Popular Post

Posted by : Zero Kun 14 Des 2014

A.   DAUN MAJEMUK (Folium coposiyum)
Daun majemuk yaitu jika pada tumbuhan tersebut terlihat tangkainya bercabang cabang , dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya. Suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, yang torehnya sedemikian dalamnya. Sehingga bagian daun diantara toreh-toreh itu terpisah satu sama lain, dan masing-masing merupakan suatu helaian kecil yang tersendiri.
Pada suatu  daun majemuk dapat dibedakan bagian-bagian seperti berikut :
1.      Ibu tangkai daun (Potiolus communis), yaitu bagian daun majemuk yang menjadi tempat duduk nya helaian-helaian daunnya, yang disini masing-masing dinamakan anak daun (Foliolum). Ibu tangkai daun ini dapat dipandang merupakan penjelmaan tangkai daun tunggal ditambah dengan ibu tulangnya, oleh sebab itu kuncup ketiak pada tumbuhan yang mempunyai daun majemuk, letaknya juga diatas pangkal ibu tangkai pada batang.
2.      Tangkai anak daun (Petiololus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak daun. Bagian ini dapat dianggap sebagai penjelmaan pangkal suatu tulang cabang pada daun tunggal, oleh sebab itu, di dalam ketiaknya tidak pernah ditemukan sebuah kuncup.
3.      Anak daun (Foliolum), bagian ini sesungguhnya adalah bagian-bagian helaian daun yang karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisah-pisah. Anak daun pada suatu daun majemuk lazimnya mempunyai tangkai yang pendek saja atau hampir duduk pada ibu tangkai, misalnya pada daun selderi (Apium graveolens L.). Ada kalanya anak daun mempunyai tangkai yang cukup panjang dan jelas kelihatan, misalnya pada daun mangkokan  (Nothoponax scutellarium Merr).
4.      Upih daun (Vagina), yakni bagian di bawah ibu tangkai yg lebar dan memeluk  batang; misalnya daun  pinang (Areca catechu L.)

Karena suatu daun majemauk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, pada daun majemuk dapat pula kita temukan bagian – bagian lain seperti pada daun tunggal, misalnya :
Upih Daun (Vagina), yaitu bagian dibawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk batang, seperti dapat kita lihat pada daun pinang (Area catechu L). Sama halnya dengan daun tunggal, pada pangkal ibu tangkai daun mejemuk atau didekat pangkal ibu tangkai itu dapat pula ditemukan sepasang daun penumpu, seperti misalnya pada daun mawar (Rosa sp.), yang berupa dua daun kecil melekat pada daun kiri pangkal ibu tangkai daun , dan pada daun kacang kapri (Pisum sativum L.) yang disini merupakan sepasang daun yang lebar dan ikut serta menunaikan tugas daun sebagai alat untuk berasimilasi.

Ciri-ciri lain daripada daun majemuk adalah sebagai berikut :
1.      Pada suatu daun majemuk semua anak daun terjadi bersama – sama dan biasanya pun runtuh bersama – sama pula, sedang suatu cabang dengan daun – daun tunggal mempunyai daun yang tak sama umur maupun besarnya, dan tentu saja daun – daun tadi tidak runtuh bersama – sama.
2.      Pada suatu daun majemuk seperti daun tunggal pula terdapat pertumbuhan terbatas, artinya tidak bertambah panjang lagi dan ujungnya tidak mempunyai kuncup. Suatu cabang biasanya selalu bertambah panjang dan mempunyai sebuah kuncup diujungnya.
3.      Pada daun majemuk tak akan terdapat kuncup dalam ketiak anak daun, sedang pada suatu cabang biasanya dalam ketiak daunnya terdapat satu atau mungkin lebih dari satu kuncup.

