Popular Post

Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan

Ilmu dan Teknologi Benih : Pengertian Benih, Ruang Lingkup Benih, dan Permasalahan Benih

By : Zero Kun
MAKALAH ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
PENGERTIAN BENIH, RUANG LINGKUP,
DAN PERMASALAHAN BENIH


Disusun Oleh Kelompok 1 :
Muhammad Fawzul Alif  Nugroho                           E 281 13 002
Anita                                                                     E 281 12 031
Megawati                                                               E 281 13 001 
Silviani                                                                   E 281 13 003
Fajri                                                                       E 281 13 004
Muh. Hardiansyah                                                  E 281 13 005
Iklan Priyanto                                                        E 281 13 006
Muh. Saadilah                                                         E 281 13 007
Nur Humairoh Arzad                                              E 281 13 008
Adia Nova yanti                                                      E 281 13 045








FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015



BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Alam pembangunan hutan tanaman, benih memainkan peranan yang sangat penting. Benih yang digunakan untuk pertanaman saat ini akan menentukan mutu tegakan yang akan dihasilkan dimasa mendatang. Dengan menggunakan benih yang mempunyai kualitas fisik fisiologis dan genetic yang baik merupakan cara yang strategis untuk menghasilkan tegakan yang berkualitas pula. Mendapatkan benih bermutu bukanlah pekerjaan yang mudah. Apa yang diuraikan pada tulisan ini hanyalah memberikan panduan umum yang diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna dalam penanganan benih. Ada beberapa hal yang dapat diuraikan disini yaitu untuk memperoleh benih yang bermutu dan bagaimana teknik perkecambahannya.
1.2      Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan benih?
2.      Apa saja ruang lingkup benih?
3.      Apa saja permasalahan benih?
1.3         Tujuan
1.        Kita dapat mengetahui  pengertian benih
2.        Kita dapat mengetahui apa saja ruang linkup benih
3.        Kita dapat mengetahui apa saja permasalahan benih


BAB II
ISI
2.1       Pengertian Benih
            Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. Dalam buku lain tertulis benih disini dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman.
            Menurut Sumpena (2005), benih diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman muda (bibit), kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui penyerbukaan bunga berkembang menjadi buah atau polong, lalu menghasilkan biji kembali. Benih dapat dikatakan pula sebagai ovul masak yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan cadangan makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif. Benih berasal dari biji yang dikecambahkan atau dari umbi, setek batang, setek daun, dan setek pucuk untuk dikembangkan dan diusahakan menjadi tanaman dewasa.
            Sedangkan menurut Sadjad, dalam “Dasar-dasar Teknologi Benih”(1975, Biro Penataran IPB-Bogor), yang dimaksudkan dengan benih ialah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan pengembangan usaha tani, memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomi.
            Sehingga benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar.
            Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian dan menjadi faktor pembawa perubahan (agent of change) teknologi dalam bidang pertanian. Peningkatan produksi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan; salah satu aspek penentu utama keberhasilannya adalah: digunakannya benih varietas unggul dengan disertai teknik budidaya yang lebih baik dibandingkan masa sebelumnya. Benih-benih varietas unggul dapat diperoleh melalui seleksi dan hibridisasi tanaman, baik yang dilakukan oleh lembaga penelitian milik pemerintah, maupun industri perbenihan swasta yang mempunyai divisi penelitian dan pengembangan (research and development).
            Hasil seleksi dan hibridisasi  tanaman berupa varietas baru mempunyai keunggulan yang harus dipertahankan pada generasi berikutnya melaui perbanyakan, sekaligus mempertahankan kemurnian genetik dan mutu benihnya. Bidang produksi benih dapat dikelompokkan menjadi: produksi benih sumber dan produksi benih komersial.
            Benih sumber dapat juga disebut dengan benih inti, hanya diperbanyak oleh para breeder (pemulia) yang ada di instansi pemerintah, perusahaan swasta, maupun perorangan. Benih sumber diproduksi dalam jumlah sedikit untuk perbanyakan benih penjenis atau bahan persilangan. Panen hasil budidaya/kulturisasi untuk setiap tanaman, buah, bulir, atau polong (bahan benih); dilakukan khusus dalam suatu kegiatan yang disebut dengan ‘penangkaran’. Hasil benih sumber tidak diperjualbelikan. Sementara hasil benih komersial adalah benih yang diperbanyak oleh breeder, produsen benih, ataupun penangkar benih, maupun perorangan dalam jumlah banyak.
            Produksi benih komersial perlu didukung oleh program produksi benih sumber secara terus menerus agar dapat menjamin kontinuitas ketersediaan benih bagi petani pengguna. Di Indonesia, benih nonhibrida dikenal dengan empat kelas benih, yaitu: benih penjenis (Breeder Seed/BS), benih dasar (Foundation Seed/FS), benih pokok (Stock Seed/SS), dan benih sebar (Extension Seed/ES). Pengertian dan warna label berdasarkan kelas benihnya, diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1.      Benih Penjenis = BS (Breeder Seed) Warna Label Kuning
Benih yang diproduksi oleh dan dibawah pengawasan Pemulia Tanaman dan merupakan sumber untuk perbanyakan Benih dasar
2.      Benih Dasar = BD (Fondation Seed) Warna Label Putih
Keturunan pertama dari BS atau BD yang diproduksi dibawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat hingga kemurnian varietas yang tinggi dapat terpelihara
3.      Benih Pokok = BP (Stock Seed) Warna Label Ungu.
Keturunan dari BS atau BD yang diproduksi dan dipelihara sedemikian sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta disertifikasi sebagai Benih Pokok
4.      Benih Sebar = BR (Extension Seed) Warna Label Biru
Keturunan dari BS atau BD atau BP yang diproduksi dan dipelihara sedemikian sehingga identitas dan tingkat kemurniannya dapat dipelihara dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan dan telah disertifikasi sebagai benih sebar.

