- Back to Home »
- Laporan »
- Laporan Praktek : Pemuliaan Tanaman
Posted by : Zero Kun
5 Feb 2016
LAPORAN LENGKAP PRAKTEK
PEMULIAAN
TANAMAN
MUHAMMAD FAWZUL
ALIF NUGROHO
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bibit unggul merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil pertanian.
Bibit yang unggul dapat timbul secara alami dan secara campur tangan manusia.
Pemuliaan tanaman merupakan suatu kegiatan memilih atau menyeleksi dari suatu
populasi untuk mendapatkan genotip tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul
yang selanjutnya akan dikembangkan dan diperbanyak sebagai benih atau bibit
unggul.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen.
Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahklan tepung sari
kekepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman
yang menyerbuk sendiri (self polination
crop) maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination crop) (Hutajulu, 2013).
Untuk itulah perlu dilakukannya praktek ini agar praktikan dapat mengetahui
tehnik persilangan tanaman baik itu menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktek Pemuliaan Tanaman tentang Persilangan
Tanaman adalah untuk mengetahui cara tehnik budidaya dan cara persilangan
tanaman padi (Oriza sativa L.),
jagung (Zea mays L.), kacang tanah (Arachis hypogeae L.), dan kacang panjang (Vigna sinensis L.)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman
Padi (Oryza sativa L.)
2.1.1 Tehnik budidaya
Padi gogo
adalah jenis padi yang paling cocok pada daerah ladang dan bukit. Padi ini
sangat berbeda dengan saudaranya padi yang ditanam di areal persawahan seperti
padi Sri. Jenis gogo tidak banyak membutuhkan air dan juga pengolahanya cukup
mudah. Cara budidaya padi gogo tidak jauh berbeda dengan teknik menanam padi
jenis lain semisal padi ciherang. Terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah
mengolah tanah. Tanah sawah harus diolah dengan benar. Cara mengolah ladang
untuk padi gogo harus disesuaikan dengan musim. Waktu yang tepat untuk mulai
mengolah ladang adalah akhir musim kemarau sekitar bulan oktober dan november
sehingga ladang diperkirakan akan mendapat pasokan air hujan pada saat tanaman
membutuhkan air. Pengolahan tanah dapat dilakukan dalam tiga tahap, pertama
pembajakan untuk memotong dan membalik tanah. Kedua, penggaruan untuk
menghancurkan bongkah tanah yang besar menjadi lebih kecil dan sisa tanaman dan
gulma yang terbenam dipotong menjadi lebih halus, sehingga mempercepat proses
pembusukan. Ketiga, pemerataan untuk meratakan tanah yang sudah dibajak dan
digaru agar memudahkan nantinya dalam penanaman (Perdana, 2010).
Ladang harus
bersih dari rumput dan sampah plastik agar pertumbuhan padi menjadi maksimal.
Tanah dibajak dan digaru seperti teknik menanam padi biasa. Setelah tanah
selesai diolah maka yang perlu dilakukan adalah pembibitan. Langkah ini sangat
penting karena jika pembibitan gagal maka pohon padi tidak akan tumbuh dengan
sempurna dan bulir padi juga tidak akan terisi dengan sempurna dan hasil per
hektar akan sedikit. Setelah bibit mulai disemai, maka pindahkah bibit tersebut
ke areal ladang. Penaman yang baik dilakukan setelah terdapat satu
sampai dua kali hujan, awal musim penghujan (Oktober sampai Nopember) (Perdana,
2010).
Teknik
bubidaya padi jenis gogo tidak membutuhkan banyak perhatian dan perlakukan.
Cukup anda bersihkan ladang dari rumput serta hama pengganggu lain seperti
tikus dan burung maka hasil yang akan dicapai akan cukup memuaskan. Pengairan
hanya diperlukan saat awal tanam dan saat padi mulai berbunga diarenakan padi
gogo sangat tergantung air hujan maka biasanya padi gogo hanya bisa ditanam
sekali dalam setahun dan diselingi dengan tanaman kering seperti jagung dan
kedelai. Setelah sekitar tiga sampai empat bulan dan bulir padi sudah mulai
menguning maka padi siap untuk dipanen. Gunakan arit yang tajam untuk
mengurangi kerontokan padi saat memanen (Perdana, 2010).
2.1.2 Morfologi
Tanaman padi
(Oryza sativa L.) merupakan salah
satu tanaman pangan terkemuka di dunia dan makanan pokok sebagian besar
penduduk dunia. Tanaman ini termasuk ke dalam keluarga Gramineae (rumput-rumputan), subfamili Oryzidae, dan genus Oryza.
