- Back to Home »
- Makalah »
- Dasar Dasar Ekologi : Faktor Pembatas Lingkungan Fisik
Posted by : Unknown
13 Des 2014
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan adalah suatu
sistem kompleks yang yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan organisme. Lingkungan tidak sam dengan habitat. Habitat adalah tempat di mana
organisme atau komunitas organisme hidup. Organisme terdapat di laut, di padang
pasir, di hutan dan lain sebagainya. Jadi habitat secara garis besar dapat
dibagi menjadihabitat darat dan habitat air.
Semua atau setiap faktor yang
mempengaruhi terhadap kehidupan dari suatu organisme dalam proses
perkembangannya disebut faktor lingkungan. Tumbuhan dan juga hewan dalam
ekosistem membentuk bagian hidup atau komponen biotik, komponen ini (jenis -
jenisnya) akan bertoleransi terhadap kondisi lingkungann tertentu. Dalam hal ini
tidak ada orbanisasi hidup berada dalam keadaan yang berdiri sendiri, harus
mempunyai kondisi – kondisi lingkungan yang menentukan kehidupannya.
Suatu lingkungan bersifat tiga dimensi
ruang dan berkembang berdasarkan waktu. Ini tidak berarti bahwa lingkungan
adalah seragam baik dalam waktu ruang maupun waktu. Pada kenyataannya faktor
lingkungan alami selalu memperlihatkan perubahan baik secara vertikal mauoun
lateral, dan dikaitkan dengan waktu, mereka juga memperlihatkan variasi baik
secara harian mauoun tahunan. Dengan demikian waktu dan ruang lebih tepat
dikatakan sebagai dimensi dari lingkungan, jadi bukan merupakan faktor atau
komponen lingkungan.
Untuk
memberikan gambaran yang lebih baik, bagaimana variasi lingkunagan di dalam
suatu ekosistem kita ambil contoh di suatu hutan. Secara vertikal akibat adanya
stratifikasi hutan maka kita akan ketahui baha terlihst perbedaan yang nyata
adanya radiasi dari suhu, cahaya, kelembaban, dan lain – lain. Suhu pada
permukaan tanah akan berbeda dengan suhu udara sekitarnya, demikiian juga
secara vertikal ke atas maupun ke dalam permukaan tanah akan terlihat adanya
gradiasi suhu ini. Demikian juaga secara lateral meskipun gambarannya tidak
sejelas perubahan vertikal tadi, akibat perbedaan stratifikasi dan mungkin topografi
berbagai faktor lingkungan akan berada di suatu tempat ke tempat lainnya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa itu lingkungan?
2. Apa saja komponen lingkungan?
3. Apa faktor pembatas lingkungan?
1.3
Tujuan
1.
Kita dapat mengetahui apa pengertian lingkungan
2.
Kita dapat mengetahui apa saja komponen dari
linkungan
3.
Kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi
pembatas linkungan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang
mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral,
serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan juga merupakan sistem kompleks yang dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup dan merupakan
ruang tiga dimensi, dimana makhluk hidupnya sendiri merupakan salah satu
bagiannya.
Lingkungan bersifat dinamis berubah setiap saat.
Perubahan yang terjadi dari faktor lingkungan akan mempengaruhi makhluk hidup
dan respon makhluk hidup terhadap faktor tersebut yang akan berbeda-beda
menurut skala ruang dan waktu, serta kondisi makhluk hidup.
Faktor-faktor lingkungan mempengaruhi suatu organisme
secara sendiri-sendiri atau kombinasi dari berbagai faktor. Pengaruhnya dapat
menentukan kehadiran atau keberadaan dan proses kehidupan makhluk hidup.
Terdapat berbagai prinsip yang mendasari hubungan
makhluk hidup dengan lingkungannya, seperti makhluk hidup tidak dapat hidup
pada lingkungan yang hampa udara; segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
makhluk hidup akan membentuk lingkungan atau faktor lingkungan yang terdiri
dari faktor lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Setiap jenis, individu,
kelompok atau umur makhluk hidup dipengaruhi atau membutuhkan faktor lingkungan
yang berbeda-beda.
Komponen-komponen lingkungan terdiri dari
faktor-faktor lingkungan fisika-kimiawi dan biologi, seperti energi, tanah,
gas-gas atmosfir, tumbuhan hijau, manusia atau dekomposer.