Namun dari ciri daun majemuk diatas terdapat pula hal aneh seperti sebagai berikut :
1.      Pada pohon cerme (Phyllanthus acidus Skeels) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Kedua pohon ini mempunyai daun majemuk, tetapi daun majemuk ini sampai agak lama masih memperlihatkan pertumbuhan memanjang, sehingga anak daunnya mempunyai umur yang berbeda. Kita sering melihat anak daun pada pangkal ibu tangkai sudah runtuh, sedang pada ujungnya masih ada anak daun yang kelihatan segar (masih hijau).
2.      Pada tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dan kartu              (Sauropus androgynus Merr.) terdapat cabang-cabang dengan daun tunggal yang berseling, yang tumbuh mendatar dari batang pokok dan terbatas pertumbuhannya atau (tidak bertambah panjang lagi). Cabang – cabang berdaun ini akan kita kira-kira daun majemuk, tetapi dugaan itu keliru karena dari ketiak-ketiaknya pada waktu-waktu tertentu akan tampak keluar bunga yang kemudian jadi buah pula. Jika itu daun majemuk, padanya tak mungkin akan kita temukan bunga atau buah.

Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
1.      Daun majemuk menyirip (Pinnatus), jika anak daun tersusun seperti sirip pada kanan kiri ibu tangkainya,
2.      Daun majemuk menjari (Palmatus),
3.      Daun majemuk bangun kaki atau (Pedatus)
4.      Daun majemuk campuran (Digitato pinnatus)

1)      Daun majemuk menyirip (Pinnatus)
Yang dinamakan daun majemuk menyirip ialah daun majemuk yang anak daunnya terdapat dikanan kiri ibu tangkai daun. Jadi tersusun seperti sirip pada ikan.

Daun majemuk menyirip dapat dibedakan dalam beberapa macam :
a.       Daun majemuk menyirip beranak daun satu (Unifoliolatus).
Tanpa penyelidikan yang teliti daun ini tentu akan disebut sebagai daun tunggal, tetapi disini tangkai daun memperlihatkan suatu persendian (Articulatio), jadi helaian daun tidak langsung terdapat pada ibu tangkai. Sesungguhnya pada daun ini juga terdapat lebih daripada satu helaian daun, hanya saja yang lain – lainnya telah tereduksi, sehingga tinggal satu anak daun saja. Daun yang demikian ini biasanya kita dapati pada berbagai jenis pohon jeruk, a.l. jeruk besar         (Citrus maximo Merr.) jeruk nipis (Citrus aorantifolia Sw.), dll

b.      Daun majemuk menyirip genap (Abrupte pinnatus).
Biasanya disini terdapat sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan dikanan kiri ibu tulang, oleh sebab itu jumlah anak daunnya biasanya lalu menjadi genap. Akan tetapi, mengingat pada suatu daun majemuk menyirip anak –anak daun tidak selalu berpasang-pasangan, maka untuk menentukan apakah suatu daun majemuk menyirip genap atau tidak. Orang tidak lagi menghitung jumlah anak daun, tetapi melihat kepada ujung ibu tangkainya. Jika ujung ibu tangkai terputus, artinya pada ujung ibu tangkai tidak terdapat suatu anak daun, sehingga ujung ibu tangkai bebas. Atau kadang-kadang tertutup oleh suatu pucuk kecil yang mudah runtuh, maka hal itu berarti bahwa daun yang menyirip genap. Dengan keterangan ini jelaslah, bahwa satu daun majemuk menyirip genap mungkin mempunyai jumlah anak daun yang gasal. Daun majemu menyirip genap a.l. terdapat pada pohon asam (Tamarindus indica L.) yang anak daunnya berpasang – pasang, jadi jumlah anak daun benar genap. Daun majemuk menyirip genap, tetapi jumlah anak daunnya gasal dapat kita jumpai misalnya pada pohon leci (Litcichinensis sonn.) dan kepulasan (Nepphelium mutabile B.)

c.       Daun majemuk menyirip gasal (Imparipinnatus)
Juga disini yang menjadi pedoman ialah ada atau tidaknya satu anak daun yang menutup ujung ibu tangkainya. Ditinjau dari jumlah anak daunnya akan kita dapati bilangan yang benar-benar gasal jika anak daun berpasangan, sedang diujung ibu tangkai terdapat anak daun yang tersendiri (biasanya anak daun ini lebih besar daripada yang lainnya ), seperti dapat dilihat pada daun pacar Cina (Aglaia odorata Lour) dan mawar (Rosa sp.). Sebagai kebalikan daun majemuk menyirip genap yang dapat mempunyai jumlah anak daun yang gasal. Daun majemuk menyirip gasal dapat pula mempunyai jumlah anak daun yang genap. Seperti sering kita temukan pada pohon pacar Cina tersebut diatas.