2.2       Perbedaan Benih dan Biji
Secara struktural/botanis, biji (grain) dan benih (seed) tidak berbeda antara satu dengan lainnya, sedangkan secara fungsional benih dan biji memiliki pengertian yang berbeda.
Biji (grain) dan benih (seed) memiliki arti dan pengertian yang bermacam-macam, tergantung dari segi mana meninjaunya. Meskipun biji dan benih memiliki jumlah, bentuk, ukuran, warna, bahan yang dikandungnya dan hal-hal lainnya berbeda antara satu dengan lainnya, namun sesungguhnya secara alamiah merupakan alat utama untuk mempertahankan/menjamin kelangsungan hidup suatu spesies dialam.
Secara botanis/struktural, biji dan benih tidak berbeda antara satu dengan lainnya, keduanya berasal dari zygote, berasal dari ovule, dan mempunyai struktur yang sama.
Secara fungsional biji dengan benih memiliki pengertian yang berbeda. Biji adalah hasil tanaman yang digunakan untuk tujuan komsumsi atau diolah sebagai bahan baku industri. Sedangkan benih adalah biji dari tanaman yang diproduksi untuk tujuan ditanam/dibudidayakan kembali.
Berdasarkan pengertian tersebut maka benih memiliki fungsi agronomi atau merupakan komponen agronomi, oleh karena itu benih termasuk kedalam bidang/ruang lingkup agronomi. Dalam pengembangan usahatani, benih merupakan salah satu sarana untuk dapat menghasilkan produksi yang setinggi-tingginya. Karena benih merupakan sarana produksi, maka benih harus bermutu tinggi (mutu fisiologis, genetik dan fisik) dari jenis yang unggul.

2.3       Ruang Lingkup
Benih memiliki fungsi agronomi dan merupakan komponen agronomi sehingga termasuk kedalam bidang/ruang lingkup agronomi. Benih merupakan salah satu sarana untuk dapat menghasilkan produksi yang setinggi-tingginya.
Untuk mengetahui dan memahami masalah benih sebagai suatu ilmu dalam ruang lingkup agronomi diperlukan pengetahuan tentang aspek-aspek morfologis (variasi fisik pada benih, penyebaran benih) dan fisiologis benih (reproduksi, pembentukan dan perkembangan biji, perkecambahan, viabilitas, dormansi, vigor dan kemunduran benih).
Pengetahuan dan pemahaman terhadap aspek-aspek tersebut memerlukan bantuan dari berbagai cabang ilmu yang terkait dengannya, seperti; botani, fisiologi tumbuhan, fisika, genetika, hama dan penyakit, kimia taksonomi, dan cabang ilmu lainnya.