Dari analisis faktor-faktor lingkungan berdasarkan
aspek faktor lingkungan yang penting, terdapat macam-macam faktor lingkungan,
seperti faktor iklim, geografis dan edafis (lingkungan abiotik) dan faktor
tumbuhan, hewan, dekomposer, dan manusia sebagai lingkungan biotik.
2.2 Komponen Lingkungan
Lingkungan merupakan bagian yang
kompleks dari berbagai faktor yang saling berinterakasi satu sama lainnya.
Tidak saja antara biotik dan abiaotik tetapi juga antara biotik itu sendiri dan
antara abiotik dengan abiotik. Dengan demikian secara operasional adalah sulit
untuk memisahkan satu faktor terhadap lainnya tanpa mempengaruhi kondisi secara
keseluruhan. Meskipun demikian untuk memahami struktur dan berfungsinya faktor
lingkungan ini, secara abstrak kita dapat bagi faktor lingkungan ini ke dalam
komponen – komponennya. Berbagai cara di lakukan oleh pakar ekologi dalam
pembagian komponen lingkungan ini, salah satunya adalah:
a) Faktor Iklim, meliputi parameter iklim utama
seperti cahaya, suhu,, ketersediaan air dan angin.
b) Faktor tanah, merupakan karakteristika dari
tanah seperti nutrisi tanah, reaksi tanah, kadar air tanah, dan kondisi fisika
tanah.
c) Faktor topografi, yaitu meliputi pengaruh
dari terrain seperti sudut kemiringan, aspek kemiringan dan kketinggian tempat
dari muka laut.
d) Faktor biotik, merupakan gambaran semua
interaksi dari organisme hidup seperti kompetisi, peneduhan dan lain – lain.
Cara lain untuk menggambarkan pembagian
komponen lingkungan ini seperti yang diungkapkan oleh Billinga (1965), ia
membaginya dalam dua komponen utama yaitu komponen fisik atau abiotik dengan
komponen hidup atau biotik, yang masing – masing komponen dijabarkan dalam
berbagai faktor – faktornya.
Faktor fisik/abiotik
|
Faktor hidup/biotik
|
Energi
Radiasi
Suhu dan aliran
Panas
Air
Atmosfera dan angin
Api
Gravitasi
Topografi
Geologi
Tanah
|
Tumbuhan hijau
Tumbuhan tidak hijau
Pengurai
Parasit
Symbion
Hewan
Manusia
|
2.3 Konsep Faktor Pembatas
Organisme hidup di alam di
kontrol tidak hanya oleh suplai materi yang minimum diperlukannyatetapi juga oleh
faktor – faktor lainnya yang keadaannya kritis. Faktor apapun yang kuran atau
melebihi batas toleransi mungkin akan merupakan pembatas dalam penyebaran
jenis.
Memang sulit menentukan di
alam faktor – faktor pembatas ini, karena masalah yang erat kaitannya dengan
pemisahan pengaruh setiap komponen lingkungan secara terpisah di habitatnya.
Nilai lebih dari penggabungan konsep faktor pembatas adalah dalam memberikan
pola atau arahan dalam kajian hubungan – hubungan yang kompleks dari faktor lingkungan ini.
Para pakar ekologi sekarang
menyadari bahwa terlalu banyak perhatian ditujukan pada kajian – kajian
toleransi dan faktor – faktor pembatas itu sendiri. Kajian hendaknya di arahkan
untuk mempelajari bagaimana tumbuhan dan hewan berkembang untuk mennguasai
habitat tertentu dan menghasilkan kisaran toleransi terhadap faktor – faktor
lingkungan yang sesuai untuk bisa mempertahankan diri.
Meskipun hukum shelford ini
pada dasarnya benar, tetapi sekarang para pakar ekologi berpendirian bahwa
pendapat ini terlalu kaku. Akan lebih bermanfaat apabila mennghubungkan konsep
minimum dengan konsep toleransi ini untuk mendapatkan gambaran yang umum
tentang konsep faktor pembatas. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
kehadiran dan keberhasilan dari organisme hidup tergantung pada kondisi –
kondisi yang tidak sederhana.
Kajian – kajian ekologi
toleransi yang didasarkan pada pemikiran Liebig dan Shelford pada umumya tidak
menjawab pertanyaan ekologi mendasar, bagaimana jenis – jenis teradaptasi
terhadap beberapa faktor yang membatasinya. Pandangan ekologi yang lebih
berkembang adalah memikirkan perkembangan jenis untuk mencapai suatu kehidupan
dengan memperhatiakan kisaran toleransi dalam pola hidupnya. Pendekatan ini
menekankan pentingnya evolusi yang membawa pengertian yang lebih baik hubungan
antara individu suatu jenis dengan habitatnya.
