- Back to Home »
- Makalah »
- Genetika : Dasar - Dasar Pewarisan Mendel
Posted by : Zero Kun
11 Jan 2015
DASAR-DASAR PEWARISAN MENDEL
1.1 Latar Belakang
Seorang biarawan dari Austria,
bernama Gregor Johann Mendel, menjelang akhir abad ke-19 melakukan serangkaian
percobaan persilangan pada kacang ercis (Pisum
sativum). Dari percobaan yang dilakukannya selama bertahun-tahun tersebut,
Mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat, yang kemudian
menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu
pengetahuan. Berkat karyanya inilah, Mendel diakui sebagai Bapak Genetika.
Mendel memilih kacang ercis
sebagai bahan percobaannya, terutama karena tanaman ini memiliki beberapa
pasang sifat yang sangat mencolok perbedaannya, misalnya warna bunganya mudah
sekali untuk dibedakan antara yang ungu dan yang putih. Selain itu, kacang
ercis merupakan tanaman yang dapat menyerbuk sendiri, dan dengan bantuan
manusia, dapat juga menyerbuk silang. Hal ini disebabkan oleh adanya bunga
sempurna, yaitu bunga yang mempunyai alat kelamin jantan dan betina.
Pertimbangan lainnya adalah bahwa kacang ercis memiliki daur hidup yang relatif
pendek, serta mudah untuk ditumbuhkan dan dipelihara. Mendel juga beruntung,
karena secara kebetulan kacang ercis yang digunakannya merupakan tanaman
diploid (mempunyai dua perangkat kromosom). Seandainya ia menggunakan organisme
poliploid, maka ia tidak akan memperoleh hasil persilangan yang sederhana dan
mudah untuk dianalisis.
2.1
Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan antara dua
individu dengan hanya fokus pada sebuah sifat yang berbeda dari sebuah
karakter pada tanaman sejenis. Persilangan ini sering dikenal dengan persilangan
satu sifat beda.
Konsep Kenampakan karakter sebuah individu dipengaruhi
oleh susunan basa nitogen di dalam kromosom. Di dalam kromosom terdapat
segmen-segmen DNA yang berisi informasi yang akan diwariskan kepada
keturunannya, segmen DNA dalam kromosom ini disebut dengan gen. Jadi gen adalah
sesuatu yang mempengaruhi kenampakan sebuah karakter.
Konsep Kenampakan karakter sebuah individu dipengaruhi
oleh susunan basa nitogen di dalam kromosom. Di dalam kromosom terdapat
segmen-segmen DNA yang berisi informasi yang akan diwariskan kepada
keturunannya, segmen DNA dalam kromosom ini disebut dengan gen. Jadi gen adalah
sesuatu yang mempengaruhi kenampakan sebuah karakter.
Konsep mengenai Kromosom selalu berpasangan, kromosom
pasangannya disebut dengan kromosom homolog. oleh karena itu keberadaan gen
yang mempengaruhi karakter yang sama dapat dijumpai pada di kromosom
homolognya. Hanya saja pengaruhnya bisa sama ataupun berbeda.
Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada
pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan
pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari
induknya.
Contoh dari terapan Hukum Mendell I adalah persilangan monohibrid dengan dominansi. Persilangan dengan
dominansi adalah persilangan suatu sifat beda dimana satu sifat lebih kuat
daripada sifat yang lain. Sifat yang kuat disebut sifat dominan dan bersifat
menutupi, sedangkan yang lemah/tertutup disebut sifat resesif. Perhatikan
contoh berikut ini:
Disilangkan antara mawar merah yang bersifat dominan
dengan mawar putih yang bersifat resesif. Persilangan monohibrid dengan kasus intermediet
Sifat intermediet adalah sifat yang sama kuat, jadi tidak ada yang dominan ataupun resesif. Contoh: disilangkan antara mawar merah dengan mawar putih
Sifat intermediet adalah sifat yang sama kuat, jadi tidak ada yang dominan ataupun resesif. Contoh: disilangkan antara mawar merah dengan mawar putih
Dari percobaan yang lain terdapat penyimpangan dari
hukum mendel yaitu kodominan, lethal.
