
tanaman/lubang). Saat menanam yaitu tanah dalam keadaan lembab dan tidak
tergenang, dan apabila tanah kering perlu diairi (Pramiadhy, 2012).
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan
antara lain penyulaman, penjarangan, penyiangan, pembubuan dan pemangkasan
daun. Penyulaman dapat dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar satu minggu. Penjarangan
tanaman dilakukan dua sampai tiga minggu setelah tanam. Tanaman yang sehat dan
tegap terus di pelihara sehingga diperoleh populasi tanaman yang diinginkan.
Penurunan hasil yang disebabkan oleh persaingan gulma sangat beragam sesuai
dengan jenis tanaman, jenis lahan, populasi dan jenis gulma serta faktor
budidaya lainnya. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak
tanam sampai seperempat atau sepertiga dari daur hidup tanaman tersebut. Agar
tidak merugi, lahan jagung harus bebas dari gulma. Penyiangan dilakukan pada
umur 15 hari setelah tanam dan harus dijaga jangan sampai menganggu atau
merusak akar tanaman (Novello, 2014).
2.2.2 Morfologi
Jagung
adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan iklim
dan memiliki masa hidup 70 sampai 210 hari. Jagung dapat tumbuh hingga
ketinggian tiga meter. Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman biji-bijian lain, tanaman jagung
merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah
(Belfield dan Brown, 2008).
Akar jagung tergolong akar serabut
yang dapat mencapai kedalaman delapan meter meskipun sebagian besar berada pada
kisaran dua meter. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif
dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar
adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang
berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat
setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan
berhenti pada fase V3 (Rachman, 2014).
Akar adventif adalah akar yang
semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif
berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7 sampai 10
buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi
serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup
jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar
jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif
yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar
penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang.
Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung
(kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik
dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan (Nuning dkk, 2012).
Batang jagung tegak dan mudah
terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.
Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk
roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin (Nuning dkk, 2012).
Tanaman jagung mempunyai batang yang
tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku
ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas
teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen
jaringan utama, yaitu kulit (epidermis),
jaringan pembuluh (bundles vaskuler),
dan pusat batang (pith). Teknik
Produksi dan Pengembangan lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang
tinggi, dan lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles
berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang
tinggi dibawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotip jagung yang
mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim
berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Rachman,
2014).
Daun jagung adalah daun sempurna.
Bentuknya memanjang, merupakan bangun pita (ligulatus),
ujung daun runcing (acutus), tepi
daun rata (integer), Antara pelepah
dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.
Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung
berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas.
Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Nuning dkk, 2012).
Jagung memiliki bunga jantan dan
bunga betina yang terpisah (diklin)
dalam satu tanaman (monoecious). Tiap
kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence).
Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas, dengan bunga betina yang tersusun
dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun (Nuning
dkk, 2012).
2.3 Tanaman
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
2.3.1 Tehnik
budidaya
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman
kacang tanah antara 800 sampai 1.300 mm tahun-1. Hujan yang terlalu
keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Suhu
udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu sulit, karena suhu udara minimal
bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28 sampai 32 0C. Bila suhunya di
bawah 10 0C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat,
bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang
tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang. Kelembaban
udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65 sampai 75% (Yono, 2014).
Pembersihan lahan untuk memudahkan
perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan
penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti
kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada
sisi-sisi yang sulit dijangkau oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap
untuk ditanami. Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan
sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yang tidak begitu miring dengan
luas bedeng 30 sampai 40 meter. Sedangkan untuk tanah datar, luas bedengan
adalah 10 sampai 20 meter (Yono, 2014).
Lubang tanam dibuat sedalam tiga cm
dengan tugal dengan jarak 40x15 cm atau 30x20 cm. Pilih benih kacang yang telah
memenuhi syarat benih bermutu tinggi. Masukan benih satu atau dua butir ke
dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan
kering adalah pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan
April sampai Juni atau bulan Juli sampai September. Penyulaman dilakukan bila
ada benih yang mati atau tidak tumbuh. Penyiangan dilakukan untuk menghindari
hama dan penyakit tanaman pada umur lima sampai tujuh hari. Untuk menjaga
kelembaban pada musim kemarau diberikan mulsa dan pada saat tanaman berbunga
tidak dilakukan penyiraman, karena dapat menggganggu penyerbukan (Yono, 2014).
2.3.2 Morfologi
Kacang tanah berakar tunggang dengan
akar cabang yang tumbuh tegak lurus. Akar cabang ini mempunyai bulu akar yang
bersifat sementara yang berfungsi sebagai penyerap hara. Bulu akar ini dapat
juga mati dan dapat bersifat permanen. Jika bersifat permanen terus, bulu akar
ini berfungsi sebagai penyerap unsure hara dari dalam tanah. Kadang polongnya
memiliki alat penghisap seperti bulu akar yang berfungsi menyerap unsur hara
pula. Akar samping atau akar serabut tanaman terdapat bintil-bintil atau modul
yang berisi bakteri yang sering disebut dengan Rhizobium sp (Kartika, 2013).
Berbentuk cabang percabangan terdiri
dari dua jenis yaitu dengan cabang vegetatif dan cabang reproduktif. Cabang
vegetatif dicirikan dengan adanya daun sisik yang disebut katofil yang terdapat
pada dua buku pertama pada cabang. Cabang vegetatif sekunder dan tertsier dapat
berkembang dari cabang vegetatif primer. Daun pada batang utama tersusun
spirat, pada cabang vegetatif primer tersusun berseling, berdaun empat dengan
dua pasang daun duduk berhadapan berbentuk membundar telur sungsang (berukuran
3-7 x 2-3 cm), panjang tangkai daun tiga sampai tujuh cm, terdapat bagian yang
menggembung pada dasar tangkai daun pada dasar setiap daun. Hal ini merupakan
ciri adanya pergerakan pada malam hari yaitu tangkai daun akan menggulung ke
bawah dan daun akan menggulung ke atas sampai keduanya bersentuhan (Kartika,
2013).
Bunga kacang tanah terdapat pada
ketiak daun yang berada dekat dengan tanah. Masing-masing pembungaan memiliki dua
sampai lima kuntum bunga. Bunga tersusun atas sebuah hifantium berbentuk tabung
yang panjangnya empat sampai enam cm. Hifantium
adalah gabungan bagian pangkal kelopak, mahkota, dan tabungsari. Warna mahkota
bunga bervariasi dari kuning pucat sampai jingga merah. Tangkai sari berjumlah
sepuluh dengan dua sampai enam bakal biji. Setelah terjadi pembuahan akan
terbentuklah bentukan yang mirip tangkai, yang disebut ginifor. Ginofor ini akan tumbuh menuju ke dalam tanah menjadi buah
matang yang disebut polong. Jika jarak antara ginofor dan tanah lebih dari 15
cm ginofor ini akan gagal mencapai tanah dan ujungnya akan mati. pH tanah yang
optimum bagi pertumbuhan kacang tanah adalah sebesar 5,5 sampai 6,5. sedangkan
suhu rata-rata optimumnya adalah 30 0C dan pertumbuhan akan terhenti
pada suhu 15 0C (Kartika, 2013).