Pada dasarnya tanaman padi terdiri atas dua fase utama, yaitu fase vegetatif
dan fase generatif (reproduksi). Pada fase vegetatif terjadi pertumbuhan akar,
batang, dan daun sedangkan fase generatif terdiri atas pertumbuhan malai,
gabah, dan bunga (Farish, 2014).
Sistem
perakaran padi adalah sistem perakaran serabut yang terdiri atas akar seminal
dan akar adventif. Akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu
berkecambah dan bersifat sementara dan akar adventif sekunder yang bercabang
dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah (Farish, 2014).
Batang
terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku, dan tunas (anakan) Batang
terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku, dan tunas (anakan) satu
buku untuk tumbuhnya koleoptil dan yang satu lagi buku terakhir yang menjadi
dasar malai. Ruas yang terpanjang adalah ruas yang teratas dan panjangnya
berangsur menurun sampai ke ruas yang terbawah dekat permukaan tanah. Anakan
muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan primer tumbuh dari
buku terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan sekunder ini pada
gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Azhar, 2010).
Daun tanaman
padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang seling terdapat satu daun
pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas helaian daun yang menempel pada buku
melalui pelepah daun, pelepah daun yang membungkus ruas di atasnya dan
kadang-kadang pelepah daun dan helaian daun ruas berikutnya, telinga daun (auricle) pada dua sisi pangkal helaian
daun, lidah daun (ligula) yaitu
struktur segitiga tipis tepat di atas telinga daun, dan daun bendera adalah
daun teratas di bawah malai (Azhar, 2010).
Bunga padi
secara keseluruhan disebut malai. Malai
terdiri dari 8 sampai 10 buku
yang menghasilkan cabang–cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang–cabang
sekunder. Dari buku pangkal malai pada umumnya akan muncul hanya satu cabang
primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan dua
sampai tiga cabang primer. Lemma yaitu bagian bunga floret yang berurat lima
dan keras yang sebagian menutupi palea. Ia memiliki suatu ekor. Palea yaitu
bagian floret yang berurat tiga yang keras dan sangat pas dengan lemma. Bunga
terdiri dari enam benang sari dan sebuah putik. Enam benang sari tersusun dari
dua kelompok kepala sari yang tumbuh pada tangkai benang sari (Azhar, 2010).
Butir biji
adalah bakal buah yang matang, dengan lemma, palea, lemma steril, dan ekor
gabah (kalau ada) yang menempel sangat kuat. Butir biji padi tanpa sekam
(kariopsis) disebut beras. Buah padi adalah sebuah kariopsis, yaitu biji
tunggal yang bersatu dengan kulit bakal buah yang matang (kulit ari), yang
membentuk sebuah butir seperti biji. Komponen utama butir biji adalah sekam,
kulit beras, endosperm, dan embrio (Azhar, 2010).
2.1.3 Bagian-bagian bunga beserta fungsinya
Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling
atas dinamakan malai. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang
kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang
malai dapat dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek (kurang dari 20 cm),
malai sedang (antara 20 sampai 30 cm), dan malai panjang (lebih dari 30 cm).
Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15 sampai 20 buah, yang paling
rendah tujuh buah cabang, dan yang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang.
Jumlah cabang ini akan mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi varietas
baru, setiap malai bisa mencapai 100 sampai 120 bunga (Christine, 2013).
Bunga padi adalah bunga telanjang
artinya mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang
diatas. Jumlah benang sari ada enam buah, tangkai sarinya pendek dan tipis,
kepala sari besar serta mempunyai dua kandung serbuk.Putik mempunyai dua
tangkai putik, dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna
pada umumnya putih atau ungu. Bagian-bagian dari bunga padi yaitu kepala sari
sebagai alat kelamin jantan, tangkai sari, palea yaitu bagian floret yang
berurat tiga yang keras dan sangat pas dengan lemma, lemma yaitu bagian bunga
floret yang berurat lima dan keras yang sebagian menutupi palea, kepala putik
sebagai alat kelamin betina, dan tangkai bunga sebagai penopang bunga
(Christine, 2013).
Malai merupakan sekumpulan bunga
padi yang keluar dari buku paling atas, panjang malai tergantung pada varietas,
termasuk bunga majemuk dalam karanga bunga malai (panicula). Tiap panicula
terdiri dari kumpulan bunga yang disebut spica,
setiap spica terdiri dari satu atau lebih bunga disebut flosculus. Sumbu utama tempat melekatnya spicula disebut rachis,
sumbu dari spicula disebut rachilla.
Bunga bisexualis, flosculus mempunyai dua sekat kelopak
yang besar disebut lemma dan ukuran
yang lebih kecil disebut palea. Alat kelamin
terdiri dari benang sari sebanyak enam buah, tangkai sarinya pendek dan tipis. Putik
mempunyai dua buah tangkai dengan epala putik yang berbentuk seperti bulu,
letak ovulum seperum dan carpellum dua buah (Hendra, 2012).