2.1.1 Kondominan
Merupakan aksi gen yang tidak dapat menutupi aksi gen
resesif atau ekspresi gen yang tidak dapat menutupi ekspresi gen resesif secara
sempurna, sehingga individu heterozigot akan memunculkan sifat antara. Contoh:
anjing husky bermata biru (BB) dengan husky bermata coklat (bb) akan
menghasilkan keturunan yang berwarna mata ganda (Bb).
P BB x
bb
gamet B b
F1 Bb = warna mata ganda
Bb x
Bb
F2 BB, Bb, Bb, bb
BB = warna mata biru
Bb = warna mata ganda
Bb = warna mata ganda
bb = warna mata coklat
Jadi, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa keturunannya akan menghasilkan 3 phenotip dengan
perbandingan 1:2:1.
2.1.2 Letal
Merupakan persilangan yang akan menyebabkan kematian
terhadap individu homozigot (embrio). Macam-macam gen letal yaitu: gen letal
dominan dan gen letal resesif. contoh: sesama ayam redep ( Cc ) dikawinkan
normal = CC
letal = cc
P Cc x
Cc
|
CC, Cc, Cc, cc
CC = normal
Cc = redep
Cc = redep
cc = letal
Jadi, perbandingan
nya yaitu 1:2:1.
Secara garis besar,
hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur
variasi pada karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel;
alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil,
misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar,
dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua
jantan (misalnya ww) dan satu dari tetua betina (misalnya RR).
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda
(Sb dan sB pada gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan
(nampak secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
2.2 Persilangan Dihibrid
Hukum
Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment, menyatakan:
apabila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau
lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat
pasangan lainnya. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda)
atau lebih. Persilangan Dihibrid adalah Persilangan yang melibatkan pola pewarisan dua
macam sifat seketika. Contoh: disilangkan ercis
berbiji bulat warna kuning (dominan) dengan ercis berbiji kisut warna hijau
(resesif)
2.3 Modifikasi Nisbah Mendel
Percobaan-percobaan
persilangan sering kali memberikan hasil yang seakan-akan menyimpang dari hukum
Mendel. Dalam hal ini tampak bahwa nisbah fenotipe yang diperoleh mengalami
modifikasi dari nisbah yang seharusnya sebagai akibat terjadinya aksi gen
tertentu. Secara garis besar modifikasi nisbah Mendel dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu modifikasi nisbah 3 : 1 dan modifikasi nisbah 9 : 3 : 3 :
1.
2.3.1 Modifikasi Nisbah 3 : 1
Ada
tiga peristiwa yang menyebabkan terjadinya modifikasi nisbah 3 : 1, yaitu semi
dominansi, kodominansi, dan gen letal.
·
Semi dominansi
Peristiwa
semi dominansi terjadi apabila suatu gen dominan tidak menutupi pengaruh alel
resesifnya dengan sempurna, sehingga pada individu heterozigot akan muncul
sifat antara (intermedier). Dengan
demikian, individu heterozigot akan memiliki fenotipe yang berbeda dengan
fenotipe individu homozigot dominan. Akibatnya, pada generasi F2
tidak didapatkan nisbah fenotipe 3 : 1, tetapi menjadi 1 : 2 : 1 seperti halnya
nisbah genotipe.
Contoh
peristiwa semi dominansi dapat dilihat pada pewarisan warna bunga pada tanaman
bunga pukul empat (Mirabilis jalapa).
Gen yang mengatur warna bunga pada tanaman ini adalah M, yang menyebabkan bunga
berwarna merah, dan gen m, yang menyebabkan bunga berwarna putih. Gen M tidak
dominan sempurna terhadap gen m, sehingga warna bunga pada individu Mm bukannya
merah, melainkan merah muda. Oleh karena itu, hasil persilangan sesama genotipe
Mm akan menghasilkan generasi F2 dengan nisbah fenotipe merah :
merah muda : putih = 1 : 2 : 1.
·
Kodominansi
Seperti
halnya semi dominansi, peristiwa kodominansi akan menghasilkan nisbah fenotipe
1 : 2 : 1 pada generasi F2. Bedanya, kodominansi tidak memunculkan
sifat antara pada individu heterozigot, tetapi menghasilkan sifat yang
merupakan hasil ekspresi masing-masing alel. Dengan perkataan lain, kedua alel
akan sama-sama diekspresikan dan tidak saling menutupi.