2.4       Permasalahan Benih
Benih sebagai komponen agronomi selalu dituntut tersedia dengan syarat mutu yang tinggi. Mutu yang harus dipenuhi oleh suatu benih adalah mutu fisiologis (daya kecambah, vigor dan daya simpan yang tinggi), mutu genetik (kemurnian benih) dan mutu fisik (bersih dari kotoran fisik ) serta kesehatan benih (bebas hama dan penyakit).
Tuntutan mutu ini hanya dapat diperoleh jika suatu benih diproduksi dan diuji kualitasnya dengan cara-cara yang sesuai dengan standar dan ketentuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu permasalahan dalam perbenihan yang berhubungan dengan mutu benih dapat muncul pada saat proses produksi benih, prosessing, penyimpanan dan pada proses pengujian mutu benih. Jika salah satu dari proses tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka mutu benih yang diperoleh tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan.
Permasalahan yang dapat muncul adalah rendahnya daya kecambah, vigor dan daya simpan benih, rendahnya mutu genetik karena tercampur dengan varietas lain, serta rendahnya mutu fisik dan kesehatan benih. Benih sebagai sarana produksi yang selalu diharapkan tersedia tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis dan tepat harga, sangat ditentukan oleh ketepatan dalam perencanaan jumlah dan jenis benih yang akan diproduksi, distribusi dan pemasarannya.
Ketersediaan benih yang kurang dari kebutuhan petani, waktu ketersediaan yang tidak sesuai dengan saat diperlukan, jenis benih yang tidak sesuai dengan yang direncanakan ditanam dan harga yang tidak terjangkau oleh petani, merupakan masalah yang sering terjadi dalam kegiatan perbenihan.

2.4.1    Permasalahan Sertifikasi Benih
Permasalahan dalam sertifikasi benih antara lain:
a)      Tidak selalu tersedianya sumber benih yang diperlukan sesuai dengan kelasnya.
b)      Lahan/lokasi pertanaman tidak memenuhi persyaratan, dalam hal sejarah  lapangan.
c)      Keterbatasan pengetahuan para petani terhadap sertifikasi benih berlabel.
d)     Keadaan sosial ekonomi dari para petani sangat berpengaruh penyerapan pasar benih  yang berlabel (Benih hasil Sertifikat).

2.4.2    Permasalahan Memproduksi Benih Bermutu
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa ketersediaan dan penggunaan benih bermutu (dan berlabel) masih rendah. Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan produksi benih antara lain adalah :
a)      Keterbatasan ketersediaan benih sumber untuk diperbanyak oleh produsen dan penangkar benih
b)      Produsen benih kelas menengah ke bawah umumnya belum mempunyai pemulia sendiri, serta penyilang benih banyak yang belum mempunyai laboratorium kultur jaringan
c)      Keterbatasan modal usaha, sehingga penggunaan input dan sarana produksi terbatas, yang berakibat volume usaha juga tidak optimal.
d)     Keterbatasan varietas benih dalam negeri yang disukai konsumen (sesuai preferensi konsumen), sementara pemohon pelepasan varietas sayuran berasal dari intoduksi (luar negeri) meningkat.
e)      Keterbatasan data supply-demand benih antar daerah dan antar sentra, sehingga jalur dan pemenuhan benih tidak terpantau secara baik.
f)       Keterbatasan jumlah dan kemampuan petugas pengawas benih tanaman.
g)      Keterbatasan dana operasional bagi Balai Benih BPS danPengawan Benih Tanaman