2.2 Tanaman Jagung (Zea mays L.)
2.2.1 Tehnik
budidaya
Jagung
tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur,subur dan
kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6 sampai 7,5. Aerasi dan
ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8%. Daerah dengan tingkat kemiringan
lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Daerah yang
dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang
hingga beriklim subtropik/tropis basah. Pada lahan yang tidak beririgasi,
pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85 sampai 200 mm bulan-1
selama masa pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar
matahari yang penting dalam masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman
jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 270 sampai 320 0C
(Rachman, 2014).
Pengolahan tanah bekas pertanaman
padi dilaksanakan setelah membabad jerami. Jerami dapat digunakan sebagai mulsa
(penutup tanah) setelah jagung ditanam. Kegunaan mulsa yaitu mengurangi
penguapan tanah, menghambat pertumbuhan gulma, menahan pukulan air hujan dan
lama kelamaan mulsa menjadi pupuk hijau. Pengolahan tanah pada lahan kering
cukup sampai dengan kedalaman 10 cm dan semua limbah digunakan sebagai mulsa. Pada
saat pengolahan tanah setiap tiga meter perlu disiapkan saluran air sedalam 20
cm dan lebar 30 cm yang berfungsi untuk memasukkan air pada saat kekurangan air
dan pembuangan air pada saat air berlebih. Tanah dengan pH kurang dari 5,0
harus dikapur satu bulan sebelum tanam (Pramiadhy, 2012).
Sebelum benih ditanam, sebaiknya
dicampur dengan fungisida, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur.
Bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih
dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan
sistemik. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam tiga sampai sampai cm, tiap
lubang diisi satu butir benih. Jarak tanam disesuaikan dengan umur panen. Jagung
berumur lebih dari 100 hari jarak tanam 40x100 cm (dua tanaman/lubang).
jagung.berumur 80 sampai 100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (satu tanaman/lubang).
Sedangkan jagung berumur kurang dari 80 hari, jarak tanam 20x50 cm (satu
tanaman/lubang). Saat menanam yaitu tanah dalam keadaan lembab dan tidak
tergenang, dan apabila tanah kering perlu diairi (Pramiadhy, 2012).
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan
antara lain penyulaman, penjarangan, penyiangan, pembubuan dan pemangkasan
daun. Penyulaman dapat dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar satu minggu. Penjarangan
tanaman dilakukan dua sampai tiga minggu setelah tanam. Tanaman yang sehat dan
tegap terus di pelihara sehingga diperoleh populasi tanaman yang diinginkan.
Penurunan hasil yang disebabkan oleh persaingan gulma sangat beragam sesuai
dengan jenis tanaman, jenis lahan, populasi dan jenis gulma serta faktor
budidaya lainnya. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak
tanam sampai seperempat atau sepertiga dari daur hidup tanaman tersebut. Agar
tidak merugi, lahan jagung harus bebas dari gulma. Penyiangan dilakukan pada
umur 15 hari setelah tanam dan harus dijaga jangan sampai menganggu atau
merusak akar tanaman (Novello, 2014).
2.2.2 Morfologi
Jagung
adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan iklim
dan memiliki masa hidup 70 sampai 210 hari. Jagung dapat tumbuh hingga
ketinggian tiga meter. Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman biji-bijian lain, tanaman jagung
merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah
(Belfield dan Brown, 2008).
Akar jagung tergolong akar serabut
yang dapat mencapai kedalaman delapan meter meskipun sebagian besar berada pada
kisaran dua meter. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif
dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar
adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang
berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat
setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan
berhenti pada fase V3 (Rachman, 2014).
Akar adventif adalah akar yang
semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif
berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7 sampai 10
buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi
serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup
jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar
jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif
yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar
penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang.
Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung
(kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik
dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan (Nuning dkk, 2012).
Batang jagung tegak dan mudah
terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.
Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk
roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin (Nuning dkk, 2012).
Tanaman jagung mempunyai batang yang
tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku
ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas
teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen
jaringan utama, yaitu kulit (epidermis),
jaringan pembuluh (bundles vaskuler),
dan pusat batang (pith). Teknik
Produksi dan Pengembangan lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang
tinggi, dan lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles
berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang
tinggi dibawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotip jagung yang
mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim
berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Rachman,
2014).
Daun jagung adalah daun sempurna.
Bentuknya memanjang, merupakan bangun pita (ligulatus),
ujung daun runcing (acutus), tepi
daun rata (integer), Antara pelepah
dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.
Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung
berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas.
Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Nuning dkk, 2012).
Jagung memiliki bunga jantan dan
bunga betina yang terpisah (diklin)
dalam satu tanaman (monoecious). Tiap
kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence).
Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas, dengan bunga betina yang tersusun
dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun (Nuning
dkk, 2012).
2.3 Tanaman
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
2.3.1 Tehnik
budidaya
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman
kacang tanah antara 800 sampai 1.300 mm tahun-1. Hujan yang terlalu
keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Suhu
udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu sulit, karena suhu udara minimal
bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28 sampai 32 0C. Bila suhunya di
bawah 10 0C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat,
bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang
tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang. Kelembaban
udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65 sampai 75% (Yono, 2014).
Pembersihan lahan untuk memudahkan
perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan
penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti
kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada
sisi-sisi yang sulit dijangkau oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap
untuk ditanami. Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan
sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yang tidak begitu miring dengan
luas bedeng 30 sampai 40 meter. Sedangkan untuk tanah datar, luas bedengan
adalah 10 sampai 20 meter (Yono, 2014).
Lubang tanam dibuat sedalam tiga cm
dengan tugal dengan jarak 40x15 cm atau 30x20 cm. Pilih benih kacang yang telah
memenuhi syarat benih bermutu tinggi. Masukan benih satu atau dua butir ke
dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan
kering adalah pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan
April sampai Juni atau bulan Juli sampai September. Penyulaman dilakukan bila
ada benih yang mati atau tidak tumbuh. Penyiangan dilakukan untuk menghindari
hama dan penyakit tanaman pada umur lima sampai tujuh hari. Untuk menjaga
kelembaban pada musim kemarau diberikan mulsa dan pada saat tanaman berbunga
tidak dilakukan penyiraman, karena dapat menggganggu penyerbukan (Yono, 2014).
2.3.2 Morfologi
Kacang tanah berakar tunggang dengan
akar cabang yang tumbuh tegak lurus. Akar cabang ini mempunyai bulu akar yang
bersifat sementara yang berfungsi sebagai penyerap hara. Bulu akar ini dapat
juga mati dan dapat bersifat permanen. Jika bersifat permanen terus, bulu akar
ini berfungsi sebagai penyerap unsure hara dari dalam tanah. Kadang polongnya
memiliki alat penghisap seperti bulu akar yang berfungsi menyerap unsur hara
pula. Akar samping atau akar serabut tanaman terdapat bintil-bintil atau modul
yang berisi bakteri yang sering disebut dengan Rhizobium sp (Kartika, 2013).
Berbentuk cabang percabangan terdiri
dari dua jenis yaitu dengan cabang vegetatif dan cabang reproduktif. Cabang
vegetatif dicirikan dengan adanya daun sisik yang disebut katofil yang terdapat
pada dua buku pertama pada cabang. Cabang vegetatif sekunder dan tertsier dapat
berkembang dari cabang vegetatif primer. Daun pada batang utama tersusun
spirat, pada cabang vegetatif primer tersusun berseling, berdaun empat dengan
dua pasang daun duduk berhadapan berbentuk membundar telur sungsang (berukuran
3-7 x 2-3 cm), panjang tangkai daun tiga sampai tujuh cm, terdapat bagian yang
menggembung pada dasar tangkai daun pada dasar setiap daun. Hal ini merupakan
ciri adanya pergerakan pada malam hari yaitu tangkai daun akan menggulung ke
bawah dan daun akan menggulung ke atas sampai keduanya bersentuhan (Kartika,
2013).
Bunga kacang tanah terdapat pada
ketiak daun yang berada dekat dengan tanah. Masing-masing pembungaan memiliki dua
sampai lima kuntum bunga. Bunga tersusun atas sebuah hifantium berbentuk tabung
yang panjangnya empat sampai enam cm. Hifantium
adalah gabungan bagian pangkal kelopak, mahkota, dan tabungsari. Warna mahkota
bunga bervariasi dari kuning pucat sampai jingga merah. Tangkai sari berjumlah
sepuluh dengan dua sampai enam bakal biji. Setelah terjadi pembuahan akan
terbentuklah bentukan yang mirip tangkai, yang disebut ginifor. Ginofor ini akan tumbuh menuju ke dalam tanah menjadi buah
matang yang disebut polong. Jika jarak antara ginofor dan tanah lebih dari 15
cm ginofor ini akan gagal mencapai tanah dan ujungnya akan mati. pH tanah yang
optimum bagi pertumbuhan kacang tanah adalah sebesar 5,5 sampai 6,5. sedangkan
suhu rata-rata optimumnya adalah 30 0C dan pertumbuhan akan terhenti
pada suhu 15 0C (Kartika, 2013).