2.4 Tanaman
Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)
2.4.1 Tehnik
budidaya
Kacang panjang tumbuh baik pada
tanah latosol/lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik
dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5 sampai 6,5 dengan suhu antara 20 sampai 30
0C, iklimnya kering, curah hujan antara 600 sampai 1.500 mm tahun-1
dan ketinggian optimum kurang dari 800 meter dpl (Sudirman, 2012).
Pengolahan tanah dilakukan dengan
dengan cara bersihkan lahan dari rumput-rumput liar kemudian mencangkul atau
membajaknya sedalam 30 cm. Biarkan tanah yang sudah digemburkan tersebut
terbuka selama empat hari untuk memberi kesempatan tanah bernapas. Selanjutnya,
buatlah bedengan berukuran lebar 60 sampai 80 cm, jarak antara bedengan 30 cm, dan
tinggi 30 cm (Junaidi,
2014).
Penanaman kacang panjang biasanya
dilakukan pada akhir musim hujan, dengan tujuan agar tanaman mendapatkan air
dengan mudah, serta tidak busuk disebabkan oleh curah hujan yang tinggi.
Penanaman dapat juga dilakukan pada musim kemarau asalkan air untuk pengairan
bisa diperoleh dengan mudah (Junaidi, 2014).
Begitu tanah siap ditanami, buatlah
lubang tanam menggunakan tugal (dengan jarak tanam 30x60 cm). Isi lubang-lubang
tersebut dengan dua sampai tiga biji benih dan tutup lubang dengan tanah
tipis-tipis agar benih bisa tumbuh ke atas tanah dengan mudah (Junaidi, 2014).
Sambil menunggu tumbuhnya benih,
siapkan lanjaran atau tongkat dari bambu atau kayu dengan panjang sekitar dua
meter. Lanjaran ini dibutuhkan karena kacang panjang adalah tanaman yang tumbuh
merambat dan membelit. Setelah empat sampai lima hari sejak ditanam, bibit
kacang panjang akan menjulur tumbuh ke atas tanah. Benih kacang panjang akan
tumbuh tiga sampai lima hari setelah tanam. Benih yang tidak tumbuh segera
disulam. Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur dua sampai tiga minggu
setelah tanam, tergantung pertumbuhan rumput di lahan. Kacang panjang yang
terlalu rimbun perlu diadakan pemangkasan daun maupun ujung batang. Pada fase
awal pertumbuhan benih hingga tanaman muda, penyiraman dilakukan rutin tiap
hari dan pengairan berikutnya tergantung musim (Junaidi, 2014).
2.4.2 Morfologi
Tanaman kacang panjang merupakan
tanaman semak, menjalar, semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 meter. Batang
tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin.
Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang enam sampai delapan cm, lebar 3
sampai 4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip,
tangkai silindris, panjang kurang lebih empat cm, dan berwarna hijau. Bunga
tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang
kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk
kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang
lebih dua cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna
kuning, panjang kurang lebih satu cm, dan berwarna ungu. Buah tanaman ini
berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15 sampai 25 cm. Bijinya lonjong,
pipih, berwarna coklat muda. Akarnya tunggang berwarna coklat muda (Vega,
2010).
Tanaman akar panjang berakar
tunggang dan berakar serabut. Akar tunggangnya tumbuh lurus ke dalam hingga
mencapai kedalaman 30 cm, sedangakan akar serabutnya tumbuh menyebar kea rah
samping (horizontal) dan tidak dalam.
Panjang akar serabut mencapai 26 cm. Batang tanaman kacang panjang memiliki ciri-ciri
liat, tidak berambut, berbentuk bulat, panjang, bersifat keras, dan berkuran
kecil dengan diameter sekitar 0,6 sampai 1 cm. Bunga tanaman kacang panjang
tergolong bunga sempurna, yakni dalam sau bunga terdapat alat kelamin betina
(putik) dan alat kelamin jantan (benang sari). Bunga memiliki tipe zygomorphus (bilateral simetri) dan memiliki bentuk menyerupai kupu-kupu (papilona cues). Bunga terdiri atas
tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga (daun mahkota), benang sari, dan
kepala putik. Bunga tanaman kacang panjang memiliki dua tangkai, yakni tangkai utama dan tangkai bunga.
Tangkai utama berbentuk panjang dan tidak bercabang, serta panjang antara 9 sampai
13 cm dengan diameter dua mm, sedangakan tangkai bunga sangat pendek, dan
panjangnya sekitar tiga mm. (Vega, 2010).
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek mata kuliah Pemuliaan Tanaman tentang Persilangan
Tanaman dilaksanakan di Lahan Praktek, Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulaku, Palu, setiap hari Kamis pukul 15.30 WITA sampai dengan selesai,
dimulai pada tanggal 26 Maret sampai dengan 11 Juni 2015.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktek Pemuliaan Tanaman tentang Persialangan Tanaman
yaitu gunting, pinset, kuas, cawan petri, kantong plastik, cangkul, penggaruk
tanah, jarum pentul dan tali raffia. Bahan yang digunakan yaitu benih padi kultivar
sampara, benih padi kultivar ranta, tanah, pupuk kandang dan air.
3.3 Cara Kerja
Cara
kerja yang dilakukan pada praktek Pemuliaan Tanaman tentang Persilangan Tanaman
dimulai dengan proses pengolahan lahan tanam. Pertama-tama lahan berukuran 3x2 meter
digemburkan menggunakan cangkul. Selanjutnya pupuk kandang dengan takaran seperempat
dari ukuran lahan dicampurkan dengan cangkul lalu tanah diratakan dengan
menggunakan penggaruk tanah.
Setelah
pengolahan lahan tanam selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya yaitu penanaman
bibit padi gogo (Oryza sativa L.). Pertama-tama
padi gogo kultivar sampara dan padi gogo kultivar ranta disediakan masing-masing
10 bibit. Padi gogo kultivar sampara ditanam
pada bagian kiri lahan dan kultivar ranta pada lahan bagian kanan, dengan
jarak antar tanaman yaitu 20x25 cm dengan kedalaman tiga cm. Setelah penanaman
bibit dilakukan, kemudian dilakukan penyiraman teratur.
Pada
proses pemandulan kelamin jantan (kastrasi),
yang dilakukan yaitu bulir padi pada malai disiapkan, kemudian bagian palea dan
lemma pada padi perlahan-lahan dibuka dengan menggunakan jarum pentul lalu kelamin
jantan yang berwarna kuning keemasan sejumlah lima sampai delapan buah diambil
menggunakan jarum pentul dengan hati-hati lalu palea dan lemma kembali ditutup.
Selain cara pemandulan tersebut, cara lain untuk memandulkan kelamin jantan
pada padi yaitu, pertama-tama bagian atas dari bulir padi dipotong menggunakan
gunting kemudian alat kelamin jantan pada bulir diambil menggunakan jarum
pentul melalui lubang hasil pemotongan tersebut.