2.5       Permasalahan Benih di Indonesia
Benih merupakan suatu parameter keberhasilan produksi tanaman. Artinya, dalam suatu kegiatan budidaya tanamandapat dilihat dari mutu benih yang digunakan. Apabila benih yang digunakan memiliki mutu yang baik maka hal ini dapat menjamin keberhasilan budidaya tanaman itu sendiri.
Ketergantungan petani terhadap benih hibrida makin diperparah dengan tidak berpihaknya hukum terhadap petani. Dalam hal perbenihan,  petani seringkali dikriminalisasi. Selain itu, UU No 29/2000 tentang perlindungan varietas tanaman (UU PVT) justru menegasikan petani dan hanya mengakomodir kepentingan pemulia tanaman.
Undang-undang tersebut mendikotomikan petani dengan pemulia tanaman, dimana petani dan pemulia tanaman berada dalam dua entitas berbeda. Hak petani adalah hak untuk menggunakan benih (ketersediaan, keterjangkauan, memilih benih dan mengembangkan benih sendiri), sementara itu hak pemulia adalah hak untuk memperdagangkan benih.
Hal ini sangat bertentangan dengan filosofis bertani bagi petani. Meskipun saat ini sebagian besar petani mengkonsumsi benih hibrida dari perusahaan agribisnis. Pada hakikatnya, benih yang dihasilkan tersebut adalah mahakarya dari petani itu sendiri. Petani adalah penghasil, pemulia dan sekaligus pengguna benih. Dengan kata lain, benih adalah karya  yang dihasilkan dari oleh dan untuk petani.
Benih hibrida dan benih hasil rekayasa genetik membutuhkan banyak sekali pestisida, pupuk kimia dan air, meningkatkan pengeluaran dan merusak lingkungan. Benih tersebut juga sangat tidak tahan kekeringan, penyakit tanaman dan serangan hama, telah menyebabkan ribuan kasus gagal panen dan disadari telah menghancurkan perekonomian rumah tangga petani. Industri telah menghasilkan benih yang tidak bisa dibudidayakan tanpa bahan-bahan kimia yang berbahaya,dipanen dengan mesin besar dan diberi bahan pengawet untuk menjaga agar tetap bertahan dalam perjalanan. Namun industri telah megabaikan aspek yang sangat penting dalam pemuliaan benih yaitu kesehatan manusia. Hasilnya adalah benih industri tumbuh dengan cepat tapi kehilangan nilai gizi dan banyak mengandung bahan kimia. Inilah penyebab alergi dan penyakit kronis, kontaminasi tanah, air dan udara yang dihirup.
Kebalikannya, sistem yang digunakan oleh petani dalam menemukan kembali, menghargai, mengkonservasi, beradaptasi terhadap proses seleksi lokal, memproduksinya kembali di lahan, melakukan pertukarkan benih antar petani, mampu mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman hayati genetik dalam sistem pangan dunia kita, memberikan kemampuan dan fleksibilitas yang dibutuhkan untuk menghadapi lingkungan yang berbeda-beda, dan iklim yang berubah serta kelaparan di dunia ini.
Benih petani dapat beradaptasi lebih baik dengan kondisi lokal, menghasilkan makanan yang lebih bergizi, dan memiliki produktivitas yang tinggi dalam sistem pertanian agroekologi tanpa pestisida ataupun asupan lain yang mahal harganya. Tetapi benih hibrida telah membuat kontaminasi pada benih petani sehingga membuat benih tradisional terancam punah. Benih hibrida menggantikan benih petani dari lokasi asalnya dan membuatnya hampir punah. Manusia tidak dapat bertahan tanpa benih dari petani, namun perusahaan menempatkan benih petani dalam kondisi yang berisiko.

BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
          Dari makalah “Pengertian Benih, Ruang Lingkup, dan Permasalahan Benih” diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Sehingga benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar.
2.      Benih memiliki fungsi agronomi atau merupakan komponen agronomi, oleh karena itu benih termasuk kedalam bidang/ruang lingkup agronomi.
3.      Permasalahan dalam perbenihan yang berhubungan dengan mutu benih dapat muncul pada saat proses produksi benih, prosessing, penyimpanan dan pada proses pengujian mutu benih.


DAFTAR PUSTAKA
Alfian. 2012. Perbedaan Benih Biji dan Bibit. http://alfiandoang. blogspot.com/2012/02/perbedaan-antara-benih-biji-dan-bibit.html. Diakses pada tanggal 6 Maret 2015.
Bangazul. 2013. Permasalahan Perbenihan di Indonesia. http://www.bangazul .com/permasalahan-perbenihan-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 6 Maret 2015.
Maruapey, Ajang. 2010. Mutu Benih dan Hambatan dalam Memproduksi Benih Bermutu. http://ajangmaruapey.blogspot.com/2010/03/mutu-benih-dan-hambatan-dalam.html. Diakses pada tanggal 6 Maret 2015.
Nasrudin. 2009. Pengertian Benih. http://teknologibenih.blogspot.com/2009/ 08/pengertian-benih.html. Diakses pada tanggal 6 Maret 2015.
Ruadi. 2014. Mendiskusikan Perjalanan Benih dari Pemulian Sampai ke Petani. http://anaktptph-agriculture.blogspot.com/2014/04/mendiskusikan-perjalanan-benih-dari.html. Diakses pada tanggal 6 Maret 2015.


Tag : ,

Entomologi dan Fitopatologi : Virus

By : Zero Kun
MAKALAH ENTOMOLOGI DAN FITOPATOLOGI
VIRUS





                                      




DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III (TIGA)



1.       Muh Faras M.L          E 281 13 024
2.       Viddy Adha             E 281 13 054
3.       Moh Saadilah              E 281 13 007
4.       Usman Anwar             E 281 13 014
5.       Azwar                     E 281 13 028
6.       Moh. Mualimin             E 281 13 046
7.       Mohammad Noval          E 281 13 036
8.       Syarwan Hamid             E 281 13 066
9.       Zulfadli                    E 281 13 067
10.    Alfid Albani                 E 281 11 121
11.    Sri Lestari                  E 281 13 012
12.    Kasmawati                   E 281 13 055
13.    Evi Lestari                   E 281 13 061






PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2015



I. PENDAHULUAN
1.1   Latar belakang

Fitopatologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari penyakit tumbuhan akibat serangan patogen ataupun gangguan ketersediaan hara. Berasal dari gabungan kata bahasa Yunani: phyton berarti tumbuhan; pathos berarti sakit atau menderita; logos berati ilmu atau pengetahuan. Secara biologis tumbuhan dikatakan sakit bila tidak mampu melakukan kegiatan fisiologis secara normal, yang meliputi respirasi, fotosintesis, penyerapan gizi yang diperlukan dan lain-lain. Selain itu tanaman sakit juga tidak dapat menunjukkan kapasitas genetiknya, seperti berdaya hasil tinggi, morfologi yang normal dan lain-lain.
Studi ilmu penyakit tumbuhan meliputi studi tentang penyebab penyakit, studi tentang interaksi antara penyebab penyakit - tumbuhan inang dan lingkungan, studi tentang fisiologi tanaman sakit. Studi penyakit tumbuhan dalam populasi tumbuhanya disebut epidemiologi.
Berdasarkan penyebabnya penyakit tumbuhan dikelompokkan dalam penyakit yang disebabkan oleh penyebab non hidup (abiotik), penyakit demikian bersifat tidak menular (noninfectious), dan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jasad hidup (biotik), yang bersifat menular.
Penyebab penyakit abiotik antara lain adalah kekurang unsur hara, suhu yang sangat rendah ataupun sangat tinggi, pencemaran (polusi). Penyekait tumbuhan biotik antara lain adalah jamur (fungi), bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan parasitik.
Virus merupakan mahluk hidup terkecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan lolos dari saringan bakteri (bakteri filter). Pokok bahasan pada makalah ini adalah berfokus pada virus pada tanaman dalam dunia pertanian. 




1.2  Rumusan masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah,  yaitu  :

  1. Apa pengertian virus?
  2. Bagaimana morfologi virus?
  3. Bagaimana klasifikasi virus?
  4. Bagaimana proses replikasi virus?
  5. Apa pengaruh virus pada tumbuhan?

1.3  Tujuan

Sesuai dengan masalah yang dihadapi maka makalah ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengertian virus, (2) mengetahui morfologi dan virus (3) mengetahui klasifikasi virus, (4) Mengetahui proses replikasi virus, dan (5) mengetahui apa saja pengaruh virus pada tumbuhan. 

II. ISI
2.1 Pengertian
Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba pada getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang         lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan   mikroskop (Aryulina dkk, 2007).

Gambar 1. Percobaan A. Mayer
Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan. Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer antartanaman. Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit (Aryulina dkk, 2007).