Peristiwa
kodominansi dapat dilihat misalnya pada pewarisan golongan darah sistem ABO
pada manusia (lihat juga bagian pada bab ini tentang beberapa contoh alel
ganda). Gen IA dan IB
masing-masing menyebabkan terbentuknya antigen A dan antigen B di dalam
eritrosit individu yang memilikinya. Pada individu dengan golongan darah AB
(bergenotipe IAIB) akan terdapat baik antigen A maupun
antigen B di dalam eritrositnya. Artinya, gen IA dan IB
sama-sama diekspresikan pada individu heterozigot tersebut.
Perkawinan
antara laki-laki dan perempuan yang masing-masing memiliki golongan darah AB
dapat digambarkan seperti pada diagram berikut ini.
IAIB
x IAIB
ê
1 IAIA
(golongan darah A)
2 IAIB
(golongan darah AB)
1 IBIB
(golongan darah B)
Golongan darah A :
AB : B = 1 : 2 : 1
Diagram persilangan sesama individu bergolongan darah AB
·
Gen letal
Gen
letal ialah gen yang dapat mengakibatkan kematian pada individu homozigot.
Kematian ini dapat terjadi pada masa embrio atau beberapa saat setelah
kelahiran. Akan tetapi, adakalanya pula terdapat sifat subletal, yang
menyebabkan kematian pada waktu individu yang bersangkutan menjelang dewasa.
Ada dua
macam gen letal, yaitu gen letal dominan dan gen letal resesif. Gen letal
dominan dalam keadaan heterozigot dapat menimbulkan efek subletal atau kelainan
fenotipe, sedang gen letal resesif cenderung menghasilkan fenotipe normal pada
individu heterozigot.
Peristiwa letal dominan antara lain dapat
dilihat pada ayam redep (creeper),
yaitu ayam dengan kaki dan sayap yang pendek serta mempunyai genotipe
heterozigot (Cpcp). Ayam dengan genotipe CpCp mengalami kematian pada masa
embrio. Apabila sesama ayam redep dikawinkan, akan diperoleh keturunan dengan
nisbah fenotipe ayam redep (Cpcp) : ayam normal (cpcp) = 2 : 1.
Hal ini karena ayam dengan genotipe CpCp tidak pernah ada.
Sementara
itu, gen letal resesif misalnya adalah gen penyebab albino pada tanaman jagung.
Tanaman jagung dengan genotipe gg akan mengalami kematian setelah cadangan
makanan di dalam biji habis, karena tanaman ini tidak mampu melakukan
fotosintesis sehubungan dengan tidak adanya khlorofil. Tanaman Gg memiliki
warna hijau kekuningan, sedang tanaman GG adalah hijau normal. Persilangan
antara sesama tanaman Gg akan menghasilkan keturunan dengan nisbah fenotipe
normal (GG) : kekuningan (Gg) = 1 : 2.
2.3.2 Modifikasi Nisbah 9 : 3 : 3 : 1
Modifikasi
nisbah 9 : 3 : 3 : 1 disebabkan oleh peristiwa yang dinamakan epistasis, yaitu
penutupan ekspresi suatu gen nonalelik. Jadi, dalam hal ini suatu gen bersifat
dominan terhadap gen lain yang bukan alelnya. Ada beberapa macam epistasis,
masing-masing menghasilkan nisbah fenotipe yang berbeda pada generasi F2.
Epistasis resesif
Peristiwa
epistasis resesif terjadi apabila suatu gen resesif menutupi ekspresi gen lain
yang bukan alelnya. Akibat peristiwa
ini, pada generasi F2 akan diperoleh nisbah fenotipe 9 : 3 :
4.
Contoh
epistasis resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu mencit (Mus musculus). Ada dua pasang gen nonalelik yang mengatur
warna bulu pada mencit, yaitu gen A menyebabkan bulu berwarna kelabu, gen a
menyebabkan bulu berwarna hitam, gen C menyebabkan pigmentasi normal, dan gen c
menyebabkan tidak ada pigmentasi. Persilangan antara mencit berbulu kelabu
(AACC) dan albino (aacc) dapat digambarkan seperti pada diagram berikut ini.