Pada
proses persilangan yang dilakukan pada jam tujuh pagi keesokan harinya,
cara-cara yang perlu dilakukan yaitu pertama alat kelamin jantan pada varietas
padi lain diambil dengan langkah yang sama seperti pada kastrasi lalu alat
kelamin jantan tersebut diletakkan pada cawan petri. Selanjutnya, alat kelamin
jantan tersebut dimasukkan pada bulir padi yang sudah dimandulkan (steril)
dengan menggunakan jarum pentul. Selain cara tersebut, dapat dilakukan
persilangan dengan mengoles alat kelamin jantan dengan menggunakan kuas pada
bulir padi steril. Malai yang telah disilangkan kemudian dibungkus menggunakan
plastik lalu di tandai menggunakan tali raffia.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktek Pemuliaan Tanaman tentang Persilangan
Tanaman yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 1. Tanaman
padi (Oryza sativa L.) sebelum dikastrasi
Gambar 2. Tanaman
padi (Oryza sativa L.) setelah dikastrasi
Gambar 3. Tanaman
padi (Oryza sativa L.) yang berhasil
disilangkan
Gambar 4. Tanaman
padi (Oryza sativa L.) yang tidak
berhasil disilangkan
Gambar 5. Tanaman jagung
(Zea mays L.) yang berhasil
disilangkan
Gambar 6. Tanaman jagung
(Zea mays L.) yang tidak berhasil
disilangkan
Gambar 7. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) yang berhasil
disilangkan
Gambar 8. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) yang tidak berhasil
disilangkan
Gambar 9. Tanaman
kacang panjang (Vigna sinensis L.)
yang berhasil disilangkan
Gambar 10. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) yang tidak berhasil
disilangkan
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktek Pemuliaan Tanaman tentang
Persilangan Tanaman, tanaman padi sebelum dikastrasi (Gambar 1) tampak bunga
padi masih dalam keadaan utuh dan telah siap dikastrasi. Bunga masih utuh yang
berarti kelamin jantan dan kelamin betina masih belum diberi perlakuan. Letak
alat kelamin janta dan kelamin betina terletak pada satu tempat sehingga
tanaman padi termasuk tanaman menyerbuk sendiri. Sehingga untuk menyilangkan
antara dua tanaman padi yang berbeda, perlu dilakukannya pemandulan pada
kelamin jantan (kastrasi). Tanaman padi setelah dikastrasi (Gambar 2), terlihat
bentuk bunganya terbuka dikarenakan perlakuan pada saat kastrasi. Cara kastrasi
pada tanaman padi dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama yaitu dengan
mengambil serbuk sari dengan membuka bulir tersebut melalui celah antara palea
dan lemma. Cara ini tergolong sulit karena dibutuhkan ketelitian pada saat
pengambilan serbuk sari pada bulir tersebut. Celah yang sempit dapat membuat
proses pemandulan terganggu sehingga dapat merusak kepala putik didalamnya.
Cara kedua yaitu dengan memotong sedikit bagian atas dari bulir, cara ini lebih
mudah dibandingkan cara pertama karena pengambilan serbuk sari dilakukan dari
atas.
Menurut Arto (2012), kastrasi dilakukan sehari sebelum
penyerbukan agar putik menjadi masak sempurna saat penyerbukan sehingga
keberhasilan penyilangan lebih tinggi. Sepertiga bagian bunga dipotong miring
menggunakan gunting kemudian benang sari diambil dengan alat penyedot vacuum pump. Bunga yang telah bersih
dari benang sari ditutup dengan glacine
bag agar tidak terserbuki oleh tepung sari yang tidak dikehendaki.
Sedangkan menurut Emir (2012), forcing method merupakan metode kastrasi dengan cara membuka
secara paksa bunga (padi) melalui penekanan pada lemma dan palea, yang kemudian
dengan menggunakan jarum, garis temu antara lemma dan palea dibuka. Setelah
lemma dan palea terbuka, kepala sariyang jumlahnya enam buah diambil dengan
menggunakan pinset. Setelah itu bunga padi tersebut ditutup.
Tanaman padi yang berhasil disilangkan (Gambar 3), tampak
bulir-bulir padi berisi. Suatu persilangan dikatakan berhasil apabila serbuk
sari yang diletakkan diatas kepala putik berhasil membuahi kepala putik.
Sedangkan pada tanaman padi yang tidak berhasil disilangkan (Gambar 4), tampak
bulir-bulir padi terlihat kosong. Hal ini dikarenakan serbuk sari yang
diletakkan tidak membuahi kepala putik ataupun dapat dikarenakan kepala
putiknya rusak akibat terganggu pada proses kastrasi atau persilangan.
Buah padi terjadi setelah selesai penyerbukkan dan
pembuahan. Pembuahan merupakan kelanjutan dari penyerbukan. Serbuk sari yang
menempel pada kepala putik dengan bantuan cairan yang ada pada kepala putik,
akan berkecambah atau memanjang hingga bertemu dengan indung telur. Setelah
pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah
diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endospermia.
Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir padi mengadung pati di bagian
endospermia. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyerbukan yaitu masaknya
kelamin jantan dan betina (Arto, 2012).
Padi yang berhasil disilangkan (gambar 3) dengan persentase
keberhasilan lebih kurang 70% bercirikan bulirnya berisi dan terdapat perbedaan
isinya antara sebelum disilangkan dan setelah disilangkan. Sekitar 30% padi
yang disilangkan mengalami kegagalan. Hal ini dikarenakan serbuk sari yang
dimasukkan kedalam bulir steril tidak mengalami penyerbukan. Penyebab tidak
terjadi penyerbukan yang mengakibatkan kegagal persilangan yaitu pada saat
kastraksi dan persilangan. Ketika kastraksi dilakukan, penyerbu melakukan
kesalahan seperti merusak kepala putik. Kemungkinan putik rusak ketika
melakukan kastrasi yaitu pada teknik pembukaan paksa palea dan lemma
dibandingkan pada teknik pemotongan bagian atas bulir. Sedangkan masalah yang
terjadi pada penyerbukan yaitu ketika memasukkan serbuk sari kedalam bulir
steril. Ketika serbuk sari dimasukkan ke kepala putik kemungkinan menyentuh dan
mengganggu putik yang mungkin terjadi pada teknik pembukaan palea dan lemma,
penyebab lain yaitu pada teknik pengolesan dengan kuas karena tidak semua
serbuk sari masuk ke bulir atau serbuk sari masuk dan tidak terletak pada
tempat yang sesuai.