Gambar 2. Percobaan D. iwanowsky
Virus berasal dari bahasa latin yang berarti racun. Hampir semua virus dapat menimbulkan penyakit pada organisme lain. Saat ini virus adalah mahluk yang berukuran paling kecil. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan lolos dari saringan bakteri (bakteri filter) (Aryulina dkk, 2007).
Virus merupakan salah satu jenis mikroorganisme parasit. Virus ini mempunyai ciri-ciri tidak dimiliki oleh organisme lain. Virus hanya dapat berkembang biak di sel-sel hidup lain (sifat virus parasit obligat) karenanya, vius dapat dibiakkan pada telur ayam yang berisi embrio hidup. Untuk bereproduksi virus hanya memerlukan asam nukleat saja. Ciri lainnya, virus tidak dapat bergerak maupun melakukan aktivitas metabolisme sendiri. Selain itu irus tidak dapat membelah diri. Virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa, tetapi dapat dikristalkan. Berdasarkan tempat hidupnya virus dibagi menjadi tiga jenis yaitu virus bakteri, virus hewan, dan virus tumbuhan. Ilmu yang mempelajari tentang virus disebut virology (Sasrawan, 2012).
Dalam proses reproduksi virus hanya dapat berkembang biak pada sel atau jaringan hidup. Oleh karena itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan, atau sel tumbuhan untuk bereproduksi. Cara reproduksi virus disebut proliferasi atau replikasi. Pada Bakteriofage reproduksinya dibedakan menjadi dua macam, yaitu daur litik dan daur lisogenik. Pada daur litik, virus akan menghancurkan sel induk setelah berhasil melakukan reproduksi, sedangkan pada daur lisogenik, virus tidak menghancurkan sel bakteri tetapi virus berintegrasi dengan DNA sel bakteri, sehingga jika bakteri membelah atau berkembangbiak virus pun ikut membelah.
Pada prinsipnya cara perkembangbiakan virus pada hewan maupun pada tumbuhan mirip dengan yang berlangsung pada bakteriofage, yaitu melalui fase adsorpsi, sintesis, dan lisis (Sasrawan, 2012).
2.2  Morfologi virus
Menurut Zaif, (2010) Morfologi virus berkaitan erat dengan bagian-bagian tubuh virus itu sendiri, berikut ini adalah bagian-bagian utama dari tubuh virus :
1. Kapsid
Kapsid merupakan pembungkus asam nukleat, kapsid inilah yang menentukan morfologi virus. Kapsid berfungsi sebagai pelindung asam nukleat, melekatkan virion pada sel inang yang terinfeksi virus, dan sebagai penyedia protein untuk virion saat virion menginfeksi membran sel inang.
2. Asam nukleat
Asam nukleat berperan penting dalam siklus hidup virus, sama dengan oraganisme lainnya asam nukleat pada virus berfungsi sebagai penyimpan informasi genetik yang diperlukan untuk sintetis protein.
3. Sampul
Sampul pada virus merupakan hasil modifikasi virus terhadap membran sel inang yang sudah terinfeksi oleh virus. Sampul virus sendiri terdiri dari susunan molekul lipid dan protein.
Morfologi mempunyai arti bentuk ukuran, morfologi virus artinya bentuk dan ukuran virus. Berdasarkan bentuk tubuh dan bagain-bagain tubuh virus morfologi virus terbagi menjadi empat tipe utama yaitu :
1) Helix
Struktur virus dengan morfologi helix terbentuk dari susunan sub unit protein terselubung yang disebut dengan kapsomer melingkar suatu sumbu axis. Susunan virus dengan morfologi helix ini membuat virus mempunyai bentuk seperti batang atau filamen. Materi genetik virus dengan morfologi helix ini terletal di dalam rongga dan terikat dengan protein kapsid. Contoh dari virus dengan morfologi helix ini adalah virus mosaik yang menyerang tembakau.

Gambar 3. Virus Helix
2) Polihedral
Morfologi virus polihedral tersusun dari kapsomer yang berjumlah sangat banyak dan menyelubungi genom virus secara keseluruhan. Berbeda dengan morfologi sebelumnya yaitu morfologi virus helix. Asam nukleat pada morfologi ini tidak mempunyai ikatan dengan protein kapsid. Virus dengan morfologi polihedral mempunyai ukuran yang sangat bervariasi yaitu dari 20 – 400 nanometer. Selain itu morfologi virus polihedral juga mempunyai susunan dan jumlah kapsomer yang sangat beragam juga. Salah satu virus dengan morfologi polihedral ini adalah virus adenovirus.

Gambar 4. Virus Polihedral 
3) Virus bersampul.
Virus dengan morfologi ini memiliki lapisan luar atau membran yang menyelubungi kapsid yang disebut dengan sampul (envelope). Morfologi virus ini memiliki bentuk bermacam-macam sesuai dengan bentuk kapsidnya, meskipun ada juga sampul yang berbentuk helix dan polihedral

Gambar 5. Virus bulat, Polihedris, dan Batang

4) Virus kompleks
Morfologi virus kompleks memiliki bagain-bagain tubuh yang lebuh kompleks dibandingkan dengan ketiga morfologi virus lainnya. Dengan morfologi yang sangat kompleks ini menandakan virus tersebut memiliki kelebihan yang berbeda dibanding virus dengan morfologi lain. Layaknya organisme hidup virus dengan morfologi ini juga memiliki bagian-bagian tubuh seperti kepala dan ekor, salah satu contoh virus dengan morfologi virus kompleks adalah bakteriofage.

Gambar 6. Virus Kompleks
2.3  Klasifikasi Virus
Menurut Aryulina dkk, (2007) virus dapat diklasifikasi menurut jenis asam nukleat dan juga protein membran terluarnya (envelope), tropisme dan cara penyebaran, dan genomik fungsional, dan berikut adalah penjelasannya :
a)      Klasifikasi virus berdasarkan jenis asam nukleat dan juga protein membran terluarnya (envelope)
Berdasarkan jenis asam nukleat dan juga protein membran terluarnya (envelope) virus terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Virus DNA
2. Virus RNA
3. Virus berselubung
4. Virus non-selubung
      b) Klasifikasi virus berdasarkan tropisme dan cara penyebaran virus
Berdasarkan tropisme dan cara penyebaran virus dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu :
1. Virus Enterik
2. Virus Respirasi
3. Arbovirus
4. Virus onkogenik
5. Hepatitis virus
      c)  Klasifikasi virus berdasarkan genomik fungsional.
 Virus di klasifikan menjadi 7 kelompok berdasarkan alur fungsi genomnya. Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi Baltimore yaitu:
1. Virus Tipe I = DNA Utas Ganda
2. Virus Tipe II = DNA Utas Tunggal
3. Virus Tipe III = RNA Utas Ganda
4. Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+)
5. Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-)
6. Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA perantara
7. Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara.