Selain dari itu dapat pula suatu daun majemuk menyirip dibedakan lagi menurt duduknya anak-anak daun pada ibu tangkai, dan juga menurut besar kecilnya anak – anak daun yang terdapat pada satu ibu tangkai. Hingga kita dapati pula :
a.       Daun Majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang – pasangan, yaitu jika duduknya anak daun pada ibu tangkai berhadap-hadapan.

b.      Menyirip berseling, jika anak daun pada ibu tangkai duduknya berseling.

c.       Menyirip berselang seling (Interrupte pinnatus), yaitu jika anak – anak daun pada ibu tangkai berselang – seling pasangan anak daun yang lebar dengan pasangan anak daun yang sempit, misalnya pada anak daun tomat (Solanum lycopersicum L.)

Pada suatu daun majemuk dapat pula terlihat, bahwa anak daun tidak langsung duduk pada ibu tangkainya, melainkan pada cabang ibu tangkai tadi. Dalam hal demikian, dan majemuk lalu dinamakan daun majemuk rangkap atau daun majemuk ganda. Biasanya hanya daun majemuk menyiriplah yang dapat mempunyai sifat demikian, oleh sebab itu pula kalau ada daun majemuk ganda, maka biasanya adalah daun majemuk yang menyirip.
Daun majemuk menyirip ganda dapat dibedakan menurut letak anak daun pada cabang tingkat beberapa dari ibu tangkainya. Dengan demikian daun majemuk menyirip ganda dapat dibedakan dalam :
a.       majemuk menyirip ganda dua (Bipinnatus), jika anak daun duduk pada cabang tingkat satu ibu tangkai,

b.      majemuk menyirip ganda tiga (Tripinnatus), jika anak – anak daun duduk pada cabang tingkat dua dari ibu tangkai,

c.       majemuk menyirip ganda empat, dst

pada umumnya jarang dapat ditemukan daun yang menyirip ganda lebih dari tiga.
Daun yang menyirip ganda dibedakan lagi dalam :
a.       menyirip ganda dengan sempurna , yaitu jika tidak ada satu anak daunpun yang duduk pada ibu tangkai,
b.      menyirip ganda tidak sempurna, jika masih ada anak daun yang duduk langsung pada ibu tangkainya.
Yang menyirip ganda tidak sempurna biasanya hanyalah daun majemuk yang menyirip gasal saja, sedang yang dengan sempurna yang menyirip genap.

Berikut diberikan beberapa contoh daun yang menyirip ganda :
a.       daun majemuk menyirip genap dua dengan sempurna, misalnya daun kembang merak (Caesalpina pulcherrima Sw.) dan daun lamtoro (leucaena glauca Benth)
b.      daun majemuk menyirip gasal ganda dua daun tidak sempurna, misalnya daun kirinyu (Sambucus javanica Bl.)
c.       daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna, misalnya daun kelor (Moringa oleifera lamk)

2)      Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus)
Daun majemuk menjari ialah daun majemuk yang semua anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari – jari pada tangan.
Mengenai daun majemuk menjari ini tidak ada hal – hal yang begitu rumit seperti pada daun majemuk yang menyirip.

Berdasarkan jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat dibedakan seperti berikut :
a.       Beranak daun dua (Bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat dua anak daun, misalnya daun nam – nam (Cynometra caulifora L.)
b.      beranak daun tiga (Trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun, misalnya pada pohon para (Heveabrasiliensis Mueli). Daun majemuk yang beranak daun tiga, dapat pula kita jumpai pada daun majemuk yang menyirip, misalnya pada kacang panjang                        (Vigna sinensis Endl). Untuk membedakan apakah majemuknya menyirip atau menjari, harus diteliti benar mengenai titik pertemuan ketiga tangkai anak daunnya. Jika semua bertemu pada satu titik (ujung ibu tangkai), berarti menjari, jika tidak, menyirip. (Bandingkanlah dengan saksama daun para dengan daun kacang panjang)
c.       beranak daun lima (Quinquefoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat lima anak daun, misalnya daun maman (Gynandropsis pentandra Gaertn).

Jika daun majemuk menjari mempunyai tujuh anak daun atau lebih, maka dapat dikatakan saja beranak daun banyak (Polyfoliolatus), tidak usah lagi dihitung jumlah anak daun yang tepat, seperti misalnya pada daun randu       (Ceiba pentandra Gaerthn).
Seperti halnya dengan dua majemuk menyirip yang menyiripnya dapat bersifat ganda, maka dapat pula terjadi daun majemuk menjari yang bersifat ganda, misalnya :
·         Majemuk menjari beranak daun tiga ganda dua (biternatus). Sebagai contoh : Aegopodium dan Aquilegia vulgaris.
3)      Daun majemuk bangun kaki (Pedatus)
Daun ini mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun yang paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai, melainkan pada tangkai anak daun yang disampingnya, seperti terdapat pada Arisaema filiforme (Araceae).

4)      Daun majemuk campuran
Yang dimaksud dengan daun majemuk campuran adalah suatu daun majemuk ganda yang mempunyai cabang- cabang ibu tangkai ini terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip. Jadi daun majemuk campuran adalah daun sikejut (Mimosa pudica L.)

Jika diteliti benar, ternyata daun sikejut tidak merupakan daun majemuk campuran sejati, tetapi adalah daun majemuk menyirip genap ganda dua yang sempurna. Hanya saja pada daun ini letak kedua pasang cabang ibu tangkainya tadi sedemikian dekat satu sama lain, hingga seakan-akan terdapat empat cabang tangkai pada ujung ibu tangkai daunnya

B.     BUNGA MAJEMUK
Bunga majemuk adalah sekelompok kuntum bunga yang terangkai pada satu ibu tangkai bunga atau pada suatu susunan tangkai-tangkai bunga yang lebih rumit. Rangkaian bunga semacam ini sangat bervariasi, baik pada pola-pola dan kerapatan tangkai bunganya, kelengkapan bagian-bagian pendukungnya, duduk bunga pada tangkai (Filotaksi, phyllotaxy) dan lain-lain.
Susunan bunga majemuk juga biasa disebut dengan istilah perbungaan atau infloresens (Inflorescence). Dalam percakapan sehari-hari, sebagian perbungaan disebut sebagai "bunga" saja (atau variasinya), terlebih bila susunannya rapat atau kuntum-kuntum bunganya kecil-kecil, seperti misalnya bunga kenikir dan bunga kelapa (disebut mayang).