2.4 Tanaman
Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)
2.4.1 Tehnik
budidaya
Kacang panjang tumbuh baik pada
tanah latosol/lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik
dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5 sampai 6,5 dengan suhu antara 20 sampai 30
0C, iklimnya kering, curah hujan antara 600 sampai 1.500 mm tahun-1
dan ketinggian optimum kurang dari 800 meter dpl (Sudirman, 2012).
Pengolahan tanah dilakukan dengan
dengan cara bersihkan lahan dari rumput-rumput liar kemudian mencangkul atau
membajaknya sedalam 30 cm. Biarkan tanah yang sudah digemburkan tersebut
terbuka selama empat hari untuk memberi kesempatan tanah bernapas. Selanjutnya,
buatlah bedengan berukuran lebar 60 sampai 80 cm, jarak antara bedengan 30 cm, dan
tinggi 30 cm (Junaidi,
2014).
Penanaman kacang panjang biasanya
dilakukan pada akhir musim hujan, dengan tujuan agar tanaman mendapatkan air
dengan mudah, serta tidak busuk disebabkan oleh curah hujan yang tinggi.
Penanaman dapat juga dilakukan pada musim kemarau asalkan air untuk pengairan
bisa diperoleh dengan mudah (Junaidi, 2014).
Begitu tanah siap ditanami, buatlah
lubang tanam menggunakan tugal (dengan jarak tanam 30x60 cm). Isi lubang-lubang
tersebut dengan dua sampai tiga biji benih dan tutup lubang dengan tanah
tipis-tipis agar benih bisa tumbuh ke atas tanah dengan mudah (Junaidi, 2014).
Sambil menunggu tumbuhnya benih,
siapkan lanjaran atau tongkat dari bambu atau kayu dengan panjang sekitar dua
meter. Lanjaran ini dibutuhkan karena kacang panjang adalah tanaman yang tumbuh
merambat dan membelit. Setelah empat sampai lima hari sejak ditanam, bibit
kacang panjang akan menjulur tumbuh ke atas tanah. Benih kacang panjang akan
tumbuh tiga sampai lima hari setelah tanam. Benih yang tidak tumbuh segera
disulam. Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur dua sampai tiga minggu
setelah tanam, tergantung pertumbuhan rumput di lahan. Kacang panjang yang
terlalu rimbun perlu diadakan pemangkasan daun maupun ujung batang. Pada fase
awal pertumbuhan benih hingga tanaman muda, penyiraman dilakukan rutin tiap
hari dan pengairan berikutnya tergantung musim (Junaidi, 2014).
2.4.2 Morfologi
Tanaman kacang panjang merupakan
tanaman semak, menjalar, semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 meter. Batang
tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin.
Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang enam sampai delapan cm, lebar 3
sampai 4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip,
tangkai silindris, panjang kurang lebih empat cm, dan berwarna hijau. Bunga
tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang
kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk
kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang
lebih dua cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna
kuning, panjang kurang lebih satu cm, dan berwarna ungu. Buah tanaman ini
berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15 sampai 25 cm. Bijinya lonjong,
pipih, berwarna coklat muda. Akarnya tunggang berwarna coklat muda (Vega,
2010).
Tanaman akar panjang berakar
tunggang dan berakar serabut. Akar tunggangnya tumbuh lurus ke dalam hingga
mencapai kedalaman 30 cm, sedangakan akar serabutnya tumbuh menyebar kea rah
samping (horizontal) dan tidak dalam.
Panjang akar serabut mencapai 26 cm. Batang tanaman kacang panjang memiliki ciri-ciri
liat, tidak berambut, berbentuk bulat, panjang, bersifat keras, dan berkuran
kecil dengan diameter sekitar 0,6 sampai 1 cm. Bunga tanaman kacang panjang
tergolong bunga sempurna, yakni dalam sau bunga terdapat alat kelamin betina
(putik) dan alat kelamin jantan (benang sari). Bunga memiliki tipe zygomorphus (bilateral simetri) dan memiliki bentuk menyerupai kupu-kupu (papilona cues). Bunga terdiri atas
tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga (daun mahkota), benang sari, dan
kepala putik. Bunga tanaman kacang panjang memiliki dua tangkai, yakni tangkai utama dan tangkai bunga.
Tangkai utama berbentuk panjang dan tidak bercabang, serta panjang antara 9 sampai
13 cm dengan diameter dua mm, sedangakan tangkai bunga sangat pendek, dan
panjangnya sekitar tiga mm. (Vega, 2010).
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek mata kuliah Pemuliaan Tanaman tentang Persilangan
Tanaman dilaksanakan di Lahan Praktek, Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulaku, Palu, setiap hari Kamis pukul 15.30 WITA sampai dengan selesai,
dimulai pada tanggal 26 Maret sampai dengan 11 Juni 2015.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktek Pemuliaan Tanaman tentang Persialangan Tanaman
yaitu gunting, pinset, kuas, cawan petri, kantong plastik, cangkul, penggaruk
tanah, jarum pentul dan tali raffia. Bahan yang digunakan yaitu benih padi kultivar
sampara, benih padi kultivar ranta, tanah, pupuk kandang dan air.