2.4 Replikasi Virus
Menurut Tim Pengasuh M.K Entomologi dan Fitopatologi FP UNTAD, (2013) replikasi virus ialah proses penggandaan individu virus. Proses ini sangat bervariasi di antara berbagai golongan virus yang mempunyai strategi genom berbeda. Replikasi virus terdiri atas beberapa tahapan-tahapan yaitu pelekatan virus, penetrasi, pelepasan mantel, replikasi genom dan ekspresi gen, perakitan, pematangan, dan pelepasan.
a)      Pelekatan Virus
Pelekatan virus (adsorpsi) merupakan proses interaksi awal antara partikel virus dengan molekul reseptor pada permukaan sel inang. Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik antara molekul reseptor seluler dengan antireseptor pada virus. Beberapa jenis virus memerlukan molekul lainnya untuk proses pelekatan yaitu koreseptor.Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat berbentuk protein (biasanya glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoprotein atau glikolipid.
b)      Penetrasi
Penetrasi terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor di membran sel. Proses ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:
  • Translokasi partikel virus
Proses translokasi relatif jarang terjadi di antara virus dan mekanisme belum sepenuhnya dipahami benar, kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam virus kapsid dan reseptor membran spesifik.
  • Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler
Proses endositosis merupakan mekanisme yang sangat umum sebagai jalan masuk virus ke dalam sel. Tidak diperlukan protein virus spesifik selain yang telah digunakan untuk pengikatan reseptor.
  • fusi dari sampul dengan membran sel (untuk virus yang bersampul)
Proses fusi virus bersampul dengan membran sel baik secara langsung maupun dengan permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam sitoplasma. Diperlukan adanya protein fusi spesifik dalam sampul virus,
c)      Pelepasan Mantel
Tahap ini terjadi setelah proses penetrasi dimana kapsid virus baik seluruhnya maupun sebagian dipindahkan ke dalam sitoplasma sel inang. Pada tahap ini genom virus terekspos dalam bentuk kompleks nukleoprotein. Dalam beberapa kasus, tahap ini berlangsung cukup sederhana dan terjadi selama fusi pada membran virus dengan membran plasma. untuk virus lainnya, tahap ini merupakan proses multistep yang melibatkan jalur endositosis dan membran nukleus.
d)     Replikasi genom dan Ekspresi Gen
Strategi replikasi dari beberapa virus tergantung pada material genetik alami dari virus tersebut. Dalam hal ini, virus dibagi dalam 7 kelompok seperti pengelompokan David Baltimore. Proses ekspresi gen akan menentukan semua proses infeksi virus (akut, kronis, persisten, atau laten). 
e)      Perakitan
Perakitan merupakan proses pengumpulan komponen-komponen virion pada bagian khusus di dalam sel. Selama proses ini, terjadi pembentukan struktur partikel virus. Proses ini tergantung kepada proses replikasi di dalam sel dan tempat di mana virus melepaskan diri dari sel. mekanisme perakitan bervariasi untuk virus yang berbeda-beda.
f)       Pematangan
Pematangan merupakan tahap dari siklus hidup virus dan bersifat infeksius. Pada tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kemungkinan dihasilkan oleh pemecahan spesifik protein kapsid untuk menghasilkan produk yang matang. protease virus dan enzim seluler lainnya biasanya terlibat dalam proses ini.
g)      Pelepasan
Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan diri dari sel inang melalui dua mekanisme yaitu, (1) untuk virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan merupakan proses yang sederhana, dimana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar. (2) untuk virus berselubung, diperlukan membran lipid ketika virus keluar dari sel melewati membran , proses ini dikenal sebagai budding.
2.5 Pengaruh Virus pada Tanaman
Secara umum tanaman yang terinfeksi oleh virus menunjukkan beberapa gejala yang biasanya terdapat daun, buah, batang, cabang, maupun akar. Gejala tersebut ditunjukkan dengan ukuran yang mengecil, perubahan bentuk atau bagian tanaman, perubahan warna, kematian jaringan tanaman (misalnya bercak bercincin), dan tanaman mengalami hambatan pertumbuhan. (Alfian, 2011).
Adapun menurut Tim Pengasuh M.K Entomologi dan Fitopatologi FP UNTAD, (2013) penyakit yang disebabkan oleh  virus pada tanaman adalah sebagai berikut :
  1. Penyakit belang kacang
gejala yang ditimbulkan khas berupa belang-belang pada daun. bagian lamina yang dekat ibu tulang daun cenderung lebih hjau sedangkan bagian lain agak kekuningan.  Penyebab Peanut mottle virus.  Tertular secara mekanik melalui cairan perasan atau pergesekan antar daun.  Juga dapat ditularkan oleh                       Aphis craccivora.
2. Penyakit mosaic tembakau
Tersebar luas.  Gejala khas berupa belang-belang mosaic antar hijau gelap dan hijau terang pada permukaan daun disertai perubahan permukaan daun menjadi bergelombang. Patogennya Tobacco mosaic virus yang berbentuk batang.  Penularannya melalui vektor, juga mekanik.
3. Penyakit layu berbintik pada tomat   
Dapat muncul pada berbagai stadia dan umur tomat.  Gejala khas munculnya warna perunggu pada permukaan atas daun disusul munggulungnya daun kearah bawah.  Jika lingkungan mendukung pada bagian itu akan muncul bintik nekrosis yang menjalar ke tangkai daun dan batang.  Patogennya Tomato spotted wilt virus.  Penularan daat terjadi secara mekanik dan melalui vektor yaitu Thrips tabaci.
  1. Penyakit menggulung kentang 
Patogennya adalah Potato leaf roll virus.  Gejala yang timbul daun menggulung dan juga adanya nekrotik pada jaringan pembuluh floem.  Virus dapat ditularkan oleh vektor Myzus persicae.
  1. Penyakit daun mengumpul pada pisang
Penyebabnya Banana bunchy top virus.  Gejala khas berupa tanaman tumbuh kerdil dan daunnya kaku serta mengarah ke atas sehingga tampak seperti bergerombol.  Penularan dapat melalui vektor Pentalonia nigronervosa.
  1. Penyakit bengkak tunas pada kakao
      Sangat berbahaya dan dapat memusnakan tanaman kakao.  Penyebabnya adalah Cacao swollen shoot virus.  Gejala serangan berupa pembengkakan tunas sebagai akibat perkembangan xyleem dan floem yang tidak normal.  Pembengkakan terjadi di akar.  Gejala pada daun berupa bercak-bercak klorosis tersebar di permukaan daun.  Buah menjadi kecil-kecil dan membulat serta adanya belang mosaik.