Penyebab gagalnya persilangan pada tanaman yaitu, pertama
gametic mortality (kematian gamet)
yaitu ketika bunga jantan sampai pada alat kelamin betina namun segera terhenti
gerakannya karena keadaan yang tidak sesuai pada alat kelamin tersebut,
sehingga sperma tidak akan mencapai sel telur. Kedua, clipping method merupakan metode yang dilakukan dengan cara
memotong sebagian dari palea dan lemma sehingga kepala sari kelihatan terdapat
kendala yaitu biji yang tidak tertutup penuh oleh lemma dan palea yang dipotong
meskipun viable, tetapi bentuknya tidak normal dan sering mempunyai dormansi
yang tinggi dari pada biji normal. Ketiga, forcing
method merupakan metode kastrasi dengan cara membuka secara paksa bunga
(padi) melalui penekanan pada lemma dan palea masalah pada metode ini adalah
pembukaan dengan paksa lemma dan palea yang berisiko terhadap kerusakan stigma
atau putik. Keempat, dalam melakukan hibridisasi serbuk sari yang tersedia
tidak cukup banyak sehingga ada beberapa bunga yang tidak terserbuki (Arto,
2012).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktek Pemuliaan
Tanaman tentang Persilangan Tanaman, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Terdapat 2
macam teknik dalam melakukan kastraksi yaitu membuka paksa bunga melalui palea
dan lemma (forcing method) dan
memotong bagian atas bunga (clipping
method).
2.
Terdapat 2
macam teknik dalam melakakukan persilangan yaitu dengan memasukkan satu persatu
serbuk sari kedalam bunga menggunakan jarum dan mengoles serbuk sari dengan
kuas.
3.
Penyebab
kegagalan persilangan karena faktor dalam yaitu faktor pada serbuk sari yang
tidak mampu membuahi putik dan faktor luar yaitu terganggunya putik oleh
peserta ketika melakukan kastrasi ataupun ketika memasukkan serbuk sari dengan
jarum.
5.2
Saran
Disarankan
untuk praktek selanjutnya agar dapat dilakukan dalam green house untuk mengetahui penyebab faktor alam terhadap
persilangan tanaman, dan dapat menggunakan alat pembantu pada proses kastrasi
seperti penyedot vacuum pump untuk memnyedot serbuk sari yang tersisa pada
bunga padi.
DAFTAR
PUSTAKA
Arto,
Sugi., 2012. Teknik Hibridisasi Tanaman
Padi. http://kolonglangitan.
blogspot.com/2012/03/teknik-hibridisasi-tanaman-padi.html. Diakses pada tanggal
2 Juni 2015.
Azhar,
Chairil., 2010. Kajian Morfologi Dan
Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Cibogo
Hasil Radiasi Sinar Gamma Pada Generasi M3. Chapter II. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
19946/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Belfield,
Stephanie & Brown, Christine., 2008. Field
Crop Manual. Maize (A Guide to Upland Production in Cambodia). Canberra
Christine,
Grace., 2013. Struktur Perkembangan
Tumbuhan II Perkembangan Padi.
http://joogee2-chocohazenut.blogspot.com/2013/05/struktur-perkembangan-tumbuhan-ii_8.html.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Emir,
Nazri., 2012. Laporan Praktikum
Bioteknologi. http://blog.ub.ac.id/ munamir/. Diakses pada tanggal 2 Juni
2015.
Farish,
2014. Botani dan Morfologi Padi Gogo.
http://apthsmk.mywapblog.com/ halo-semua.xhtml. Diakses pada tanggal 2 Juni
2015.
Hendra,
Ferry., 2012. Deskripsi Padi (Oryza
sativa). http://ferrydwirestuhendra.
blogspot.com/2012/08/deskripsi-padi-atau-oryza-sativa. Diakses pada tanggal 2
Juni 2015.
Hutajulu,
Noventina., 2013. Laporan Praktikum
Pemuliaan Tanaman.
http://putripematangsiantar.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-pemuliaan-tanaman_23.html.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Junaidi,
Refli., 2014. Budidaya Kacang Panjang dan
Buncis. http://tokoilmulo.blogspot.com/2014/09/budidaya-kacang-panjang-dan-buncis.html.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Novello,
Deristan., 2014. Laporan Lengkap
Pemuliaan Tanaman.
http://kunderistan.blogspot.com/2014/07/laporan-lengkap-pemuliaan-tanaman.html.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Nuning
Argo, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti., 2012. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Maros.
Perdana,
Surya., 2010. Budidaya Padi Gogo.
https://adhisuryaperdana.wordpress. com/pertanian-ugm/budidaya-tanaman/.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Pramiadhy,
2012. Budidaya Tanaman Jagung.
http://a289431visidanmisi. blogspot.com/2012/02/budidaya-tanaman-jagung.html.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Rachman,
Abdul., 2014. Teknik Budidaya Tanaman
Jagung. https://www.
academia.edu/12144397/LAPORAN_PRAKTIKUM_TEKNIK_BUDIDAYA_TANAMAN_JAGUNG. Diakses
pada tanggal 2 Juni 2015.
Sudirman,
2012. Budidaya Kacang Panjang.
http://al-zzam.blogspot.com/ 2012/04/budidaya-kacang-panjang.html. Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Vega,
2010. Matri Lapang Kacang Panjang.
https://veganojustice.wordpress. com/materi-lapang-kacang-panjang/. Diakses
pada tanggal 2 Juni 2015.
Yono,
2014. Cara Budidaya Kacang Tanah yang
Baik dan Benar. https://bataviareload.wordpress.com/pertanian/cara-budidaya-kacang-tanah-yang-baik-dan-benar/.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Tag :
Laporan,
Laporan Praktikum : Ilmu dan Teknologi Benih
By : Zero Kun
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI
BENIH
MUHAMMAD FAWZUL ALIF NUGROHO
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2015
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perkecambahan merupakan proses metobolisme biji hingga
dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (Plumula dan Radikula).
Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat dilihat atribut
perkecambahannya, yaitu plumula dan radikula dan keduanya tumbuh normal dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan ISTA. Setiap biji yang
dikecambahkan ataupun yang diujikan tidak selalu prosentase pertumbuhan
kecambahnya sama, hal ini dipengaruhi
bebagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan perkecambahan
(Pramana, 2012).
Pengujian benih dalam kondisi lapang biasanya kurang
memuaskan karena hasilnya tidak dapat diulang dengan konsisten. Karena itu,
pengujian dilaboratorium dilaksanakan dengan mengendalikan faktor lingkungan
agar mencapai perkecambahan yang teratur, cepat, lengkap bagi kebanyakan contoh
benih. Terdapat bermacam-macam metode uji perkecambahan benih, setiap metode memiliki
kekhususan tersendiri sehubungan dengan jenis benih diuji, jenis alat
perkecambahan yang digunakan, dan jenis parameter viabilitas benih dinilai
(Wahyuni, 2013).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum analisis vegetasi yaitu untuk mengetahui berbagai bentuk
struktur benih, tipe perkecambahan, mengidentifikasi kecambah/bibit normal dan
abnormal, membandingkan pengujian kadar air pada berbagai benih baik ortodoks
maupun rekalsitran, dan mengetahui berbagai metode pengujian benih.
