- Back to Home »
- Makalah »
- Genetika : Pembelahan Sel Sebagai Pelaksanaan Pewarisan Sifat
Posted by : Zero Kun
11 Jan 2015
PEMBELAHAN SEL SEBAGAI PELAKSANAAN PEWARISAN SIFAT
1.1 Latar Belakang
Belasan tahun setelah Mendel
mempublikasikan karya penelitiannya, W. Roux mengajukan postulat bahwa faktor
herediter dibawa oleh suatu struktur di dalam nukleus yang dinamakan kromosom
(chromo=warna dan soma=badan).
Percobaan T. Boveri dan W.S. Sutton beberapa tahun kemudian membuktikan bahwa
gen terdapat di dalam kromosom. Selanjutnya, T.H. Morgan dan koleganya melalui
studi pada lalat buah Drosophila melanogaster mengajukan teori bahwa gen
merupakan satuan-satuan yang diskrit (terpisah satu sama lain) di dalam
kromosom.
Perilaku kromosom ternyata
sangat berkaitan dengan tahap-tahap pembelahan sel,yang merupakan mekanisme
dasar bagi pertumbuhan dan reproduksi seksual organisme. Pembelahan sel
(sitokinesis) selalu didahului oleh pembelahan nukleus (kariokinesis), dan
justru kariokinesislah yang sesungguhnya lebih berperan dalam mekanisme
pelaksanaan pewarisan sifat. Bahkan, pembicaraan tentang pembelahan sel pada
umumnya dititikberatkan pada kariokinesis, yang dengan sendirinya akan
melibatkan perubahan-perubahan yang terjadi pada kromosom.
Bahan penyusun kromosom adalah
DNA dan protein. Kromosom yang sedang mengalami pengandaan terdiri atas dua
buah kromatid kembar (sister chromatids) yang satu sama lain dihubungkan pada
daerah sentromer. Letak sentromer berbeda-beda, dan perbedaan letak ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk klasifikasi struktur kromosom. Pada sentromer
terdapat kinetokor, yaitu suatu protein struktural yang berperan dalam
pergerakan kromosom selama berlangsungnya pembelahan sel.
Sel dibagi menjadi 2 kelas
utama, yaitu eukariot dan prokariot. Perbedaan utama diantara keduanya terletak
pada ada atau tidaknya membran inti yang membatasi inti sel dan sitoplasma.
Organisme prokariot tidak memiliki membran inti dan eukariot memiliki membran
inti. Semua sel hewan dan tumbuhan adalah eukariot dan bakteri, cyanobacteria
dan mycoplasma adalah prokariot.
Organisme prokariot tidak
mengalami pembelahan sel berupa mitosis atupun meiosis, ia hanya mengalami
pembelahan sel berupa amitosis, salah
satu contohnya adalah pembelahan biner. Organisme eukariot mengalami pembelahan
sel secara mitosis pada sel somatisnya dan meiosis pada sel gametnya.
Organisme eukariot membutuhkan
kemampuan untuk dapat tumbuh, dan proses ini dapat terjadi melalui pembelahan sel dan pertumbuhan sel.
Pertumbuhan terkadang merupakan hasil dari satu atau komponen lain saja, tetapi
sering terjadi juga bahwa pertumbuhan sel dan perkembangan sel tergabung dalam
satu proses yang dinamakan siklus sel.
Mitosis dan meiosis merupakan
bagian dari siklus sel dan hanya mencakup 5-10% dari siklus sel. Persentase
waktu yang besar dalam siklus sel terjadi pada interfase. Interfase terdiri
dari periode G1, S, dan G2. Pada periode G1 selain terjadi pembentukan
senyawa-senyawa untuk replikasi DNA, juga terjadi replikasi organel sitoplasma
sehingga sel tumbuh membesar, dan kemudian sel memasuki periode S yaitu fase
terjadinya proses replikasi DNA. Setelah DNA bereplikasi, sel tumbuh (G2)
mempersiapkan segala keperluan untuk pemisahan kromosom, dan selanjutnya
diikuti oleh proses pembelahan inti (M) serta pembelahan sitoplasma (C).
Selanjutnya sel hasil pembelahan memasuki pertumbuhan sel baru (G1).
2.1
Pembelahan Mitosis dan Meiosis
2.1.1 Pembelahan Mitosis
A. Pengertian Mitosis
Mitosis dari kata mitos, artinya benang. Yakni
terbentuknya benang-benang kromosom dalam inti. Pembelahan seperti ini terjadi
pada seluruh jenis jaringan tubuh, baik jaringan somatif (vegetatif) maupun
jaringan germinatif (generatif). Karyotype yang 2N (diploid) pada sel induk
akan tetap 2N pada sel anak.