III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah dapat disimpulkan bahwa :
o   Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
o   Secara morfologi virus tersusun atas kapsid, asam nukleat, dan sampul
o   Virus diklasifikasikan menurut jenis asam nukleat dan juga protein membran terluarnya (envelope), tropisme dan cara penyebaran, dan genomik fungsionalnya.
o   Replikasi virus terdiri atas beberapa tahapan-tahapan yaitu pelekatan virus, penetrasi, pelepasan mantel, replikasi genom dan ekspresi gen, perakitan, pematangan, dan pelepasan.
o   Virus dapat menyerang tumbuhan. Secara umum tumbuhan yang terserang virus akan mengalami kerugian.

3.2  Saran
Dalam penulisan makalah selanjutnya bisa digunakan berbagai data penilitian-penelitian terbaru mengenai virus. Agar mahasiswa mendapatkan ilmu yang terbaru mengenai virus

  
DAFTAR PUSTAKA
Alfian. 2011. Penyakit Tanaman Oleh Virus. http://alfiandoang.blogspot.com/2011/05/penyakit-tanaman-oleh-virus.html [Diakses pada 09 februari 2014]
Aryulina, Diah; Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, Endang Widi Winarni. 2007. Biologi 1 SMA dan MA Untuk Kelas X. Erlangga, Jakarta.
Sasrawan. 2012. Virus Materi Lengkap Biologi. http://hedisasrawan.blogspot.com/2012/11/virus-materi-lengkap-biologi.html [Diakses pada 09 februari 2014]
Tim Pengasuh M.K Entomologi dan Fitopatologi FP UNTAD. 2013. Virus Tumbuhan. Universitas Tadulako, Palu.
Zaif. 2010. Morfologi dan Anatomi Mikroorganisme. http://zaifbio.wordpress.com/2010/11/08/morfologi-dan-anatomi mikroorganisme/ [Diakses pada 09 februari 2014]

Tag : ,

- Copyright © ZeroMaru ZeOS Sprada - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by ZeroMaru ZeOS Sprada -