3.3 Cara Kerja
Cara
kerja yang dilakukan pada praktek Pemuliaan Tanaman tentang Persilangan Tanaman
dimulai dengan proses pengolahan lahan tanam. Pertama-tama lahan berukuran 3x2 meter
digemburkan menggunakan cangkul. Selanjutnya pupuk kandang dengan takaran seperempat
dari ukuran lahan dicampurkan dengan cangkul lalu tanah diratakan dengan
menggunakan penggaruk tanah.
Setelah
pengolahan lahan tanam selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya yaitu penanaman
bibit padi gogo (Oryza sativa L.). Pertama-tama
padi gogo kultivar sampara dan padi gogo kultivar ranta disediakan masing-masing
10 bibit. Padi gogo kultivar sampara ditanam
pada bagian kiri lahan dan kultivar ranta pada lahan bagian kanan, dengan
jarak antar tanaman yaitu 20x25 cm dengan kedalaman tiga cm. Setelah penanaman
bibit dilakukan, kemudian dilakukan penyiraman teratur.
Pada
proses pemandulan kelamin jantan (kastrasi),
yang dilakukan yaitu bulir padi pada malai disiapkan, kemudian bagian palea dan
lemma pada padi perlahan-lahan dibuka dengan menggunakan jarum pentul lalu kelamin
jantan yang berwarna kuning keemasan sejumlah lima sampai delapan buah diambil
menggunakan jarum pentul dengan hati-hati lalu palea dan lemma kembali ditutup.
Selain cara pemandulan tersebut, cara lain untuk memandulkan kelamin jantan
pada padi yaitu, pertama-tama bagian atas dari bulir padi dipotong menggunakan
gunting kemudian alat kelamin jantan pada bulir diambil menggunakan jarum
pentul melalui lubang hasil pemotongan tersebut.
Pada
proses persilangan yang dilakukan pada jam tujuh pagi keesokan harinya,
cara-cara yang perlu dilakukan yaitu pertama alat kelamin jantan pada varietas
padi lain diambil dengan langkah yang sama seperti pada kastrasi lalu alat
kelamin jantan tersebut diletakkan pada cawan petri. Selanjutnya, alat kelamin
jantan tersebut dimasukkan pada bulir padi yang sudah dimandulkan (steril)
dengan menggunakan jarum pentul. Selain cara tersebut, dapat dilakukan
persilangan dengan mengoles alat kelamin jantan dengan menggunakan kuas pada
bulir padi steril. Malai yang telah disilangkan kemudian dibungkus menggunakan
plastik lalu di tandai menggunakan tali raffia.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktek Pemuliaan Tanaman tentang Persilangan
Tanaman yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 1. Tanaman
padi (Oryza sativa L.) sebelum dikastrasi
Gambar 2. Tanaman
padi (Oryza sativa L.) setelah dikastrasi
Gambar 3. Tanaman
padi (Oryza sativa L.) yang berhasil
disilangkan
Gambar 4. Tanaman
padi (Oryza sativa L.) yang tidak
berhasil disilangkan
Gambar 5. Tanaman jagung
(Zea mays L.) yang berhasil
disilangkan
Gambar 6. Tanaman jagung
(Zea mays L.) yang tidak berhasil
disilangkan
Gambar 7. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) yang berhasil
disilangkan
Gambar 8. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) yang tidak berhasil
disilangkan
Gambar 9. Tanaman
kacang panjang (Vigna sinensis L.)
yang berhasil disilangkan
Gambar 10. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) yang tidak berhasil
disilangkan
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktek Pemuliaan Tanaman tentang
Persilangan Tanaman, tanaman padi sebelum dikastrasi (Gambar 1) tampak bunga
padi masih dalam keadaan utuh dan telah siap dikastrasi. Bunga masih utuh yang
berarti kelamin jantan dan kelamin betina masih belum diberi perlakuan. Letak
alat kelamin janta dan kelamin betina terletak pada satu tempat sehingga
tanaman padi termasuk tanaman menyerbuk sendiri. Sehingga untuk menyilangkan
antara dua tanaman padi yang berbeda, perlu dilakukannya pemandulan pada
kelamin jantan (kastrasi). Tanaman padi setelah dikastrasi (Gambar 2), terlihat
bentuk bunganya terbuka dikarenakan perlakuan pada saat kastrasi. Cara kastrasi
pada tanaman padi dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama yaitu dengan
mengambil serbuk sari dengan membuka bulir tersebut melalui celah antara palea
dan lemma. Cara ini tergolong sulit karena dibutuhkan ketelitian pada saat
pengambilan serbuk sari pada bulir tersebut. Celah yang sempit dapat membuat
proses pemandulan terganggu sehingga dapat merusak kepala putik didalamnya.