Pada profase yang terjadi di mitosis, membran nukleus
menghilang, kromosom terlihat dan setiap sentriol di sentrosom bergerak menuju
kutub berlawanan dan menjadi aster. Setiap aster terdiri dari sentriol dan
mikrotubulus. Pada profase akhir beberapa mikrotubulus membentuk benang-benang
spindel. Sepanjang profase, kromosom mengalami penebalan dan pemendekan, kromosom mengalami penggandaan yang terdiri dari kromatid dan sister
kromatid. Penggandaan tersebut merupakan hasil replikasi DNA pada interfase.
Setelah mengalami penebalan, kromosom akan tersusun di
bidang ekuator dan terikat pada mikrotubulus yang terletak di kedua kutub, saat
ini disebut dengan metafase. Salah satu kromatid dari setiap kromosom terpisah
dari pasangannya dan bergerak menuju kutub yang berlawanan, hal ini terjadi pada anafase. Selanjutnya sel
akan mengalami telofase yang ditandai oleh adanya kromosom yang telah berada di
kutubnya masing-masing, kemudian kromosom tersebut mulai terurai menjadi
kromatin. Kariokinesis atau pembelahan inti akan terjadi setelah plasma membran
mulai terbentuk. Setelah mengalami kariokinesis, sel tersebut akan mengalami
sitokinesis yang ditandai dengan pembentukan cleavage furrow pada hewan dan cell plate pada tumbuhan.
Tujuan dari pembelahan mitosis adalah regenerasi dan
perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, karena mitosis menghasilkan sel anak yang
identik.
Sedangkan Mitosis merupakan periode pembelahan sel
yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar
atau pucuk tanaman. Proses mitosis terjadi dalam empat fase, yaitu profase,
metafase, anafase, dan telofase. Fase mitosis tersebut terjadi pada sel
tumbuhan maupun hewan. Meiosis adalah tipe khusus dari pembelahan nukleus yang
melakukan pemisahan tiap kromosom homolog menjadi gamet yang baru.
B. Proses Pembelahan
Mitosis
Mitosis pertama kali dijelaskan oleh
W. Flemming pada sel hewan. Mitosis masih dapat dibagi-bagi lagi menjadi
beberapa tahap, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Biasanya,
profase dan telofase berlangsung lama, sedangkan metafase dan anafase
berlangsung singkat. Tiap tahap mitosis ini dicirikan oleh perilaku kromosom
yang berbeda-beda. Indikasi awal dimulainya mitosis, khususnya pada sel-sel
hewan, dapat dilihat di dalam sitoplasma ketika interfase hampir berakhir.
Suatu daerah di sitoplasma yang dinamakan sentrosom, yang terdiri atas sepasang
sentriol, mengalami pembelahan menjadi dua; mikrotubul, yang terdapat di
dalamnya, menonjol keluar membentuk
struktur aster, tempat asal mula munculnya benang spindel. Pada sel tumbuhan
tidak terdapat sentriol, tetapi ada pusat pengendali spindel yang disebut MTOCs
(microtubule organizing centers). Namun, struktur MTOCs tidak sejelas sentriol
pada sel hewan.
Profase awal
Pada tahap ini masing-masing anggota pasangan sentriol
bergerak memisah. Kromatid kembar yang semula tipis dan tidak berpilin mulai
nampak berpilin, memendek, dan dapat dilihat lebih jelas. Jumlah pilinan akan
menurun sejalan dengan meningkatnya diameter masing-masing pilinan. Nukleolus
dan dinding nukleus mulai menghilang.
Profase akhir
Kedua kromatid kembar pada masing-masing kromosom
saling melekat pada daerah sentromir. Kompleks kinetokor dan sentromir segera
berfungsi sebagai tempat melekatnya mikrotubul / benang spindel yang keluar
dari sentriol. Oleh karena masing masing sentriol telah bergerak ke kutub sel
yang berlawanan, maka benang spindle menjadi penghubung kedua kutub sel
tersebut melalui sentromer. Pada profase akhir ini nukleolus dan dinding
nukleus telah benar-benar hilang.
.