P
: AACC
x aacc
kelabu albino
ê
F1
: AaCc
kelabu
F2
: 9
A-C- kelabu----------
3
A-cc albino----------kelabu : hitam : albino=
3
aaC- hitam---------- 9 :
3 : 4
1 aacc
albino ----------
Diagram persilangan epistasis
resesif
·
Epistasis dominan
Pada
peristiwa epistasis dominan terjadi penutupan ekspresi gen oleh suatu gen
dominan yang bukan alelnya. Nisbah fenotipe pada generasi F2 dengan
adanya epistasis dominan adalah 12 : 3 : 1.
Peristiwa epistasis dominan dapat dilihat
misalnya pada pewarisan warna buah waluh besar (Cucurbita pepo). Dalam hal ini terdapat gen Y yang menyebabkan
buah berwarna kuning dan alelnya y yang menyebabkan buah berwarna hijau. Selain
itu, ada gen W yang menghalangi pigmentasi dan w yang tidak menghalangi
pigmentasi. Persilangan antara waluh
putih (WWYY) dan waluh hijau (wwyy) menghasilkan nisbah fenotipe generasi F2
sebagai berikut.
P :
WWYY x wwyy
putih hijau
ê
F1 : WwYy
putih
F2 : 9 W-Y- putih
3 W-yy putih putih : kuning : hijau =
3
wwY- kuning 12 :
3 : 1
1
wwyy hijau
Diagram persilangan epistasis dominan
·
Epistasis resesif ganda
Apabila
gen resesif dari suatu pasangan gen, katakanlah gen I, epistatis terhadap
pasangan gen lain, katakanlah gen II, yang bukan alelnya, sementara gen resesif
dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I, maka epistasis
yang terjadi dinamakan epistasis resesif ganda.
Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 9 : 7 pada generasi F2.
Sebagai
contoh peristiwa epistasis resesif ganda dapat dikemukakan pewarisan kandungan
HCN pada tanaman Trifolium repens.
Terbentuknya HCN pada tanaman ini dapat dilukiskan secara skema sebagai
berikut.
gen
L
gen H
ê
ê
Bahan dasar enzim L glukosida sianogenik enzim H HCN
Gen L menyebabkan terbentuknya enzim L yang
mengatalisis perubahan bahan dasar menjadi bahan antara berupa glukosida
sianogenik. Alelnya, l, menghalangi pembentukan enzim L. Gen H menyebabkan
terbentuknya enzim H yang mengatalisis perubahan glukosida sianogenik menjadi
HCN, sedangkan gen h menghalangi pembentukan enzim H. Dengan demikian, l
epistatis terhadap H dan h, sementara h epistatis terhadap L dan l. Persilangan dua tanaman dengan kandungan HCN
sama-sama rendah tetapi genotipenya berbeda (LLhh dengan llHH) dapat
digambarkan sebagai berikut.
P
: LLhh x llHH
HCN rendah HCN rendah
ê
F1 : LlHh
HCN tinggi
F2 : 9 L-H- HCN tinggi
3 L-hh
HCN rendah HCN tinggi : HCN
rendah =
3 llH-
HCN rendah
9 : 7
1
llhh HCN rendah
Diagram persilangan epistasis
resesif ganda
·
Epistasis dominan ganda
Apabila
gen dominan dari pasangan gen I epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan
alelnya, sementara gen dominan dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap
pasangan gen I, maka epistasis yang terjadi dinamakan epistasis dominan
ganda. Epistasis ini menghasilkan nisbah
fenotipe 15 : 1 pada generasi F2.
Contoh peristiwa epistasis dominan ganda dapat
dilihat pada pewarisan bentuk buah Capsella. Ada dua macam bentuk buah Capsella,
yaitu segitiga dan oval. Bentuk segitiga disebabkan oleh gen dominan C dan D,
sedang bentuk oval disebabkan oleh gen resesif c dan d. Dalam hal ini C dominan
terhadap D dan d, sedangkan D dominan terhadap
C dan c.
P : CCDD
x ccdd
segitiga oval
ê
F1
: CcDd
segitiga
F2 : 9 C-D- segitiga
3 C-dd segitiga segitiga : oval = 15 : 1
3 ccD- segitiga
1
ccdd oval
Diagram persilangan epistasis
dominan ganda
·
Epistasis domian-resesif
Epistasis
dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis
terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari
pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I. Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 13
: 3 pada generasi F2.