Bunga majemuk memiliki bagian-bagian yang bersifat seperti batang, seperti daun, serta bagian-bagian yang khas bunga, seperti mahkota bunga, putik, dan benangsari.
Bagian-bagian yang bersifat seperti batang, misalnya:
1.      Ibu tangkai bunga (peduncle, pedunculus), yakni tangkai utama yang mendukung keseluruhan bunga majemuk. Bagian ibu tangkai bunga di tengah-tengah perbungaan, di mana tangkai-tangkai bunga individual melekat, disebut rakis (rachis)
2.      Tangkai bunga (pedicel, pedicellus), yakni tangkai masing-masing kuntum bunga individual, dan
3.      Dasar bunga (receptacle, receptaculum), yakni ujung tangkai bunga yang mendukung bagian lain dari bunga.
Bagian-bagian yang bersifat seperti daun, misalnya:
1.      Daun pelindung (bract, bractea), yakni daun yang pada ketiaknya muncul ibu tangkai bunga.
2.      Daun tangkai (bracteole, bracteola), yakni daun (1–2 helai) yang muncul pada pangkai tangkai bunga.
3.      Kelopak bunga (calyx), pada bunga-bunga tunggal/individual.
4.      Seludang bunga (spatha), yakni daun pelindung besar yang menyelubungi seluruh bunga majemuk sebelum mekar, misalnya pada suku palem-paleman (Arecaceae).
5.      Daun pembalut (involucre, involucrum), yakni sejumlah daun pelindung yang tersusun dalam lingkaran mengitari dasar bunga majemuk. Misalnya pada Asteraceae.
6.      Daun kelopak tambahan (epicalyx), yakni sejumlah daun pelindung yang tersusun dalam lingkaran di bawah kelopak bunga. Misalnya pada marga Hibiscus.
Daun pelindung (bractea dan bracteola) bisa bervariasi bentuknya, mulai dari bentuk biasa sebagaimana daun normal, menyusut atau mengecil (rudimenter), atau menghilang. Perbungaan dengan daun-daun pelindung yang mengecil dan berbentuk khas disebut bracteate dan yang tanpa daun-daun pelindung disebut dengan istilah ebracteate. Perbungaan yang daun-daun pelindungnya serupa atau hampir serupa dengan daun normal disebut frondose.
Berdasarkan pertumbuhan pucuknya, dikenal adanya pertumbuhan monopodial dan simpodial. Kedua macam pertumbuhan itu juga tecermin dalam pertumbuhan bunga:
1.      Bunga majemuk tidak terbatas (Indeterminate): pertumbuhan monopodial. Pucuk ibu tangkai bunga tumbuh terus, dan bunga-bunga mekar dari bawah ke atas.
2.      Bunga majemuk terbatas (Determinate): pertumbuhan simpodial. Bunga yang paling ujung mekar dahulu dan layu, kemudian di bawahnya, lewat samping, muncul tangkai bunga yang lebih muda dan mekar. Demikian seterusnya.
Pada bunga majemuk terbatas, apabila mekarnya bunga yang paling ujung (terminal) diikuti dengan mekarnya bunga-bunga lain dari bawah ke atas, disebut akropetal. Apabila mekarnya bunga-bunga lain itu dari atas ke bawah, disebut basipetal; dan apabila mekarnya dari tengah-tengah ibu tangkai daun, disebut divergen.
Kelompok-kelompok perbungaan terutama dibedakan melalui sifat percabangannya. Di dalam kelompok-kelompok utama itu, pembedaan terutama berdasarkan sifat persilangan sumbu-sumbu pertumbuhan dan variasi model. Perbungaan dapat bersifat sederhana (tunggal, tidak bercabang) atau berganda (bercabang, dan bercabang-cabang lagi).
1)      Bunga majemuk sederhana
a.       Bunga majemuk sederhana tak terbatas (indeterminate)
Perbungaan sederhana tak terbatas disebut racemose, merujuk pada bentuk dasarnya yang berupa tandan (raceme, dari bahasa Latin: racemus, tandan anggur). Bentuk-bentuk lain perbungaan ini dapat diturunkan dari bentuk dasar ini dengan menyusutkan, menggembungkan, melebarkan, atau memipihkan ibu tangkai atau tangkai-tangkai bunganya. Beberapa bentuk peralihan yang meragukan dihilangkan di sini.
  1. Tandan (raceme, racemus, botrys), yakni dengan bunga-bunga individual bertangkai tertancap di sepanjang ibu tangkai bunga yang tak bercabang.
  2. Bulir (spike, spica), tandan dengan bunga-bunga individual tak bertangkai (duduk).
  3. Bunga cawan (corymb, corymbus), tandan dengan kuntum-kuntum bunga yang tangkainya bervariasi panjangnya, sedemikian sehingga permukaan atas bunga majemuknya mendatar atau agak menggembung.
  4. Bunga payung (umbel, umbella), tandan dengan ibu tangkai bunga yang pendek dan seberkas kuntum bunga yang tangkai-tangkainya muncul dari ketinggian yang sama.
  5. Tongkol (spadix), bulir dengan ibu tangkai yang menggembung; bunga-bunga duduk berjejalan, biasanya terlindungi atau dilengkapi dengan seludang. Misalnya suku keladi (Araceae), atau jagung (Zea mays).
  6. Bongkol (capitulum), tandan atau tongkol yang mengerut, bunga-bunga terangkai serupa bola. Contohnya bunga petai dan kerabatnya (Mimosoideae). Variasi dari bongkol adalah bunga piringan (anthodium) pada Compositae, dengan bunga-bunga tabung di bagian tengah dan bunga-bunga pita di tepinya.
  7. Untai (catkin, ament, amentum), bulir menggantung yang berisi bunga-bunga berkelamin tunggal seperti pada lada (Piper nigrum) atau sirih       (P. betle).
a.       Bunga majemuk sederhana terbatas (determinate)
Perbungaan sederhana terbatas disebut cymose, dari bentuk dasarnya yang disebut cyme (payung tambahan, dari bahasa Prancis cime yang berarti ‘puncak, paling atas’) Selanjutnya cymosa dibedakan lebih lanjut atas:
1.      Monochasium, yakni jika hanya ada satu sumbu sekunder yang tumbuh.
·         Kuncup sekunder selalu muncul pada sisi yang sama: helicoid cyme atau bostryx (bunga sekrup)
o   Tangkai-tangkai bunga yang baru tumbuh mengikuti satu bidang datar: drepanium (bunga sabit)
·         Kuncup sekunder muncul pada sisi-sisi secara bergantian: scorpioid cyme
o   Tangkai-tangkai bunga yang baru tumbuh membentuk semacam spiral: cincinnus (salah satu penciri suku Boraginaceae dan Commelinaceae)
o   Tangkai-tangkai bunga yang baru tumbuh zigzag mengikuti satu bidang datar: rhipidium (bunga kipas, seperti pada banyak anggota suku Iridaceae)
2.      Dichasial cyme, yakni jika ada dua sumbu sekunder yang tumbuh bersamaan.
·         Sumbu sekunder juga dichasial: dichasium (Karakteristik suku Caryophyllaceae)
·         Sumbu sekunder monochasial: double scorpioid cyme atau double helicoid cyme
Pleiochasium, yakni jika terdapat lebih dari dua sumbu sekunder yang tumbuh bersamaan.