Metafase
Kromosom nampak sangat
kompak sebagai dua kromatid kembar. Tahap metaphase merupakan tahap mitosis
dengan kenampakan kromosom paling jelas karena kromosom terlihat menebal,
memendek, dan menempati bidang tengah sel. Pengamatan dan analisis kromosom
paling mudah dilakukan pada tahap ini.
Anafase
Pemendekan benang spindel
menyebabkan kromatid kembar pada masing-masing kromosom bergerak ke arah kutub
sel yang berlawanan. Tiap kromatid sekarang mempunyai sentromer sendiri dan
menjadi sebuah kromosom baru, yang mulai memanjang kembali.
Telofase
Benang spindel mulai
menghilang; sebaliknya, nukleolus dan dinding nukleus mulai muncul kembali.
Terjadi penyempitan pada sitoplasma dan pembelahan organel-organel sitoplasmik,
yang mengarah kepada pembentukan dua sel hasil mitosis dengan kandungan materi
genetik yang identik. Pada sel tumbuhan terjadi partisi di antara kedua calon
sel hasil mitosis. Setelah lamela tengah terbentuk, dinding selulosa segera
disintesis pada masing-masing sisi.
2.1.2 Pembelahan Meiosis
A. Pengertian Meiosis
Meiosis, dari kata meion, artinya lebih kecil. Disebut
juga pembelahan reduksi. Terjadi hanya pada jaringan germinatif, yakni sel
induk benih. Meiosis didahului oleh mitosis, untuk melipatgandakan
(proliferasi) jumlah sel induk benih lebih dulu. Karyotype sel induk yang 2N,
pada sel anak yang disebut gamet, akan direduksi menjadi 1N (haploid). Berarti
kromosom sel induk direduksi jadi separuh pada sel anak.
Jika mitosis menghasilkan sel anak yang identik dengan
induk, maka meiosis menghasilkan sel anak dengan reduksi jumlah kromosom.
Selain itu, meiosis menghasilkan sel anak yang berbeda dengan induknya. Terjadi
dua jenis pembelahan pada meiosis, yaitu pembelahan reduksi (meiosis 1) dan
pembelahan sel (meiosis 2). meiosis 2 melakukan pembelahan sel layaknya mitosis.
B. Proses Pembelahan Meiosis
Meiosis dapat dibagi menjadi
dua pembelahan nukleus (kariokinesis), yaitu meiosis I dan meiosis II. Pada
meiosis I terjadi pengurangan jumlah kromosom menjadi setengah dari semula
sehingga pembelahan ini sering juga
disebut pembelahan reduksi. Jika sel yang mengalami meiosis adalah sebuah sel
diploid, maka pada akhir meiosis II akan didapatkan empat buah sel yang
masing-masing haploid. Hal ini karena kromosom hanya mengalami satu kali penggandaan,
tetapi kariokinesisnya terjadi dua kali.
Oleh karena meiosis dapat
dibagi menjadi meiosis I dan meiosis II, maka tahap tahapnya terdiri atas
profase I, metafase I, anafase I, telofase I, profase II, metafase II, anafase
II, dan telofase II. Tahap-tahap meiosis II (profase II hingga telofase II)
sebenarnya menyerupai tahap-tahap pada mitosis.
Profase I
Di antara tahap-tahap
meiosis, profase I membutuhkan waktu paling panjang sehingga dapat dibagi lagi
menjadi beberapa tahap, yaitu leptonema, zigonema, pakinema, diplonema, dan
diakinesis. Leptonema (leptoten)
Seperti halnya pada profase
awal mitosis, pada tahap meiosis yang paling awal ini tiap kromosom telah
mengalami penggandaan menjadi kromatid kembar. Namun, kenampakan kromosom jika
dilihat menggunakan mikroskop cahaya masih seperti benang tunggal yang tipis
memanjang. Di sepanjang kromosom dijumpai sejumlah kromomir, berupa
butiran-butiran padat dengan interval yang tidak beraturan.
Zigonema (zigoten)
Tiap kromosom homolog
(kromosom paternal dan maternal) berpasang-pasangan membentuk struktur bivalen.
Proses berpasangannya sendiri dinamakan sinapsis. Oleh karena tiap kromosom
telah mengalami penggandaan menjadi dua kromatid kembar, maka pada tiap bivalen
terdapat empat kromatid kembar. Kompleks empat kromatid ini disebut tetrad.
Pakinema (pakiten)
Pada pakinema kromosom untuk
pertama kalinya dapat dilihat sebagai struktur yang telah mengalami penggandaan
(bivalen atau tetrad). Peristiwa penting lainnya pada tahap ini adalah
terjadinya pindah silang (crossing over), yaitu pertukaran materi genetic
antara kromatid paternal dan kromatid maternal pasangannya.