Contoh peristiwa epistasis dominan-resesif dapat
dilihat pada pewarisan warna bulu ayam ras. Dalam hal ini terdapat pasangan gen
I, yang menghalangi pigmentasi, dan alelnya, i,
yang tidak menghalangi pigmentasi. Selain itu, terdapat gen C, yang
menimbulkan pigmentasi, dan alelnya, c, yang tidak menimbulkan pigmentasi. Gen
I dominan terhadap C dan c, sedangkan gen c dominan terhadap I dan i.
P : IICC
x iicc
putih putih
ê
F1 : IiCc
putih
F2 : 9 I-C- putih
3 I-cc putih putih : berwarna = 13 :
3
3 iiC- berwarna
1 iicc putih
Diagram persilangan epistasis
dominan-resesif
·
Epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif
Pada Cucurbita
pepo dikenal tiga macam bentuk buah, yaitu cakram, bulat, dan lonjong. Gen
yang mengatur pemunculan fenotipe tersebut ada dua pasang, masing-masing B dan
b serta L dan l. Apabila pada suatu
individu terdapat sebuah atau dua buah gen dominan dari salah satu pasangan gen
tersebut, maka fenotipe yang muncul adalah bentuk buah bulat (B-ll atau bbL-).
Sementara itu, apabila sebuah atau dua buah gen dominan dari kedua pasangan gen
tersebut berada pada suatu individu, maka fenotipe yang dihasilkan adalah
bentuk buah cakram (B-L-). Adapun fenotipe tanpa gen dominan (bbll) akan berupa
buah berbentuk lonjong. Pewarisan sifat semacam ini dinamakan epistasis gen
duplikat dengan efek kumulatif.
P : BBLL
x bbll
cakram lonjong
ê
F1 : BbLl
cakram
F2 : 9 B-L- cakram
3 B-ll
bulat cakram :
bulat : lonjong = 9 : 6 : 1
3 bbL-
bulat
1 bbll
lonjong
Diagram persilangan epistasis gen
duplikat dengan efek kumulatif
2.4 Silang Balik dan Silang Uji
2.4.1 Silang Balik/Back Cross
Backcross sering disebut
juga persilangan atau perkawinan balik.Backcross adalah perkawinan
antara individu F1 dengan salah satu induknya, baik jantan
maupun betina. Dengan uji persilangan balik ini dapat diketahui bahwa individu
yang fenototipnya sama belum tentu memiliki genotip yang sama.
Misalnya saja perkawinan antara tikus hitam dan tikus putih. Pada tikus tersebut
terdapat gen B yang merupakan penentu warna hitam dan bersifat dominan,
sedangkan warna putih ditentukan oleh adanya gen b pada tikus yang bersifat
resesif. Perhatikan Tabel di bawah ini.
P
: ♀ BB (Hitam) >< ♂ bb (Putih)
(G)
:
B
b
F1
:
Bb (Hitam)
F1 ><
F1 :♀ BB (Hitam) >< ♂ Bb(Hitam)
G
:
B
B
b
F2
♂/♀
|
B
|
b
|
B
|
BB
(Hitam)
|
Bb
(Hitam)
|
Dari uji persilangan balik
(backcross) di atas, jelas terlihat bahwa tikus yang berwarna hitam dapat
memiliki genotip BB atau Bb. Dengan demikian terbukti bahwa individu yang
memiliki fenotip sama dapat memiliki genotip yang berbeda.
2.4.1 Silang Uji/Test Cross
Testcross (silang uji) adalah persilangan antara
individu F1 dengan individu homozigot resesif. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah genotip F1 heterozigot atau homozigot. Jika dengan uji silang
diperoleh keturunan yang fenotipnya menyebar atau 50% : 50% (1 : 1) berarti individu
yang diuji genotipnya heterozigot. Akan tetapi, jika keturunan yang dihasilkan
dari uji silang 100% memiliki fenotip yang sama berarti individu yang diuji
genotipnya homozigot. Agar lebih jelas, perhatikan tabel di bawah ini.
P
: ♀ BB (Hitam) >< ♂ bb (Putih)
(G)
:
B
b
F1
:
Bb (Hitam)
Testcross :♀ Bb (Hitam) >< ♂ bb(putih)
G
:
B
b
b
F2
♂/♀
|
B
|
b
|
b
|
Bb (Hitam)
|
bb (putih)
|