2.4 Lingkungan sebagai Faktor Pembatas
2.4.1
Justus von Liebig
Justus von Liebig (1840) adalah seorang
pionir yang mempelajari faktor – faktor lingkungan dan menjelaskan bahwa
pertumbuhan dari tanaman tergantung pada sejumlah bahan makanan yang berada
dalam kuantitas terbatas atau sedikit sekali. Penemuannya kemudian lebih
dikenal sebagai "Hukum Minimum
Liebig".
Hukum minimum hanya berperan
dalam air untuk materi kimia yang diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi.
Liebig tidak mempertimbangkan peranan faktor lainnya, baru kemudian penelitian
lainnya mengembangkan pernyataannya yang menyangkut faktor suhu dan cahaya.
Sebagai hasil penelitiannya mereka menambahkan dua pernyataan yaitu:
a) Hukum ini berlaku hanya
dalam kondisi keseimbangan yang dinamis atau stesdy-state. Apabila masukan dan
keluaran energi dan materi dari yang diperlukan akan berubah terus dan hukum
minimum tidak berlaku.
b) Hukum minimum harus
memperhitungkan juga adanya interaksi di antara faktor – faktor lingkungan.
Konsentrasi yang tinnggi atau ketersediaan yang melimpah dari suatu substansi
mungkin akann mempengaruhi laju pemakaian dari substansi lain dalam jumlah yang
minimum. Sering juga terjadi organisme hidup memanfaatkan unsur kimia tambahan
yang mirip dengan yang diperlukan yang ternyata tidak ada di habitatnya. Contoh
yang baik adalah tidak adanya kalsium di suatu habitat tetapi stronsium
melimpah, beberapa moluska mampu memanfaatkan stronsium ini untuk membentuk
cangkangnya.
Dalam ekologi tumbuhan
faktor lingkungan sebagai faktor ekologi dapat dianalisis menurut
bermacam-macam faktor. Satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut dikatakan
penting jika dapat mempengaruhi atau dibutuhkan, bila terdapat pada taraf
minimum, maksimum atau optimum menurut batas-batas toleransinya.
Sifat toleransi dan
penyesuaian diri yang diperlihatkan oleh tumbuh-tumbuhan atau bagian dari
anggota tubuhnya terhadap sesuatu perubahan kondisi atau keadaan dari
faktor-faktor lingkungan tertentu dinamakan adaptasi, yang dapat diperoleh
secara heriditer (dikontrol secara genetis) atau oleh induksi sesuatu factor
lingkungan dan habitatnya.
Tumbuhan untuk dapat hidup
dan tumbuh dengan baik membutuhkan sejumlah nutrien tertentu (misalnya
unsur-unsur nitrat dan fosfat) dalam jumlah minimum. Jika hal tersebut tidak
terpenuhi maka pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu. Dalam hal ini
unsur-unsur tersebut sebagai faktor ekologi berperan sebagai faktor pembatas.
Faktor-faktor lingkungan
sebagai faktor pembatas ternyata tidak saja berperan sebagai faktor pembatas
minimum, tetapi terdapat pula faktor pembatas maksimum. Bagi tumbuhan tertentu
misalnya factor lingkungan seperti suhu udara atau kadar garam (salinitas) yang
terlalu rendah/sedikit atau terlalu tinggi/banyak dapat mempengaruhi berbagai
proses fisiologinya. Faktor-faktor lingkungan tersebut dinyatakan penting jika
dalam keadaan minimum, maksimum atau optimum sangat berpengaruh terhadap proses
kehidupan tumbuh-tumbuhan menurut batas-batas toleransi tumbuhannya.
2.4.2
V.E. Shelford
Faktor-faktor lingkungan
penting yang berperan sebagai sifat toleransi faktor pembatas minimum dan
faktor pembatas maksimum yang pertama kali dinyatakan oleh V.E. Shelford (1913), kemudian dikenal sebagai "Hukum Toleransi Shelford". Shelford
menyebutkan bahwa tumbuhan dapat mempunyai kisaran toleransi terhadap
faktor-faktor lingkungan yang sempit (steno) untuk satu faktor lingkungan dan
luas (eury) untuk faktor lingkungan yang lain. Suatu jenis tumbuhan yang
mempunyai toleransi yang luas sebagai faktor pembatas cenderung mempunyai
sebaran jenis yang luas. Masa reproduksi merupakan masa yang kritis untuk
tumbuhan jika faktor lingkungan dan habitatnya dalam keadaan minimum.