Diplonema (diploten)
Secara visual tempat
terjadinya pindah silang dapat dilihat sebagai struktur yang dinamakan kiasma
(jamak = kiasmata). Kecuali pada daerah-daerah kiasma ini, pasangan-pasangan
kromatid Nampak mulai saling memisah.
Diakinesis
Kiasma bergeser ke ujung
kromosom sehingga tempat ini sekarang tidak harus merupakan tempat terjadinya
pindah silang. Tiap kromatid anggota tetrad makin memendek, menebal, dan
bergerak ke arah bidang tengah sel. Nukleolus dan dinding nukleus menghilang.
Mikrotubul / benang spindel yang keluar dari sentriol nampak kian memanjang dan
akhirnya melekat pada kinetokor.
Metafase I
Struktur tetrad nampak makin
jelas di bidang tengah sel. Di sinilah konfigurasi kromosom meiosis paling
mudah dibedakan dengan kromosom metafase mitosis. Pada metafase mitosis tidak
dijumnpai adanya struktur tetrad, tetapi hanya ada biad yang terdiri atas dua
kromatid kembar.
Anafase I
Anggota tiap pasangan
kromosom homolog (yang masing-masing terdiri atas dua kromatid kembar) bergerak
ke arah kutub sel yang berlawanan. Dalam hal ini sentromir belum membelah
sehingga kedua kromatid kembar masih terikat satu sama lain.
Telofase I
Anggota tiap pasangan
kromosom homolog telah mencapai kutub sel yang berlawanan. Dinding nukleus
mulai terbentuk kembali. Kadang-kadang telofase I diikuti oleh sitokinesis dan
interfase singkat (tanpa penggandaan kromosom), tetapi seringkali langsung diteruskan
ke meiosis II.
Meiosis II
Di atas telah dikatakan
bahwa tahap-tahap meiosis II, mulai dari profase II hingga telofase II,
menyerupai tahap-tahap pada mitosis. Namun, pada meiosis II hanya ada satu dari
masing-masing pasangan kromosom homolog di dalam setiap nukleus. Jadi, di dalam
tiap nukleus hanya ada kromosom paternal saja atau kromosom maternal saja untuk
tiap nomor kromosom. Sebagai contoh, di dalam satu nukleus mungkin terdapat
kromosom paternal untuk kromosom nomor 1, kromosom maternal untuk kromosom
nomor 2, kromosom maternal untuk kromosom nomor 3, dan seterusnya. Nukleus
lainnya akan membawa kombinasi kromosom yang lain pula. Telofase II akan
diikuti oleh sitokinesis yang menghasilkan empat sel haploid. Di dalam nukleus
masing-masing sel ini terdapat satu anggota untuk setiap pasangan kromosom
homolog. Jadi, kalau pada telofase I (dan sebelumnya, anafase I) terjadi
pemisahan kromosom homolog, pada telofase II (dan anafase II) terjadi pemisahan
kromatid.
Hasil meiosis :
1.) Satu sel induk yang diploid (2n) menjadi 4 sel anakan yang masing –
masing haploid (n)
2.) Jumlah kromosom sel anak setengah dari jumlah kromosom sel induknya.
3.) Pembelahan meiosis hanya terjadi pada sel – sel generative atau sel –
sel gamet seperti sperma dan ovum (sel telur).
2.1.3 Perbedaan Pembelahan
Mitosis dan Meiosis
Perbedaan
pokok antara mitosis dan meiosis Mitosis Meiosis
No
|
Perbedaan
|
Mitosis
|
Meiosis
|
1
|
Interfase
|
Lama
|
Sebentar
|
2
|
Profase
|
Sebentar : tak ada sub-fase, hanya sekali
|
Agak lama; dibagi atas sub-fase pada meiosis I; 2x;
profase II kromatid tak mengganda lagi
|
3
|
Terbentuknya kromosom
|
Awal profase
|
Pertengahan profase: pakiten.
|
4
|
Kromosom homolog
|
Tak bergandeng
|
Bergandeng pada zigoten sampai anafase meiosis I
|
5
|
Tetrad, synapsis, crossing-over
|
Tak terbentuk
|
Terbentuk pada pakiten dan diploten
|
6
|
Metafase, sentromer
|
Membagi dua sehingga kromatid terpisah
|
Metafase I: belum membagi 2.