Bunga majemuk sederhana terbatas ini juga bisa mengalami pemadatan sedemikian rupa sehingga menyerupai bunga payung (umbel). Nama yang tepat, dengan demikian, adalah umbelliform cyme; namun secara sederhana biasanya disebut bunga payung saja. Sementara yang lain, bisa menyerupai bentuk tandan (botrys) sehingga disebut botryoid, yakni tandan dengan bunga terminal. Bunga ini sering secara tidak tepat disebut sebagai bunga tandan (saja).

Bunga berkas (fascicle, fasciculus) adalah tandan (raceme) atau payung tambahan (cyme) yang tereduksi, sehingga bunga-bunganya tumbuh berjejalan pada ketinggian yang kurang lebih sama di ibu tangkai bunga. Berkas semu atau karangan semu (verticillaster) adalah bunga berkas yang memiliki struktur dichasium, yakni bunga-bunga yang terletak pada lingkaran sesungguhnya tersusun atas beberapa anak payung; bentuk ini umum dijumpai pada suku Labiatae (Lamiaceae). Karangan semu (verticillaster) yang ibu tangkai bunganya tereduksi bisa membentuk suatu bulir semu (spicate atau spicata), yang sering dianggap sebagai bulir (saja).

1)      Bunga majemuk berganda
Bunga-bunga majemuk berganda (synflorescences) bentuknya dapat ditelusuri menurut bentuk-bentuk bunga majemuk sederhana. Jika bunga-bunga majemuk sederhana tersusun dari kuntum-kuntum bunga individual yang terangkai menurut pola tertentu, maka bunga majemuk berganda tersusun dari serangkaian bunga-bunga majemuk sederhana, baik yang terbatas (cymose) maupun yang tidak terbatas (racemose).
Bunga majemuk berganda bisa berulang polanya dua kali, tiga kali (berganda tiga), atau lebih. Beberapa bentuknya demikian rumit sehingga sulit diusut akar polanya. Bunga majemuk berganda yang mengulang-ulang pola dasarnya dikenal dengan sebutan double inflorescence.
Bunga tandan berganda biasa disebut sebagai malai (panicle, paniculus), walau sebetulnya istilah malai yang sejati mengacu pada bentuk yang hampir serupa dengan itu. Malai ini dapat terbentuk tanpa suatu ‘tandan ujung’ dan disebut homoeothetic, atau dapat berakhir dengan tandan ujung (yang menggantikan posisi bunga terminal) dan disebut heterothetic. Bunga payung berganda atau bunga payung majemuk adalah bunga payung (umbel) yang kuntum-kuntum bunganya digantikan oleh payung-payung bunga.


{ 1 comments... read them below or add one }

  1. Howdy! This blog post couldn't be written much
    better! Looking at this article reminds me of my previous roommate!
    He constantly kept preaching about this.

    I most certainly will forward this article to him. Fairly certain he'll have a good read.
    I appreciate you for sharing!

    BalasHapus

- Copyright © ZeroMaru ZeOS Sprada - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by ZeroMaru ZeOS Sprada -