Dalam ekologi pernyataan
taraf relatif terhadap faktor-faktor lingkungan dinyatakan dengan awalan steno
(sempit) atau eury (luas) pada kata yang menjadi faktor lingkungan tersebut.
Misalnya toleransi yang sempit terhadap suhu udara disebut stenotermal atau
toleransi yang luas terhadap kadar pH tanah, disebut euryionik.
Toleransi
Sempit
|
Toleransi
Luas
|
Faktor
Lingkungan
|
Stenotermal
|
Iritermal
|
Suhu
|
Stenenohidrik
|
Irihidrik
|
Air
|
Stenohalin
|
Irihalin
|
Sallinitas
|
Stenofagik
|
Irifagik
|
Makanan
|
Stenoedafik
|
Iriedafik
|
Tanah
|
Stenoesius
|
Iriesius
|
Seleksi habitat
|
Shelford menyatakan bahwa
jenis – jenis dengan kisaran toleransi yang luas untuk berbagai faktor
lingkungan akan menyebar secara luas.
Ia juga menambahkan bahwa
dalam fase reproduksi dari daur hidupnya faktor – faktor lingkungan lebih
membatasinya. Biji, telur dan embrio mempunyai irisan yang sempit jika
dibandingkan dengan fase dewasanya.
Hasil dari shelford telah
memberikan doronngan dalam kajian berbagai ekologi toleransi. Berbagai
percobaan dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan atau menentukan kisaran toleransi dari individu
suatu jenis terhadap pencemar air yang akan sedikit memberikan gambaran dalam
penyebarannya.
Shelford sendiri memberikan
penjelasan dalam hukumnya bahwa reaksi suatu organisme terhadap faktor
lingkungan tertentu mempunyai hubungan yang erat dengan kondisi lingkkungan
lainnya, misalnya apabila Nitrat dalam tanah terbatas jumlahnya, maka
resistansi rumput terhadap kekeringan menurun. Dengan demikian kajian
laboratorium (kondisi buatan) dari sustu jenis terhadap satu faktor lingkungan
akan memberikan gambran yang tidak utuh.
Shelford juga melihat
kenyataan bahwa sering organisme hidup, tumbuhan dan atau hewan, hidup berada
pada kondisi tempat yang tidak optimum. Karena berada pada kondisi yang tidak
optimum ini akibat kompetisi dengan jenis lainnya, sehingga berada pada keadaan
yanng lebih efektif dalam hidupnya. Misalnya berbagai tumbuhan di padang pasir
sesunggguhnya akan tumbuh lebih baik di tempat yang lembab, tetapi mereka
memilih padang pasir karena adanya keuntungan ekologi yang lebih. Demikian juga
dengan anggrak sebenarnya kondisi
optimumnya berada pada keadaan penyinaran yang langsung, tetapi mereka hidup di
bawah naungan karena faktor kelembaban sangat menguntungkan.
Pengaruh faktor-faktor
lingkungan dan kisarannya untuk suatu tumbuh-tumbuhan berbeda-beda, karena satu
jenis tumbuhan mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda menurut habitat
dan waktu yang berlainan. Tetapi pada dasarnya secara alami kehidupannya
dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas unsur-unsur faktor lingkungan tertentu
(seperti nutrien dan faktor fisik, misalnya suhu udara) sebagai kebutuhan
minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor atau sejumlah faktor
lingkungan tersebut.
Pengertian tentang faktor
lingkungan sebagai faktor pembatas kemudian dikenal sebagai Hukum faktor
pembatas, yang dikemukakan oleh F.F Blackman, yang menyatakan: jika semua
proses kebutuhan tumbuhan tergantung pada sejumlah faktor yang berbeda-beda,
maka laju kecepatan suatu proses pada suatu waktu akan ditentukan oleh faktor
yang pembatas pada suatu saat.
Seorang ahli ekologi Jerman Friedrich (1927), menyatakan bahwa hubungan antara komunitas dan
lingkungannya bersifat holocoenotik. Ini berarti bahwa tidak ada dinding pemiah
antara lingkungan dengan organisme atau komunitas biologis yang ada. Ekosistem
beraksi sebagi keseluruhan, sulit untuk memisahkan satu faktor atau satu
organisme di dalam tanpa mengganggu komponen ekosistem lain. Malahan setiap
organisme merupakan lingkungan dari organisme lain. Kebutuhan dari sustu
populasi akan berubah dengan adanya faktor waktu atau masa atau seleksi alam di
dalam siklus kehidupan suatu organisme.