Kegunaan
dari praktikum ini agar mahasiswa dapat berbagai bentuk struktur benih, tipe
perkecambahan, mengidentifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal,
membandingkan pengujian kadar air pada berbagai benih baik ortodoks maupun
rekalsitran, dan mengetahui berbagai metode pengujian benih.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Benih
Benih adalah biji tanaman
yang digunakan untuk tujuan pertanaman. Pada konteks agronomi, benih dituntut
untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang
berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju (Wahyuni, 2013).
2.2 Struktur Benih
Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Pada saat pembuahan,
tabung sari sari memasuki kantung embrio melalui mikropil dan menempatkan dua
buah inti gamet jantan padanya. Satu diantaranya bersatu dengan inti sel telur
dan yang lain bersatu dengan dua inti polar atau hasilnya penyatuan, yaitu inti
sekunder. Penyatuan gamet jantan dengan sel telur menghasilkan zigot yang
tumbuh menjadi embrio. Penyatuan gamet jantan yang lain dengan kedua inti polar
menghasilkan inti sel endosperm pertama yang akan membelah-belah menghasilkan
jaringan endosperm. Proses yang melibatkan kedua macam pembuahan (penyatuan)
tersebut dinamakan pembuahan ganda.
Benih masak secara umum strukturnya tersusun atas embrio, jaringan
penyimpan cadangan makanan dan pelindung biji/benih. Embrio adalah suatu
tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan dan betina pada
suatu proses pembuahan. Struktur embrio tersusun atas epikotil (calon pucuk),
hipokotil (calon batang), kotiledon (calon daun), dan radikula (calon akar).
Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein
dan mineral. Komposisi
dan presentasenya berbeda-beda tergantung pada jenis biji,
misal biji bunga matahari kaya akan lemak, biji kacang-kacangan kaya akan protein,
biji padi mengandung
banyak karbohidrat. Pada biji
ada beberapa struktur yang dapat
berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan, yaitu kotiledon,
endosperm, perisperm, dan gametophtic betina yang haploid.
Kulit biji merupakan
lapisan terluar dari
biji.Pelindung biji dapat
terdiri dari kulit biji,
sisa-sisa nucleus dan
endosperm dan kadang-kadang
bagian buah. Tetapi umumnya
kulit biji (testa)
berasal dari integument
ovule yang mengalami modifikasi
selama proses pembentukan biji berlangsung. Biasanya kulit luar
biji keras dan
kuat berwarna kecokelatan
sedangkan bagian dalamnya tipis dan
berselaput. Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji dari kekeringan,
kerusakan mekanis atau serangan cendawan, bakteri dan insekta (Kartasapoetra,
2003).
2.3 Tipe
Perkecambahan
Perkecambahan
merupakan pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis didalam biji
yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Berdasarkan letak kotiledon pada
saat perkecambahan dikenal dua tipe perkecambahan yaitu hypogeal dan epigeal
(Kamil, 1982).
Tipe perkecambahan
epigeal ialah ketika perkecambahan tersebut terjadi, plumula terangkat kebagian
permukaan tanah sehingga kotiledon pun ikut terangkat kepermukaan tanah.
Sedangkan tipe perkecambahan hipogeal ialah tipe perkecambahan dimana
terjadinya pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang menyebabkan plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul diatas tanah kotiledon tetap berada di dalam
tanah (Zahra, 2012).
2.4 Kecambah Normal dan Abnormal
Kecambah normal
merupakan kecambah yang menunjukan potensi untuk berkembang lebih lanjut hingga
menjadi tanaman normal. Sedangkan kecambah tidak normal atau abnormal tidak
menunjukan adanya potensi untuk berkembang lebih lanjut (Stefan, 2013).
Kriteria untuk
kecambah normal diantaranya adalah : Kecambah dengan pertumbuhan sempurna,
ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai,
daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik,
Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun
primer, dan koleoptil dan Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya
masih sempurna (Sutopo, 1993).
Kecambah abnormal
adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi
kecambah normal. Dibawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya
hilang atau rusak berat. Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan
pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak
proporsional. Dan Kecambah lambat kecambah yang pada akhir pengujian belum
mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih
normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil (Sutopo, 1993).
2.5 Pengujian Kadar Air Benih
Kadar air merupakan
faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran benih meningkat
sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Kadar air benih akan berpengaruh
terhadap proses aktivasi enzim. Kadar air
yang rendah dapat meminimalisir proses aktibvasi enzim ( perombakan cadangan makanan).
Bagi benih ortodok kadar air terlalu rendah menyebabkan cracking ( retak)
sedangkan bagi benih rekalsitran kadar air terlalu rendah menyebabkan gangguan
fisiologis.Kadar air optimum setiap jenis benih berbeda-beda (Sutopo, 1993).
Kadar air optimum
dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%–8%. Kadar air yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas pernafasan yang dapat
berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu
merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi
perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan
pada embrio (Pramana, 2012).
2.6 Viabilitas dan Vigor Benih
Viabilitas benih
adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan
atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur
parameter viabilitas potensial benih. Viabilitas ini makin meningkat dengan
bertambah tuanya benih dan mencapai perkecambahan maksimum jauh sebelum masak
fisiologis atau sebelum tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih
telah mencapai viabilitas maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu
akan menurun sesuai dengan keadaan lingkungan.
Secara umum vigor
diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan
yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi.
Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedang
vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang
sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari
plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna
kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test (Sutopo, 1993).
Rendahnya vigor pada
benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis,
fisiologis,morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. Bahwa keadaan
lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh
benih adalah sangat nyata dan perbedaan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat
nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan (Kamil, 1982).
2.7 Metode Pengujian Benih
Pengujian benih
ditunjukan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih. Informasi tersebut
tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih.
Mereka dapat memperoleh keterangan yang dapat dipercaya, tentang mutu atau
kualitas dari suatu benih. Dalam proses pengujian benih yang diujikan antara
lain viabilitas, benih atau daya hidup benih, struktur pertumbuhan, uji
kesehatan benih. Dalam pengujian benih langkah-langkah yang harus dolakukan
antara lain pengambilan contoh benih, pengujian kemurnian benih, pengujian kadar
air, uji daya kecambah, uji kesehatan (Pramana, 2012).
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum
matakuliah Ilmu dan Teknologi Benih dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Praktikum ini dilaksanakan
pada 17 April – 8 Mei 2015 pukul 13.30 WITA sampai dengan selesai.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
praktikum matakuliah Ilmu dan Teknologi Benih adalah pemotong (cutter), kaca pembesar (lup), cawan
petri, kapas, gelas air mineral, pinset, bak perkecambahan, alat press kertas
IPB 75-1, kertas merang, penyemprot (sprayer),
oven, timbangan analitik, label, pelastik, alat pengecambah benih IPB 72-1 dan
IPB 73-2B,.
Bahan yang digunakan dalam
praktikum matakuliah Ilmu dan Teknologi Benih adalah benih padi, benih cabai,
benih jagung, benih, kacang tanah, benih kedelai, biji kakao, air (aquades), pasir,
NaCl 1%.
3.3 Cara
Kerja
3.3.1 Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan
Metode struktur benih ialah pertama, biji kedelai, kacang tanah, jagung dan padi disiapkan, lalu setiap biji diletakkan
pada cawan petri kemudian diamati menggunakan lup untuk mengamati struktur
luarnya. Biji kemudiann diiris melintang maupun membujur kemudian diamati
dengan lup.
Metode
tiper perkecambahan ialah pertama kapas dibasahi menggunakan air lalu kemudian
diletakkan didasar gelas air mineral. 2 biji jagung maupun kacang tanah
kemudian diletakkan dipermukaan kapas tersebut, lalu diamati selama 5 hari
kemudian didokumentasi dan dicatat.
3.3.2 Identifikasi
Kecambah/Bibit Normal dan Abnormal
Pertama, kertas merang dijenuhkan dengan air lalu dipres menggunakan alat pres.
Selanjutnya kertas merang diletakkan pada cawan petri. Setelah itu, benih
disiapkan masing-masing sebanyak 25 biji, untuk benih cabai dan padi diletakkan
pada cawan petri tersebut. Untuk benih kacang tanah, kacang kedelai dan jagung,
diletakkan pada kertas merang yang telah dilapisi pelastik. Kertas merang
kemudian digulung. Pertumbuhan bibit kemudian diamati selama 7 hari.
3.3.3 Pengujian
Kadar Air Benih
Pertama, contoh benih dipotong-potong dengan menggunakan cutter lalu diletakkan pada
cawan petri kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca analitik (W1). Setelah
itu contoh benih bersama cawan petri kemudian dipanaskan 80oC dengan
oven lalu ditimbang dengan menggunakan neraca analitik (W2). Kadar air benih
kemudian dihitung dengan menggunakan rumus.
3.3.4 Metode
Pengujian Benih
UDK (Uji Diatas Kertas) yaitu pertama, kertas merang dijenuhkan dengan air lalu dipres menggunakan alat pres.
Selanjutnya kertas merang diletakkan pada cawan petri. Setelah itu, benih
disiapkan masing-masing sebanyak 25 biji, untuk benih cabai dan padi diletakkan
pada cawan petri tersebut. Kemudian perkecambahan diamati selama 7 hari.
UKDP (Uji Kertas Digulung
dalam Plastik) yaitu pertama substrat kertas merang berukuran 20 x 30 cm dan plastik
dengan ukuran yang sama disiapkan, setelah itu 3 lembar kertas merang di
jenuhkan dengan air lalu dipres dengan alat pres kemudian diletakkan diatas
plastik. 25 benih kemudian diletakkan pada permukaan kertas merang dengan
menggunakan pinset lalu kemudian kertas dan plastik digulung setelah itu
diletakkan dalam alat pengecambah benih. Kemudian perkecambahan diamati selama
7 hari.
Metode uji daya kecambah
secara langsung dengan substrat pasir yaitu pertama bak pengecambah dan pasir
disiapkan. Untuk pengujian viabilitas, bak pengecambah diisi pasir 2 cm dari
permukaan setelah itu pasir kemudian dibasahi secukupnya. Benih disiapkan
sebanyak 25 kemudian ditanam sedalam 2 cm pada permukaan pasir. Untuk
pengujuian vigor, bak pengecambah diisi pasir 3/4 bak lalu 25 benih diletakkan
kemudian kertas merang diletakkan menutupi benih, setelah itu pasir kemudian
ditambah hingga 2 cm dari permukaan bak. Kemudian perkecambahan diamati selama
7 hari.
3.3.5 Uji Vigor Benih dengan NaCl
Pertama,
substrat kertas merang berukuran 20 x 30 cm dan plastik dengan ukuran yang sama
disiapkan, setelah itu 3 lembar kertas merang dijenuhkan dengan air yang telah
dicampurkan dengan NaCl 1% kemudian dipres menggunakan alat pres kemudian
diletakkan diatas plastik. 25 benih kemudian diletakkan pada permukaan kertas
merang dengan menggunakan pinset lalu kemudian kertas dan plastik digulung
setelah itu diletakkan dalam alat pengecambah benih. Kemudian perkecambahan
diamati selama 7 hari.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Struktur
Benih dan Tipe Perkecambahan
Berdasarkan
praktikum Ilmu dan Teknologi Benih yang telah dilakukan mengenai struktur dan
tipe kerkecambahan, diperoleh hasil sebagai berikut :
|
|
|
1.
Kulit
2.
Epikotil
3.
Hipokotil
4.
Radikula
5.
Kotiledon
6.
Endosperm
|
Benih Utuh
|
Dipotong Melintang
|
Dipotong Membujur
|
|
Gambar 1. Struktur benih kacang tanah
|
|
|
1.
Kulit
2.
Epikotil
3.
Hipokotil
4.
Radikula
5.
Kotiledon
6.
Endosperm
|
Benih Utuh
|
Dipotong Melintang
|
Dipotong Membujur
|
|
Gambar 2. Struktur benih kacang kedelai
|
|
|
1.
Kulit
2.
Epikotil
3.
Hipokotil
4.
Radikula
5.
Kotiledon
6.
Endosperm
|
Benih Utuh
|
Dipotong Melintang
|
Dipotong Membujur
|
|
Gambar 3. Struktur benih jagung
|
|
|
1.
Kulit
2.
Epikotil
3.
Hipokotil
4.
Radikula
5.
Kotiledon
6.
Endosperm
|
Benih Utuh
|
Dipotong Melintang
|
Dipotong Membujur
|
|
Gambar 4. Struktur benih padi
Gambar 5. Tipe perkecambahan benih dikotil
(kacang tanah)
Gambar 6. Tipe perkecambahan benih monokotil
(jagung)
4.1.2 Identifikasi Kecambah/Bibit Normal dan Abnormal
Berdasarkan praktikum Ilmu dan Teknologi Benih yang telah dilakukan
mengenai identifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal, diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan kecambah/bibit normal dan abnormal
Jenis Benih
|
Kecambah Normal
|
Kecambah Abnormal
|
||
Akar
|
Plumula
|
Akar
|
Plumula
|
|
Padi
|
Akar primer yang panjang dan kuat
|
Pertumbuhan daun pertama, namun beberapa hanya sedikit membuka
|
Akar primer lemah/sedikit
|
Tidak ada
|
Cabai
|
Akar primer yang panjang dan kuat
|
Pertumbuhan daun pertama yang sedikit membuka
|
Akar primer lemah/sedikit
|
Tidak ada
|
Kacang Kedelai
|
Akar primer yang panjang dan kuat
|
Pertumbuhan daun pertama, namun beberapa hanya sedikit membuka
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Kacang Tanah
|
Akar primer yang panjang dan kuat
|
Tidak ada
|
Akar primer lemah/sedikit
|
Tidak ada
|
Jagung
|
Akar primer dan sekunder yang panjang dan kuat
|
Pertumbuhan daun pertama, namun beberapa hanya sedikit membuka
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Gambar 7. Perkecambahan normal dan
abnormal
4.1.3 Pengujian Kadar Air Benih
Berdasarkan
praktikum Ilmu dan Teknologi Benih yang telah dilakukan mengenai pengujian
kadar air benih, diperoleh hasil sebagai berikut :
Diketahui : W1 Kacang tanah : 10,0004g W2
Kacang tanah : 9,3376g
W1 Kacang kedelai : 10,0504g W2
Kacang kedelai : 9,1740g
W1 Bawang merah : 10,3469g W2
Bawang merah : 1,3586g
W1 Kakao : 10,2031g W2
Kakao : 6,0805g
Gambar 8. Pengujian kadar air benih kacang tanah, kacang kedelai, bawang
merah, dan kakao
4.1.4 Metode Pengujian Benih
Berdasarkan praktikum Ilmu dan Teknologi Benih yang telah dilakukan
mengenai metode pengujian benih, diperoleh hasil sebagai berikut :
1.
UDK (Uji Diatas Kertas)
Tabel 2. Pengamatan waktu berkecambah dan kecambah normal dan abnormal pada
cawan petri
Hari ke-
|
Benih padi
|
Benih cabai
|
||
Berkecambah
|
Kn
|
Berkecambah
|
Kn
|
|
1
|
2
|
0
|
3
|
0
|
2
|
9
|
0
|
7
|
0
|
3
|
3
|
9
|
6
|
5
|
4
|
3
|
3
|
2
|
5
|
5
|
1
|
4
|
3
|
3
|
6
|
1
|
2
|
4
|
1
|
7
|
0
|
0
|
0
|
2
|
2.
UKDP (Uji Kertas Digulung dalam
Pelastik)
Tabel 3. Pengamatan waktu berkecambah dan kecambah normal dan abnormal pada
gulungan kertas
Hari ke-
|
Benih kacang tanah
|
Benih kacang kedelai
|
Benih jagung
|
|||
Berkecambah
|
Kn
|
Berkecambah
|
Kn
|
Berkecambah
|
Kn
|
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
2
|
4
|
0
|
4
|
0
|
5
|
0
|
3
|
5
|
4
|
6
|
5
|
6
|
5
|
4
|
3
|
6
|
5
|
6
|
7
|
7
|
5
|
6
|
3
|
3
|
3
|
3
|
6
|
6
|
2
|
4
|
1
|
3
|
2
|
5
|
7
|
1
|
2
|
0
|
2
|
0
|
2
|
3.
UKDP (Uji Kertas Digulung dalam
Pelastik)
Tabel 4. Pengamatan waktu berkecambah pada bak perkecambahan
Hari ke
|
Uji viabilitas benih
jagung
|
Uji vigor benih jagung
|
1
|
5
|
3
|
2
|
18
|
9
|
3
|
2
|
4
|
4
|
0
|
1
|
5
|
0
|
2
|
6
|
0
|
0
|
7
|
0
|
1
|
b.
Pengujian Indeks Vigor Hipotetik (IVH)
Diketahui : N = 3,5 helai R = 0,028 g
A = 16,53 cm2 G =
0,2 mm
H = 46,9 cm T = 2 minggu
Gambar 9. Metode UDK (Uji Diatas Kertas), UKDP (Uji Kertas Digulung dalam
Plastik), dan metode uji daya kecambah secara langsung dengan substrat pasir
4.1.5 Uji Vigor Benih dengan NaCl
Berdasarkan
praktikum Ilmu dan Teknologi Benih yang telah dilakukan mengenai uji vigor
benih dengan NaCl, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil pengamatan uji vigor pada kontrol dan yang dilembabkan
larutan NaCl
Perlakuan
|
Kecambah normal
|
Kecambah abnormal
|
Mati
|
Kontrol
|
25
|
0
|
0
|
NaCl
|
25
|
0
|
0
|
Gambar 10. Uji vigor dengan dilembabkan larutan air dan larutan NaCl
4.2 Pembahasan
4.2.1 Struktur
Benih dan Tipe Perkecambahan
Pada
pengamatan terhadap struktur antara benih dikotil (kacang kedelai dan kacang
tanah) dan benih monokotil (padi dan jagung) seperti yang tampak pada gamba
1-4. Terlihat bahwa benih monokotil terdiri atas kulit benih, epikotil,
hipokotil, kotiledon dan radikula, sedangkan benih dikotil terdiri atas kulit
benih, epikotil, hipokotil, kotiledon, radikula, dan endosperm.
Pada
pengamatan terhadap tipe perkecambahan antara kacang tanah (dikotil) dan benih
jagung (monokotil), tampak benih kacang memiliki tipe perkecambahan epigeal
karena hipokotil mengalami perpanjangan dan membawa serta kotiledon dan plumula
naik keatas seperti pada gambar 5, sedangkan pada jagung memiliki tipe
perkecambahan hipogeal karena epikotilnya yang memanjang ke atas sedangkan
kotiledon tetap beradah dibawah.
4.2.2 Identifikasi
Kecambah/Bibit Normal dan Abnormal
Dari
data pengamatan kecamba normal dan abnormal pada tabel 1, benih padi yang
tergolong kecambah normal yaitu padi yang tumbuh dengan akar primer yang
panjang dan telah terdapat daun pertama ataupun masih sedikit membuka,
sedangkan kecambah padi abnormal yaitu padi yang tumbuh dengan memiliki akar
primer yang lemah/sedikit. Pada benih cabai, yang termasuk kecambah normal
yaitu benih cabai yang berkecambah dengan akar primer yang panjang dan telah
munculnya daun pertama yang sedikit membuka, sedangkan kecambah cabai abnormal
yaitu cabai yang tumbuh dengan memiliki akar primer yang lemah/sedikit. Pada
benih kacang kedelai, yang termasuk kecambah normal yaitu benih kacang kedelai
yang berkecambah dengan akar primer yang panjang dan telah munculnya daun
pertama maupun yang masih sedikit membuka, dan tidak ditemukannya benih kacang
kedelai yang tumbuh abnormal. Pada benih kacang tanah, yang termasuk kecambah
normal yaitu benih kacang tanah yang berkecambah dengan akar primer yang
panjang meskipun masih belum memiliki daun pertama maupun yang masih sedikit
membuka, sedangkan kacang tanah yang tumbuh dengan abnormal yaitu kacang tanah
yang tumbuh dengan akar primer lemah/sedikit meskipun tidak memiliki daun
pertama. Pada benih jagung, yang termasuk kecambah normal yaitu benih jagung
yang berkecambah dengan akar primer dan sekunder yang panjang dan telah
munculnya daun pertama yang sedikit membuka, sedangkan kecambah jagung abnormal
tidak ditemukan.
4.2.3 Pengujian
Kadar Air Benih
Kadar
air kacang tanah pada kacang tanah sebelum dikeringkan 10,0004g yaitu 6,627%
dan termasuk benih ortodoks karena kandungan air kacang tanah <14%. Kadar
air kacang kedeli pada kacang kedelai sebelum dikeringkan 10,0504g yaitu 8,72%
dan termasuk benih ortodoks karena kandungan air kacang kedelai<14%. Kadar
air bawang merah pada bawang merah sebelum dikeringkan 10,3469g yaitu 86,869%
dan termasuk benih rekalsitrans karena kandungan air bawang merah >20%.
Kadar air kakao pada kakao sebelum dikeringkan 10,2031g yaitu 40,405% dan termasuk
benih rekalsitrans karena kandungan air kakao >20%.
4.2.4 Metode
Pengujian Benih
Pada
metode UDK (Uji Diatas Kertas), diketahui daya berkecambah padi setelah 4 hari
dan 7 hari ialah 48% dan 72% dari 25 benih yang dikecambahkan. Daya berkecambah
cabai setelah 4 hari dan 7 hari ialah 40% dan 64% dari 25 benih yang
dikecambahkan. Keserempakan tumbuh benih padi setelah 5 hari ialah 64% dari 25
benih yang dikecambahkan. Keserempakan tumbuh benih cabai setelah 5 hari ialah
52% dari 25 benih yang dikecambahkan. Rata-rata hari berkecambah padi ialah
2,74 dari 19 benih yang berkecambah selama 7 hari. Rata-rata hari berkecambah
cabai ialah 3,28 dari 25 benih yang berkecambah selama 7 hari.
Pada
metode UKDP (Uji Kertas Digulung dalam Plastik), diketahui daya berkecambah
kacang tanah setelah 4 hari dan 7 hari ialah 40% dan 76% dari 25 benih yang
dikecambahkan. Daya berkecambah kacang kedelai setelah 4 hari dan 7 hari ialah 44%
dan 76% dari 25 benih yang dikecambahkan. Daya berkecambah jagung setelah 4
hari dan 7 hari ialah 48% dan 100% dari 25 benih yang dikecambahkan. Keserempakan
tumbuh benih kacang tanah setelah 5 hari ialah 52% dari 25 benih yang
dikecambahkan. Keserempakan tumbuh benih kacang kedelai setelah 5 hari ialah 56%
dari 25 benih yang dikecambahkan. Keserempakan tumbuh benih jagung setelah 5
hari ialah 72% dari 25 benih yang dikecambahkan. Rata-rata hari berkecambah kacang
tanah ialah 3,86 dari 22 benih yang berkecambah selama 7 hari. Rata-rata hari
berkecambah kacang kedelai ialah 3,53 dari 19 benih yang berkecambah selama 7
hari. Rata-rata hari berkecambah jagung ialah 3,4 dari 25 benih yang
berkecambah selama 7 hari.
Pada
metode uji daya kecambah secara langsung dengan substrat pasir, rata-rata hari
berkecambah pengujian viabilitas benih jagung ialah 1,88 dari 25 benih yang
berkecambah selama 7 hari. Rata-rata hari berkecambah pengujian vigor benih
jagung ialah 2,7 dari 20 benih yang berkecambah selama 7 hari. Pada pengujian
IVH (Indeks Vigor Hipotetik) dari 2 sampel yang diambil dari pengujian viabilitas
benih jagung didapatkan IVH sebesar 3,93 yang berarti vigor kedua sampel yang
diuji setelah 7 hari ialah 3,93.
4.2.5 Uji
Vigor Benih dengan NaCl
Dari
25 benih yang dikecambahkan pada kertas merang yang dilembabkan dengan aquades
maupun NaCl 1%, diketahui bahwa kecambah normal pada perlakuan kontrol dengan
aquades yaitu 25, dan kecambah normal pada perlakuan NaCl ialah 25. Sedangkan
untuk kecambah abnormal maupun kecambah yang mati pada perlakuan kontrol maupun
NaCl tidak ditemukan. Sehingga vigor benih jagung yang dicobakan pada perlakuan
kontrol dan NaCl adalah 100% karena kecambah normal yang tumbuh adalah 25 dari
25 benih yang dikecambahkan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum mata kuliah Ilmu dan Teknologi Benih yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Terdapat perbedaan struktur antara benih monokotil
dan dikotil yaitu benih dikotil memiliki endosperm sedangkan benih monokotil
tidak, dan tipe perkecambahan benih dikotil (kacang tanah) ialah epigeal
sedangkan benih monokotil (jagung) ialah hipogeal.
2.
Benih yang tumbuh dengan akar primer panjang dan
kuat serta telah tumbuh atau belum tumbuh daun pertama meskipun hanya sedikit
membuka digolongkan benih yang berkecambah normal. Sedangkan benih yang tumbuh
atau tak tumbuh dengan akar primer yang lemah/sedikit digolongkan benih yang
berkecambah abnormal.
3.
Benih kacang tanah dan kacang kedelai
digolongkan ortodoks karena kandungan airnya <14% yaitu 6,627% dan 8,72%,
sedangkan bawang merah dan kakao digolongkan benih rekalsitrans karena
kandungan airnya >20% yaitu 86,869% dan 40,405%.
4.
Pada metode UDK daya berkecambah, dan
keserempakan tumbuh padi lebih besar dari cabai namun rata-rata hari berkecambah
cabai lebih besar daripada padi. Pada metode UKDP daya berkecambah, dan
keserempakan tumbuh jagung lebih besar dari kacang tanah dan kacang kedelai namun
rata-rata hari berkecambah kacang tanah lebih besar daripada kacang kedelai dan
jagung. Pada metode uji daya kecambah secara langsung dengan substrat pasir rata-rata
hari berkecambah pengujian vigor lebih besar daripada pengujian viabilitas, dan
IVH dari 2 sampel yang diambil ialah rendah sebesar 3,93.
5.
Vigor benih jagung yang dicobakan pada
perlakuan kontrol maupun NaCl adalah 100% karena kecambah normal yang tumbuh
adalah 25 dari 25 benih yang dikecambahkan.
5.2 Saran
Disarankan
agar pada praktikan selanjutnya dapat dilakukan pengulangan uji dan
pembandingan antar benih agar nilai yang didapatkan lebih akurat dan dapat
diketahui perbandingan antar benih.
DAFTAR PUSTAKA
Kamil, J., 1982. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa:
Bandung.
Kartasapoetra,
A.G., 2003. Teknologi Benih. Penerbit
Rineka Cipta: Jakarta.
Pramana, P., 2012. Ilmu Teknologi Benih.
http://fherrypramana01.blogspot.
com/2012/06/laporan-lengkap-praktikum-teknologi.html. Diakses pada tanggal 22
mei 2015.
Stefan., 2013. Identifikasi Struktur.
http://stefanusekoo.blogspot.com/2013/
06/teknologi-benih-identifikasi-struktur_15.html. Diakses pada tanggal 22 mei
2015.
Sutopo , lita.
1993. Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNIBRAW. Pt raja
grafindo Persada: Jakarta.
Wahyuni, S., 2013. Ilmu dan Teknologi Benih.
http://findy246.blogspot.com/ 2013/11/laporan-ilmu-dan-teknologi-benih.html.
Diakses pada tanggal 22 mei 2015.
Zahra, M., 2012.
Teknologi Benih. https://maghfirohazzahra.wordpress.com /2012/05/11/laporan-praktikum-teknologi-benih/.
Diakses pada tanggal 22 mei 2015.
Tag :
Laporan,