Cara kedua yaitu dengan memotong sedikit bagian atas dari bulir, cara ini lebih
mudah dibandingkan cara pertama karena pengambilan serbuk sari dilakukan dari
atas.
Menurut Arto (2012), kastrasi dilakukan sehari sebelum
penyerbukan agar putik menjadi masak sempurna saat penyerbukan sehingga
keberhasilan penyilangan lebih tinggi. Sepertiga bagian bunga dipotong miring
menggunakan gunting kemudian benang sari diambil dengan alat penyedot vacuum pump. Bunga yang telah bersih
dari benang sari ditutup dengan glacine
bag agar tidak terserbuki oleh tepung sari yang tidak dikehendaki.
Sedangkan menurut Emir (2012), forcing method merupakan metode kastrasi dengan cara membuka
secara paksa bunga (padi) melalui penekanan pada lemma dan palea, yang kemudian
dengan menggunakan jarum, garis temu antara lemma dan palea dibuka. Setelah
lemma dan palea terbuka, kepala sariyang jumlahnya enam buah diambil dengan
menggunakan pinset. Setelah itu bunga padi tersebut ditutup.
Tanaman padi yang berhasil disilangkan (Gambar 3), tampak
bulir-bulir padi berisi. Suatu persilangan dikatakan berhasil apabila serbuk
sari yang diletakkan diatas kepala putik berhasil membuahi kepala putik.
Sedangkan pada tanaman padi yang tidak berhasil disilangkan (Gambar 4), tampak
bulir-bulir padi terlihat kosong. Hal ini dikarenakan serbuk sari yang
diletakkan tidak membuahi kepala putik ataupun dapat dikarenakan kepala
putiknya rusak akibat terganggu pada proses kastrasi atau persilangan.
Buah padi terjadi setelah selesai penyerbukkan dan
pembuahan. Pembuahan merupakan kelanjutan dari penyerbukan. Serbuk sari yang
menempel pada kepala putik dengan bantuan cairan yang ada pada kepala putik,
akan berkecambah atau memanjang hingga bertemu dengan indung telur. Setelah
pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah
diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endospermia.
Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir padi mengadung pati di bagian
endospermia. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyerbukan yaitu masaknya
kelamin jantan dan betina (Arto, 2012).
Padi yang berhasil disilangkan (gambar 3) dengan persentase
keberhasilan lebih kurang 70% bercirikan bulirnya berisi dan terdapat perbedaan
isinya antara sebelum disilangkan dan setelah disilangkan. Sekitar 30% padi
yang disilangkan mengalami kegagalan. Hal ini dikarenakan serbuk sari yang
dimasukkan kedalam bulir steril tidak mengalami penyerbukan. Penyebab tidak
terjadi penyerbukan yang mengakibatkan kegagal persilangan yaitu pada saat
kastraksi dan persilangan. Ketika kastraksi dilakukan, penyerbu melakukan
kesalahan seperti merusak kepala putik. Kemungkinan putik rusak ketika
melakukan kastrasi yaitu pada teknik pembukaan paksa palea dan lemma
dibandingkan pada teknik pemotongan bagian atas bulir. Sedangkan masalah yang
terjadi pada penyerbukan yaitu ketika memasukkan serbuk sari kedalam bulir
steril. Ketika serbuk sari dimasukkan ke kepala putik kemungkinan menyentuh dan
mengganggu putik yang mungkin terjadi pada teknik pembukaan palea dan lemma,
penyebab lain yaitu pada teknik pengolesan dengan kuas karena tidak semua
serbuk sari masuk ke bulir atau serbuk sari masuk dan tidak terletak pada
tempat yang sesuai.
Penyebab gagalnya persilangan pada tanaman yaitu, pertama
gametic mortality (kematian gamet)
yaitu ketika bunga jantan sampai pada alat kelamin betina namun segera terhenti
gerakannya karena keadaan yang tidak sesuai pada alat kelamin tersebut,
sehingga sperma tidak akan mencapai sel telur. Kedua, clipping method merupakan metode yang dilakukan dengan cara
memotong sebagian dari palea dan lemma sehingga kepala sari kelihatan terdapat
kendala yaitu biji yang tidak tertutup penuh oleh lemma dan palea yang dipotong
meskipun viable, tetapi bentuknya tidak normal dan sering mempunyai dormansi
yang tinggi dari pada biji normal. Ketiga, forcing
method merupakan metode kastrasi dengan cara membuka secara paksa bunga
(padi) melalui penekanan pada lemma dan palea masalah pada metode ini adalah
pembukaan dengan paksa lemma dan palea yang berisiko terhadap kerusakan stigma
atau putik. Keempat, dalam melakukan hibridisasi serbuk sari yang tersedia
tidak cukup banyak sehingga ada beberapa bunga yang tidak terserbuki (Arto,
2012).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktek Pemuliaan
Tanaman tentang Persilangan Tanaman, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Terdapat 2
macam teknik dalam melakukan kastraksi yaitu membuka paksa bunga melalui palea
dan lemma (forcing method) dan
memotong bagian atas bunga (clipping
method).
2.
Terdapat 2
macam teknik dalam melakakukan persilangan yaitu dengan memasukkan satu persatu
serbuk sari kedalam bunga menggunakan jarum dan mengoles serbuk sari dengan
kuas.
3.
Penyebab
kegagalan persilangan karena faktor dalam yaitu faktor pada serbuk sari yang
tidak mampu membuahi putik dan faktor luar yaitu terganggunya putik oleh
peserta ketika melakukan kastrasi ataupun ketika memasukkan serbuk sari dengan
jarum.
5.2
Saran
Disarankan
untuk praktek selanjutnya agar dapat dilakukan dalam green house untuk mengetahui penyebab faktor alam terhadap
persilangan tanaman, dan dapat menggunakan alat pembantu pada proses kastrasi
seperti penyedot vacuum pump untuk memnyedot serbuk sari yang tersisa pada
bunga padi.
DAFTAR
PUSTAKA
Arto,
Sugi., 2012. Teknik Hibridisasi Tanaman
Padi. http://kolonglangitan.
blogspot.com/2012/03/teknik-hibridisasi-tanaman-padi.html. Diakses pada tanggal
2 Juni 2015.
Azhar,
Chairil., 2010. Kajian Morfologi Dan
Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Cibogo
Hasil Radiasi Sinar Gamma Pada Generasi M3. Chapter II. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
19946/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Belfield,
Stephanie & Brown, Christine., 2008. Field
Crop Manual. Maize (A Guide to Upland Production in Cambodia). Canberra
Christine,
Grace., 2013. Struktur Perkembangan
Tumbuhan II Perkembangan Padi.
http://joogee2-chocohazenut.blogspot.com/2013/05/struktur-perkembangan-tumbuhan-ii_8.html.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Emir,
Nazri., 2012. Laporan Praktikum
Bioteknologi. http://blog.ub.ac.id/ munamir/. Diakses pada tanggal 2 Juni
2015.
Farish,
2014. Botani dan Morfologi Padi Gogo.
http://apthsmk.mywapblog.com/ halo-semua.xhtml. Diakses pada tanggal 2 Juni
2015.
Hendra,
Ferry., 2012. Deskripsi Padi (Oryza
sativa). http://ferrydwirestuhendra.
blogspot.com/2012/08/deskripsi-padi-atau-oryza-sativa. Diakses pada tanggal 2
Juni 2015.
Hutajulu,
Noventina., 2013. Laporan Praktikum
Pemuliaan Tanaman.
http://putripematangsiantar.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-pemuliaan-tanaman_23.html.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Junaidi,
Refli., 2014. Budidaya Kacang Panjang dan
Buncis. http://tokoilmulo.blogspot.com/2014/09/budidaya-kacang-panjang-dan-buncis.html.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Novello,
Deristan., 2014. Laporan Lengkap
Pemuliaan Tanaman.
http://kunderistan.blogspot.com/2014/07/laporan-lengkap-pemuliaan-tanaman.html.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Nuning
Argo, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti., 2012. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Maros.
Perdana,
Surya., 2010. Budidaya Padi Gogo.
https://adhisuryaperdana.wordpress. com/pertanian-ugm/budidaya-tanaman/.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Pramiadhy,
2012. Budidaya Tanaman Jagung.
http://a289431visidanmisi. blogspot.com/2012/02/budidaya-tanaman-jagung.html.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Rachman,
Abdul., 2014. Teknik Budidaya Tanaman
Jagung. https://www.
academia.edu/12144397/LAPORAN_PRAKTIKUM_TEKNIK_BUDIDAYA_TANAMAN_JAGUNG. Diakses
pada tanggal 2 Juni 2015.
Sudirman,
2012. Budidaya Kacang Panjang.
http://al-zzam.blogspot.com/ 2012/04/budidaya-kacang-panjang.html. Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
Vega,
2010. Matri Lapang Kacang Panjang.
https://veganojustice.wordpress. com/materi-lapang-kacang-panjang/. Diakses
pada tanggal 2 Juni 2015.
Yono,
2014. Cara Budidaya Kacang Tanah yang
Baik dan Benar. https://bataviareload.wordpress.com/pertanian/cara-budidaya-kacang-tanah-yang-baik-dan-benar/.
Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.