|
7
|
Anafase, kromatid
|
Pindah ke kutub berseberangan
|
Anafase I: kromosom homolog pindah ke kutub berseberangan;
anafase II: kromatid pindah ke kutub berseberangan
|
8
|
Telofase
|
Terbentuk 2 sel anak masing-masing 2n
|
Telofase I: terbentuk 2 sel anak masing-masing 1n.
|
Interkinesis
|
Tidak ada
|
Ada antara meiosis I dan meiosis II
|
|
10
|
Terjadi pada jaringan
|
Somatif dan germinatif
|
Hanya pada germinatif
|
2.2 Gametogenesis Pada Tumbuhan
Gametogenesis adalah proses
diploid dan haploid yang mengalami pembelahan sel dan diferensiasi untuk
membentuk gamet haploid dewasa. Tergantung dari siklus hidup biologis
organisme, gametogenesis dapat terjadi pada pembelahan meiosis gametosit
diploid menjadi berbagai gamet atau pada pembelahan mitosis sel gametogen
haploid. Contohnya, tanaman menghasilkan gamet melalui mitosis pada gametofit.
Gametofit tumbuh dari spora haploid setelah meiosis spora .
Pada tumbuhan, gametogenesis
terjadi pada organ reproduksinya, yakni bunga. Pembentukan gamet jantan terjadi
pada alat reproduksi jantan (kotak spora) dan disebut mikrogametogenesis.
Adapun pembentukan gamet betina terjadi pada alat reproduksi betina (ovarium)
dan disebut megagametogenesis.
Alat kelamin tumbuhan
angiospermae jantan adalah stamen atau benang sari. Pada organ ini, khususnya
pada kepala sari, terbentuk mikrospora yang berkembang menjadi serbuk sari atau
polen.
Mikrogametogenesis
Benang sari terdiri atas
kepala sari (antera) dan tangkai sari (filamen). Setiap kepala sari umumnya
memiliki empat kantung serbuk sari (sporangium). Di dalam sporangium, terdapat
banyak sel induk mikrospora. Sel induk tersebut akan berkembang menjadi serbuk
sari.
Langkah pertama dalam
pembentukan serbuk sari adalah mikrosporogenesis. Proses ini dimulai dengan
pembelahan meiosis sel induk mikrospora. Sel diploid tersebut melalui
pembelahan meiosis akan menghasilkan empat sel mikrospora haploid yang masih
berlekatan satu sama lain. Empat sel mikrospora hasil meiosis akhirnya saling
memisah.
Langkah kedua adalah
mikrogametogenesis, proses pematangan mikrospora menjadi serbuk sari
fungsional. Proses pematangan melibatkan pembelahan mitosis sel mikrospora dan
terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama, terjadi pembelahan inti dan sitoplasma
sel mikrospora membentuk sel tabung (sel vegetatif) dan sel generatif. Sel
generatif berada di dalam sel tabung. Dua sel yang berada dalam satu dinding
sel ini merupakan bentuk serbuk sari matang.
Tahap ke dua, jika serbuk
sari menempel pada putik saat polinasi, sel tabung akan membentuk jalan tabung
bagi sel generatif. Saat jalan tabung terus memanjang ke bawah, sel generatif
membelah secara mitosis menjadi dua sel generatif haploid. Kedua sel ini
nantinya berperan dalam pembuahan ganda.
Megagametogenesis
Seperti serbuk sari, sel
telur tumbuhan angiospermae dibentuk di bagian bunga, yaitu pistilum. Pada
organ ini terjadi pembentukan sel telur dan tempat terjadinya fertilisasi
(pembuahan). Pistilum terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala putik (stigma),
tangkai putik (stilus), dan ovarium. Pada ovarium inilah tempat sel telur
terbentuk.
Pada ovarium terdapat ovulum
atau kantung embrio. Beberapa spesies tumbuhan dapat memiliki ovolum lebih dari
satu sehingga dapat menghasilkan buah dengan banyak biji. Pada uraian ini,
hanya akan dijelaskan perkembangan pada ovarium dengan satu ovulum. Di dalam
ovulum tersebut terdapat sel induk megaspora.
Megasporogenesis terjadi di
ovarium. Dimulai dengan pembelahan meiosis pada sel induk megaspora yang
menghasilkan 4 sel megaspora haploid. Tiga sel megaspora mengalami degenerasi,
sedangkan satu megaspora tetap hidup dan akan mengalami pembelahan lebih
lanjut.
Selanjutnya, terjadi
pematangan melalui megagametogenesis. Pada proses ini satu sel megaspora akan
mengalami tiga kali mitosis. Akan tetapi, pembelahan tersebut tidak diikuti
sitokinesis sehingga hanya terjadi pembelahan inti sel. Tiga kali pembelahan
mitosis menghasilkan satu sel telur dengan 8 inti sel. Kedelapan inti sel ini
terkumpul dalam dua kelompok pada ujung yang berlawanan. Satu inti dari setiap
kelompok bergerak ke tengah sel. Dua sel di tengah ini adalah inti kutub atau
inti polar.
Sel dengan 8 inti sel ini disebut
juga kandung lembaga yang memiliki satu lubang kecil (mikropil) tempat masuknya
gamet jantan. Terdapat tiga inti dekat mikropil. Dua di antaranya disebut
sinergid dan satu inti lain merupakan inti telur. Tiga inti pada tempat yang
berlawanan dengan mikropil disebut antipoda. Perhatikan berikut ini.
Tiga buah inti di daerah
mikropil dan tiga buah inti antipoda, masingmasing membentuk membran sel
menjadi 6 buah sel. Dua inti kutub bersatu membentuk satu sel dengan dua inti
sehingga di dalam kandung lembaga terdapat 7 sel. Pada saat fertilisasi, hanya
sel telur dan inti sel saja yang dibuahi membentuk zigot (2n) dan endospermae
(3n).
2.3 Kesejajaran Meiosis dengan Hukum
Mendel
Hukum Segregasi Mendel
menyatakan bahwa suatu pasangan gen bersegregasi atau berpisah satu dengan yang
lainnya menjadi gamet-gamet, sehingga separuh gamet akan membawa salah satu gen
dan separuh gamet lainnya membawa satu gen lainnya dari pasangan gen tersebut.
Mendel juga menyatakan bahwa setiap sifat organisme ditentukan oleh suatu
faktor, yang disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor
(sepasang) untuk masing-masing sifat, yang dikenal dengan istilah alel; satu
faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam
penggabungan tersebut setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan
identitasnya.
Meiosis
adalah proses seluler terbentuknya gamet, dimana sel sperma dan sel telur
sebagai pembawa informasi genetik pada keturunannya. Peranan meiosis terhadap
dihibrid terdapat dalam Hukum I Mendel dan Hukum Mendel 2 yang juga disebut “Law
of Segregation” dan “The Law of Independent Assortment”. Bukti-bukti Mendel untuk
menjelaskan teori partikulat mengenai pewarisan: (a) Persilangan tanaman tinggi
dan pendek; (b) Pada generasi F1 semua keturunan (zuriat) berbatang tinggi; (c)
Pada generasi F2 26% berbatang pendek dan 74% berbatang tinggi.
Hukum segregasi Mendel mengikuti proses miosis, sebagai berikut :
a) Individu heterozigot yang
memiliki dua alel, yaitu alel tinggi (T) dan alel pendek (t).
b) Setelah kromosom mengganda,
melalui miosis I dan II dihasilkan sel-sel haploid. Tiap-tiap sel memiliki alel
tunggal untuk gen tinggi tanaman , baik T atau t, maka alel T dan t
bersegregasi bebas satu sama lain.
c) Selama fertilisasi alel
bergabung secara acak.
Keturunan memiliki rasio
genotipe: 1 TT : 2 Tt : 1 tt dan rasio fenotipe : 3 tinggi : 1
pendek.
Hukum
Mendel dapat terjadi penyimpangan rasio dari yang diharapkan, jika terjadi
keadaan sebagai berikut :
- Alel-alel secara fisik terpaut pada kromosom
yang sama
- satu tetua tidak mempunyai gen serupa,
misalnya pada manusia (pria) mempunyai satu kromosom X dari ibunya,
sehingga alel maternal mempunyai pengaruh terhadap organisme (lihat pautan
seks)
- Ketahanan genotipe yang tidak sama, misalnya
satu kombinasi dari alel-alel mungkin akan mati sehingga dapat
mempengaruhi perkawinan, mati dalam uterus
- Alel-alel mungkin menunjukkan dominan tidak
lengkap atau ko-dominan (lihat hubungan dominance)
- terjadi interaksi genetik (epistasi) antara
alel-alel dari gen yang berbeda
- Penurunan sifat genetik yang berasal hanya
dari satu tetua, misalnya DNA mitokondria hanya dapat diturunkan
dari induk (Lihat efek maternal)
- Alel-alel yang ada sebelumnya