2.5 Faktor Fisik sebagai Pembatas
Dengan mengetahui faktor
pembatas (limiting factor) suatu organisme dalam suatu ekosistem maka dapat
diantisipasi kondisi-kondisi di mana organisme tidak dapat bertahan hidup.
Umumnya suatu organisme yang
mempunyai kemampuan untuk melewati atau melampaui faktor pembatasnya maka ia
memiliki toleransi yang besar dan kisaran geografi penyebaran yang luas pula.
Sebaliknya jika organisme tersebut tidak mampu melewatinya maka ia memiliki
toleransi yang sempit dan memiliki kisaran geografi penyebaran yang sempit
pula.
Tidak sedikit didapati pula
bahwa ada organisme tertentu yang tidak hanya beradaptasi dengan faktor
pembatas lingkungan fisik saja, tetapi mereka bisa memanfaatkan periodisitas
alami untuk mengatur dan memprogram kehidupannya guna mengambil keuntungan dari
keadaan tersebut
Faktor pembatas fisik bagi
suatu organisme kita kenal secara luas di antaranya faktor cahaya matahari,
suhu, ketersediaan sejumlah air, gabungan antara faktor suhu dan kelembaban,
dan lain sebagainya.
2.6 Faktor Pembatas Fisik dan Indikator Ekologi
Kehadiran atau keberhasilan
suatu organisme atau kelompok organisme terganltung kepada komples keadaan.
Kadaan yang manapun yang.mendekati atau melampaui batas-batas toleransi
dinamakan sebagai yang membatasi atau faktor pembatas. Dengan adanya faktor pembatas
ini semakin jelas kemungkinannya apakah suatu organisme akan mampu bertahan dan
hidup pada suatu kondisi wilayah tertentu.
Jika suatu organisme
mempunyai batas toleransi yang lebar untuk suatu faktor yang relatif mantap dan
dalam jumlah yang cukup, maka faktor tadi bukan merupakan faktor pembatas.
Sebaliknya apabia organisme diketahui hanya mempunyai batas-batas toleransi
tertentu untuk suatu faktor yang beragam, maka faktor tadi dapat dinyatakan
sebagai faktor pembatas. Beberapa keadaan faktor pembatas, termasuk diantaranya
adalah temperatur, cahaya, air, gas atmosfir, mineral, arus dan tekanan, tanah,
dan api. Masing-masing dari organisme mempunyai kisaran kepekaan terhadap
faktor pembatas.
Dengan adanya faktor
pembatas, dapat dianggap faktor ini bertindak sebagai ikut menseleksi organisme
yang mampu bertahan dan hidup pada suatu wilayah. Sehingga seringkali didapati
adanya organisme-organisme tertentu yang mendiami suatu wilayah tertentu.pula.
Organisme ini disebut sebagai indikator biologi (indikator ekologi) pada
wilayah tersebut.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
makalah “Faktor Pembatas Lingkungan Fisik” diatas, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Semua atau setiap faktor
yang mempengaruhi terhadap kehidupan dari suatu organisme dalam proses
perkembangannya disebut faktor lingkungan. Tumbuhan dan juga hewan dalam
ekosistem membentuk bagian hidup atau komponen biotik, komponen ini (jenis -
jenisnya) akan bertoleransi terhadap kondisi lingkungann tertentu.
2. Hukum minimum hanya berperan
dalam air untuk materi kimia yang diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi.
Liebig tidak mempertimbangkan peranan faktor lainnya, baru kemudian penelitian
lainnya mengembangkan pernyataannya yang menyangkut faktor suhu dan cahaya.
3. Pengaruh faktor-faktor
lingkungan dan kisarannya untuk suatu tumbuh-tumbuhan berbeda-beda, karena satu
jenis tumbuhan mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda menurut habitat
dan waktu yang berlainan. Tetapi pada dasarnya secara alami kehidupannya
dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas unsur-unsur faktor lingkungan tertentu
(seperti nutrien dan faktor fisik, misalnya suhu udara) sebagai kebutuhan
minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor atau sejumlah faktor
lingkungan tersebut.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah “Faktor Pembatas Lingkungan Fisik” semoga
pembaca dapat memberikan saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA